Datangi NTB, anggota MPR ini sosialisasikan empat pilar
Merdeka.com - Dua ratus warga ditambah dengan Kepala Desa, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas berkumpul di Desa Kampasi Meci, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Mereka berkumpul untuk sambung rasa dengan wakil mereka yang duduk di MPR, yakni Muhammad Syafrudin anggota Fraksi PAN.
Dalam pertemuan, banyak hal yang dilakukan oleh Syafrudin, selain menyerap aspirasi masyarakat. Dalam pertemuan itu dia juga melakukan sosialisasi Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dikatakan, tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara ini beragam. Disebutkan berapa waktu lalu, bangsa ini dihadapkan dengan bencana yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Selatan dan daerah serta provinsi lainnya.
Muhammad Syafrudin sosialisasikan empat pilar di Desa Kampasi Meci, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu ©2018 Merdeka.com
"Di samping kehidupan berbangsa dan bernegara, kehidupan sosial kita juga banyak masalah," ujarnya.
Untuk mengatasi tantangan kebangsaan, Syafruddin diberi amanah oleh MPR untuk turun di daerah pemilihan melakukan Sosialisasi Empat Pilar. "Jangan sampai orang di kampung tidak mengerti Pancasila," ucapnya.
Dengan sosialisasi Empat Pilar, Syafruddin berharap masyarakat di Nusa Tenggara Barat paham terhadap nilai-nilai kebangsaan sehingga ketika ada permasalahan sosial di masyarakat dapat diselesaikan dengan cara musyawarah bukan dengan cara kekerasan. Dalam pertemuan, Syafruddin mengingatkan kembali pada nilai-nilai Pancasila dan pentingnya generasi muda memahami tata nilai kebangsaan sehingga ke depan bangsa ini tidak kehilangan semangat perjuangan dan tujuan bernegara. Wakil Sekretaris Fraksi PAN di MPR itu menegaskan, Indonesia walaupun berbeda latar budaya, suku, dan agama, namun merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak menjadikan perbedaan itu sebagai pemecah belah, melainkan sebagai sebuah kekuatan persatuan.
Muhammad Syafrudin sosialisasikan empat pilar di Desa Kampasi Meci, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten ©2018 Merdeka.com
Untuk itu Syafruddin berharap agar berbagai berita yang membuat provokasi dihindari. Diakui kadang ada berita yang baik, kadang ada pula berita yang buruk. Hal demikian membuat masyarakat mudah sekali terpengaruh dan terbawa dengan berita-berita yang ada. Baginya yang paling penting dalam kehidupan masyarakat tertanam rasa cinta tanah air, wawasan kebangsaan, memperkuat gotong royong, dan menjaga kerukunan dalam bingkai NKRI.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaJika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta
Sumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.
Baca SelengkapnyaKoalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemberian Pangkat Jenderal Kehormatan Prabowo
Koalisi Masyarakat Sipil menilai Pemberian gelar jenderal kehormatan kepada Prabowo Subianto merupakan langkah keliru
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemilu Tinggal 8 Hari, Pemprov Bali Instruksikan PNS dan ASN Harus Netral
Dalam waktu 8 hari akan diselenggarakan Pemilu 2024 untuk memilih Presiden, Wakil Presiden, anggota DPR/DPD/DPRD Provinsi.
Baca SelengkapnyaTKN: Prabowo Siang Malam Berkorban dan Pikirkan Negara
"Sosok yang betul-betul berkorban untuk merah putih, siang malam yang dipikirkan adalah merah putih beserta masyarakatnya," kata Eddy.
Baca SelengkapnyaGuru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres
Guru Besar-Dosen ITB Mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai, serta menjunjung hak asasi setiap pemilih.
Baca SelengkapnyaMenag Minta Khatib Salat Jumat Sampaikan Pesan Pemilu Damai dan Hargai Perbedaan Pilihan Politik
Yaqut mengatakan, pemilu sebagai pesta demokrasi yang diselenggarakan lima tahun sekali sehingga dijalankan dengan penuh riang gembira.
Baca SelengkapnyaSosialisasikan 'Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana', Atikoh Kenang Tak Mampu Bayar Kos saat Kuliah
Atikoh berasal dari keluarga yang tumbuh di lingkungan pesantren sederhana.
Baca Selengkapnya