Cerita Bikin Miris di Balik Ayah di Bali 'Habisi' Putrinya Lalu Bunuh Diri
Dugaan kuat IMS depresi sehingga melakukan pembunuhan kepada anaknya setelah melihat isi buku diary milik korban yang menceritakan banyak hal.
IMS (46) seorang ayah di Bali tega menghabisi nyawa buah hatinya sendiri, IPR (26). Usai membunuh, IMS bunuh diri.
Cerita Bikin Miris di Balik Ayah di Bali 'Habisi' Putrinya Lalu Bunuh Diri
Belakangan diketahui IPR adalah anak berkebutuhan khusus penyandang disabilitas. Alasan IMS membunuh IPR karena depresi dan putus asa sert kelelahan lelah merawat putrinya.
"Beberapa saksi menyampaikan IMS sedang depresi dan beberapa kali ingin bunuh diri dan berobat ke psikiater. Hasil pemeriksaan forensik maka dipastikan yang bersangkutan (IMS) meninggal dunia karena bunuh diri."
Kapolresta Denpasar Bambang Yugo Pamungkas saat konferensi pers di Mapolsek Denpasar Barat, Selasa (11/7).
Kronologi
Kemudian, pada hari yang sama sekitar pukul 16.59 WITA, datang jenazah IPR ke RSUP Proef Ngoerah dan langsung dibawa ke ruang jenazah karena sudah meninggal dunia. Namun, dari hasil pemeriksaan dokter bahwa keduanya dicurigai meninggal tidak wajar sehingga pihak dokter melaporkan ke Polsek Denpasar Barat.
Lewat laporan tersebut, akhirnya pihak kepolisian langsung mendatangi rumah korban di Jalan Bukit Tunggal, Denpasar Barat, Bali, untuk melalukan olah TKP dan meminta keterangan saksi-saksi atau pihak keluarga. Dari situlah diketahui IMS adalah ayah dari IPR. Sementara, pihak keluarga tidak mengetahui peristiwa yang terjadi di dalam kamar di lantai dua rumah IMS.Saat dokter memeriksa jasad IPR ditemukan jeratan di leher dan memar di bagian leher atas. Sementara, untuk IMS ada luka sayatan di bagian lengan kiri.
"Hasil pemeriksaan IPR ternyata meninggal tidak wajar atau dibunuh dengan perlukaan di leher bekas jeratan. Kemudian hasil pemeriksaan forensik bahwa hasil perlukaan IMS mudah dijangkau, ada luka di lengan sebelah kiri," ujarnya.
Dugaan kuat IMS depresi sehingga melakukan pembunuhan kepada anaknya setelah melihat isi buku diary milik korban yang menceritakan banyak hal. "Sebelum Covid-19, korban (IPR) dirawat oleh neneknya karena ada berkebutuhan khusus. Kemudian setelah Covid-19 dikembalikan kepada orangtuanya (IMS). Dan di dalam buku sudah satu tahun lebih merawat dan yang bersangkutan sudah merasa lelah untuk merawat dan beberapa kali ingin bunuh diri dari pihak IMS. Kurang lebihnya seperti itu," ujarnya.
Barang bukti yang ditemukan pihak kepolisian di TKP ada seprai dengan bercak darah, satu bilah pisau cutter ada bercak darah, satu palu karet warna hitam, dua buah kain perban yang berisi bekas darah, satu tali plastik cokelat, satu buku catatan warna cokelat.
"Hasil pemeriksaan di TKP ditemukan buku memori yang selalu dicatat IMS. Bahwa dapat disimpulkan IPR meninggal dijerat oleh tersangka IMS, dan kemudian IMS meninggal dikarenakan bunuh diri," ujarnya.