Disperindag Bantul pantau rumah makan soal penyalahgunaan elpiji
Merdeka.com - Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan memantau sejumlah rumah makan besar di daerah ini terkait kemungkinan adanya penyalahgunaan elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram.
"Minggu depan kami akan coba pantau rumah makan apakah ada yang menggunakan elpiji tiga kilogram, karena sesuai aturan barang bersubsidi itu hanya untuk konsumen rumah tangga," kata Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sahadi, seperti dikutip dari Antara, Kamis (5/6).
Menurut dia, pantauan ke rumah makan yang seharusnya tidak menggunakan elpiji bersubsidi ini untuk memastikan bahwa distribusinya sesuai peruntukkan, apalagi telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM yang selain konsumen rumah tangga, juga untuk kalangan industri mikro.
"Selain untuk menegakkan regulasi, ini kami tempuh sebagai upaya menjaga kestabilan persediaan elpiji menjelang bulan puasa, karena dipastikan kebutuhan akan naik, sehingga tidak membuat masyarakat resah," katanya.
Selain itu, kata dia pihaknya juga mendapat laporan adanya penggunaan elpiji bersubsidi oleh rumah makan di Bantul, yang menurutnya bisa menghabiskan antara empat hingga lima tabung elpiji per hari dalam kegiatan usahanya.
"Ada beberapa kecamatan di Bantul yang paling banyak terdapat rumah makan, di antaranya di Sewon dan Piyungan, dalam pantauan nanti kami akan mendatangi secara acak, tidak mesti pada satu wilayah," katanya.
Dia mengatakan sesuai aturan yang dimaksud usaha mikro adalah industri yang memiliki aset tidak lebih dari Rp 50 juta, sehingga jika ada industri meskipun skala rumahan dengan aset di atas Rp 50 juta maka harus menggunakan elpiji nonsubsidi ukuran 12 kilogram.
"Bagi mereka yang melanggar akan kami berikan peringatan, dalam kesempatan nanti kami juga akan menyiapkan surat semacam tilang yang akan langsung diberikan kepada pelaku usaha yang tidak sesuai aturan," katanya.
Menurut catatan dinas, total jumlah rumah tangga di Bantul sekitar 250 ribu kepala keluarga (KK), baik rumah tangga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah maupun menengah ke atas, sementara jatah elpiji tiga kilogram sekitar 21 ribu per hari.
"Kalau diasumsikan konsumsi elpiji tiap rumah tangga satu tabung selama sepuluh hari, jadi kalau semua menggunakan kebutuhannya sekitar 25 ribu, tapi kan tidak semua rumah tangga pakai, jadi jatah 21 ribu itu sudah ideal untuk Bantul," katanya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyaluran pupuk subsidi tepat sasaran juga harus menjadi perhatian dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran menilai penyesuaian subsidi energi bisa menjadi alternatif sebagai sumber pendanaan makan siang gratis.
Baca SelengkapnyaPemerintah dan Pertamina telah menandatangani Kontrak Subsidi Energi 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kelangkaan pupuk terjadi kerena ada salah sasaran pemberian subsidi pupuk.
Baca SelengkapnyaAH telah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Baca SelengkapnyaAlasannya program ini bisa mengurangi impor gas elpiji (LPG).
Baca SelengkapnyaPertamina menjamin ketersediaan stok LPG di pangkalan-pangkalan resmi.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengalokasikan secara total subsidi energi sebesar Rp444,2 triliun untuk tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga kini mempersiapkan diri untuk memenuhi lonjakan konsumsi energi saat Tahun Baru 2024.
Baca Selengkapnya