Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dikabarkan anak kecelakaan, bendesa adat transfer uang ke penipu

Dikabarkan anak kecelakaan, bendesa adat transfer uang ke penipu Penipuan pulsa. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Kasus penipuan dengan modus anak mengalami makan korban di Kabupaten Jembrana, Bali. Kali ini yang menjadi korbannya Bendesa Adat (Pimpinan Adat di desa) Dauh Waru, Kelurahan Dauh Waru, Kecamatan Jembrana, I Nengah Mendres.

Kasus penipuan tersebut terjadi siang tadi (24/3) saat Mendres ditelepon oleh seseorang yang mengaku anggota polisi yang berdinas di Mabes Polri. Penipu tersebut mengatakan kepada dirinya bahwa anaknya yang bernama Komang Yanuar Efi Rosiana yang tinggal di Denpasar mengalami kecelakaan.

"Saya ditelepon jam 11.00 WITA, katanya anak saya kecelakaan dan mengalami patah tulang, kepala luka-luka dan dalam kondisi kritis," tuturnya.

Menurut penelepon, anaknya sudah dikirim ke UGD Sanglah dan ditangani oleh dokter Herman Susilo yang bertugas di UGD I.

"Saya juga dikasih nomor HP dokter tersebut dan meminta saya untuk meneleponnya. Nomornya 085-841-276-120," ujar Mendres.

Mendapat telepon seperti itu, dia dan istrinya panik dan mempercayai kabar tersebut. Apalagi ketika semua nomor HP anaknya yang ada di Denpasar tidak bisa dihubungi. Menurut penelepon yang mengaku polisi itu, HP anaknya telah diamankan oleh polisi.

Tanpa pikir panjang, Mendres kemudian menghubungi dokter yang dikatakan menangani anaknya di UGD 1. Lalu orang yang mengaku dokter tersebut juga menjelaskan kalau korban mengalami kritis. Kakinya patah, kepala berdarah, dan harus segera dilakukan tindakan cepat.

"Saya jawab saat itu agar anak saya ditangani yang terbaik saja. Anak saya dikatakan kepalanya harus dioperasi, kakinya harus di pen," tandasnya.

Kemudian orang yang mengaku dokter tersebut menyuruh dirinya untuk menghubungi petugas Apotek Kimia Farma bernama dr Handoko dengan nomor HP 082-281-055-217.

Kemudian petugas Kimia Farma tersebut dihubungi oleh Mendres dan dikatakan kalau pihak dokter UGD I sudah memesan sejumlah obat dan peralatan untuk menangani pasien. Dokter yang bertugas di Kimia Farma tersebut meminta sejumlah uang kepada Mendres. Kemudian kembali Mendres menghubungi dokter di UGD I dan dikatakan penanganan akan segera dilakukan.

"Saya tanya berapa harus kirim uang, dikatakan sampai operasi menghabiskan dana uang Rp 24,5 juta," katanya, Selasa (24/3).

Merasa anaknya perlu penanganan, Mendres tidak menghubungi anaknya lagi namun langsung ke bank. Mendres kemudian mentransfer uang lewat Bank BRI ke rekening atas nama Nafli Kasmianto ke rekening nomor 325901021756531 Rp 3 juta.

"Saya hanya memiliki uang itu saja. Itu juga saya ambil dulu sebagian di bank BPD karena di BRI hanya ada Rp 1,9 juta, setelah klop baru saya kirim ke rekening oknum itu lewat ATM. Total terkirim akhirnya ada 3 juta," akunya.

Setelah mengirimkan uang muka tersebut kemudian Mendres baru berhasil menghubungi anak keduanya dan anaknya itu menghubungi kakaknya.

Kemudian diketahui kalau kakaknya itu baik-baik saja dan sedang bekerja di konter. Mendengar kabar itu, dirinya baru sadar telah tertipu. Mendres mengharapkan agar masyarakat waspada terhadap modus-modus penipuan yang banyak dilakukan sekarang ini.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Segini Pensiunan yang Bakal Diterima Anggota DPR Usai Menjabat 5 Tahun
Segini Pensiunan yang Bakal Diterima Anggota DPR Usai Menjabat 5 Tahun

Mantan anggota DPR-RI berhak mendapatkan uang pensiun saat periode jabatannya selesai.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Berencana Setop Sementara Penyaluran Bansos
Pemerintah Berencana Setop Sementara Penyaluran Bansos

Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.

Baca Selengkapnya
Waspada Peredaran Uang Palsu di Garut, Diedarkan Ibu dan Anak saat Berbelanja
Waspada Peredaran Uang Palsu di Garut, Diedarkan Ibu dan Anak saat Berbelanja

Tak hanya pecahan besar, ibu dan anak juga edarkan pecaan kecil. Waspada.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemerintah Bantah Kenaikan Harga dan Kelangkaan Beras Akibat Program Bansos Pangan, Begini Penjelasannya
Pemerintah Bantah Kenaikan Harga dan Kelangkaan Beras Akibat Program Bansos Pangan, Begini Penjelasannya

Pemerintah membantah kenaikan harga dan kelangkaan beras karena program bansos pangan yang aktif dibagikan belakangan ini.

Baca Selengkapnya
Penyebab Anak Suka Memukul, Perlu Diwaspadai dan Dihindari Orangtua
Penyebab Anak Suka Memukul, Perlu Diwaspadai dan Dihindari Orangtua

Kebiasaan memukul merupakan suatu hal yang kerap dilakukan anak. Hal ini perlu diperhatikan dan dihindari oleh orangtua.

Baca Selengkapnya
Anies Ingatkan Pendukung Tak Alihkan Dukungan karena Bansos: Itu Uang Rakyat, Bukan Program Pribadi
Anies Ingatkan Pendukung Tak Alihkan Dukungan karena Bansos: Itu Uang Rakyat, Bukan Program Pribadi

Anies Baswedan, mengingatkan para pendukungnya agar tak mengalihkan dukungan hanya karena ditawari uang, sembako, hingga bantuan sosial (bansos).

Baca Selengkapnya
Bansos Dibutuhkan Masyarakat Miskin, Tak Ada Kaitan dengan Pemilu
Bansos Dibutuhkan Masyarakat Miskin, Tak Ada Kaitan dengan Pemilu

Masyarakat terkini itu sudah cerdas dan pandai memilah dan menjadi wewenang rakyat juga untuk memilih paslon tertentu.

Baca Selengkapnya
Penyaluran Bansos Minta Ditunda di Masa Pemilu, Kepala Bapanas: Makannya Boleh Ditunda Enggak?
Penyaluran Bansos Minta Ditunda di Masa Pemilu, Kepala Bapanas: Makannya Boleh Ditunda Enggak?

Arief mengaku, dirinya telah mendapat penugasan dari pemerintah dalam rapat terbatas untuk tetap menyalurkan bansos pangan.

Baca Selengkapnya
MenPAN Anas: Kenaikan Gaji PNS 8 Persen Cair Bulan Ini, Tak Dirapel ke Februari
MenPAN Anas: Kenaikan Gaji PNS 8 Persen Cair Bulan Ini, Tak Dirapel ke Februari

KemenPAN-RB tengah menunggu proses terbitnya PP di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Baca Selengkapnya