Cerita pelawak Darto berkepala seperti helm

Merdeka.com - Ada banyak alasan kenapa artis zaman dulu lebih banyak diingat ketimbang masa kini. Salah satunya adalah mereka tidak secara instan meraih popularitasnya. Alhasil, ketenaran yang diraih lewat proses panjang juga tercermin dari skill akting mereka.

Darto Helm bisa dikatakan salah satu dari mereka yang dikenang karena akting bagusnya. Saking melekatnya karakter Darto Helm, nama aslinya kadang tidak diketahui. Lelaki kelahiran Purwokerto, 17 Maret 1943 ini aslinya dilahirkan dengan nama Sudarto.

Dia dikenal sebagai pelawak penuh totalitas. Darto pernah bergabung dengan grup humor Jayakarta yang dikomandani S Bagio. Bersama dua rekan lain, Diran dan Sol, kelompok ini sukses mengocok perut di setiap pementasan.

Pemilihan nama Darto Helm bukan tanpa sebab. Sekitar umur 20 tahun, pelawak kocak ini mengaku rambut bagian depannya berhenti tumbuh. Seiring bertambah usia, kebotakan menyebar hingga kepala bagian belakang. Jadilah ia seperti mengenakan helm.

Darto memulai karier panggungnya pada 1960. Perannya selalu menjadi yang teraniaya. Di atas pentas, ia kerap jadi bahan olok-olok rekan lain. Tapi justru di situlah kekuatannya. Tanpa lelaki ini, panggung sepi dan tiga anggota grup mengaku tak punya bahan bercanda.

Pada 1976, Darto mulai ditawari bermain film. Akting pertamanya untuk layar lebar 'Ateng Sok Tau.' Di sini, ia beradu akting dengan pelawak Ateng yang perawakannya 'sebelas-dua belas' dengannya. Tidak terlalu tinggi, tambun, plus wajah memelas. Keduanya sempat dibilang kakak-adik karena sepintas terbilang mirip.

Sejak itu, puluhan film dibintanginya. Ada yang bergenre komedi maupun horor. Namun Darto tetap diberi peran kocak, meski sempat terucap darinya, dia ingin peran yang lebih serius. Sudah nasib, peran lain selain lawakan tak sudi mampir kepadanya.

Bakat seni Darto ternyata bukan hanya akting. Dia juga punya selera musik yang yahud. Meski bersuara pas-pasan, paling tidak ia lebih jago nyanyi ketimbang rekan pelawak lain. Suaranya masih nyambung dengan musik.

Kecintaan Darto pada musik membuahkan beberapa lagu. Dua karyanya bergenre dangdut hingga kini masih sering dibawakan oleh biduan yakni Mandi Madu (dipopulerkan Elvy Sukaesih) dan Judi (dipopulerkan Rhoma Irama).

Darto tutup usia pada 2004 karena stroke. Setelah dirawat selama 13 hari di rumah sakit Petamburan, pelawak ini harus menyerah pada penyakitnya. (Diolah dari berbagai sumber)