Debat capres jangan seperti cerdas cermat dan konser
Merdeka.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengadakan debat terbuka bagi capres cawapres untuk memperkenalkan diri dan visi misi mereka. Namun pada debat perdana yang diadakan di Balai Sarbini kemarin, Senin (9/6) malam, menuai berbagai kritikan. Pasalnya, capres dan cawapres yang menjadi tokoh utama tidak memiliki banyak kesempatan berbicara.
Pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, seharusnya kedua pasangan capres cawapres, Jokowi - JK dan Prabowo - Hatta, memiliki waktu menjelaskan visi misi lebih lama. Menurutnya, penjelasan yang disampaikan sebelum pertanyaan terlalu panjang, sebelum akhirnya pertanyaan disampaikan.
"Menurut saya dalam hal manajemen waktu kesalahan ada di KPU. Karena moderator hanya membacakan saja. Seharusnya KPU melakukan proses editing dan tidak melakukan perubahan makna pada pertanyaan. Tidak heran peserta capres cawapres menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya, karena narasinya terlalu panjang," ungkapnya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (10/6) malam.
Dia menyarankan, KPU dapat membuat soal dengan narasi lebih singkat pada debat selanjutnya. Selain itu, Emrus menilai, pemilihan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zainal Arifin Mochtar menjadi moderator adalah keliru. Alasannya karena Zainal membawa debat tanpa ada ekspresi dan kaku.
"Moderator itu, pertama memang membawakannya terlalu kaku, tidak ada ekspresinya dan tidak membuat suasana menjadi cair. Padahal diawal itu harus menekankan ekspresinya, agar membuat perhatian. Dia sangat normatif sekali," katanya.
Emrus mencontohkan larangan tepuk tangan kepada penonton sebagai kekakuan Zainal dalam memimpin debat. Seharusnya, dia menambahkan, moderator memberikan peringatan itu saat acara baru berlangsung. Dengan demikian maka para penonton akan menghormati permintaan tersebut dan merasa memiliki acara.
"Ketika dia (moderator) menegor tepuk tangan, seharusnya disampaikan awal sekali. Seharusnya melibatkan penonton yang berada di lokasi. Sehingga penonton merasa memiliki acara debat," ucapnya.
Sebagai solusi, Emrus menyarankan, pada debat selanjutnya sebaiknya moderatornya berasal dari wartawan ataupun presenter pembawa berita. Namun tidak sembarangan, karena harus memiliki pengalaman dan menguasai materi perdebatan.
"Moderatornya yang sudah pengalaman di bidang materi perdebatan, bisa dari wartawan atau presenter berita yang sudah berpengalaman. tidak harus akademisi. Soalnya kaku, dan tidak cocok di depan publik," tutupnya.
Seperti diketahui, KPU telah menyiapkan lima tema yang akan dipresentasikan oleh masing-masing pasangan calon, yaitu Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Kepastian Hukum; Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial; Politik Internasional dan Ketahanan Nasional; Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; serta Pangan, Energi dan Lingkungan. Pelaksanaan debat akan disiarkan secara langsung dan bergantian melalui satu stasiun televisi.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi hanya menyebut, sebaiknya debat capres nanti malam disaksikan saja.
Baca SelengkapnyaCapres nomor urut satu Anies Baswedan dilepas para tetangga di kediamannya jelang debat Capres terakhir.
Baca SelengkapnyaDebat ini pada intinya dapat memaparkan visi dan misi perubahan yang digagasnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengusung visi Gerak Cepat Indonesia Unggul
Baca SelengkapnyaTak jarang mereka saling mengejek capres cawapres pilihan temannya, tapi tidak pernah berujung pertengkaran
Baca SelengkapnyaTimnas AMIN menyarankan Presiden Jokowi datang langsung debat capres-cawapres Pemilu 2024 agar bisa menilai
Baca SelengkapnyaDurasi waktu yang telah ditentukan itu memberi kesempatan yang sama bagi tiap capres atau cawapres.
Baca SelengkapnyaDebat kelima capres selesai, para pasangan capres dan cawapres saling berpelukan dan bersalaman.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengenakan kemeja putih, jas hitam lengkap dengan sarung ala santri yang dikalungkan ke lehernya
Baca Selengkapnya