Cegah aksi terorisme, Kapolri minta Kemkominfo tutup website radikal
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, saat ini ada dua fenomena teror yang terjadi di dunia. Yakni teror dengan menggunakan jaringan dan jihad tanpa pemimpin (leaderss jihad) atau disebut lone Wolf.
Sebagai contoh adalah kasus terorisme penyerangan terhadap dua anggota Brimob usai melakukan Salat Isya dinilai sebagai fenomena leaderless jihad.
"Diduga kasus Mulyadi ini yang di Falatehan adalah kasus leaderless jihad," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (4/7).
Sejauh ini Polri menilai, kasus Mulyadi sebagai bentuk dari fenomena Lone Wolf. Penggunaan istilah serigala ini sebagai bentuk serangan yang dilancarkan para pelaku teroris dengan sendirinya.
"Fenomena di kita ini yang namanya leaderless jihad, lone wolf, radikalisasi sendiri, self radicalisation. Nah mereka tadi, internet segala macam dan kemudian terinspirasi," terang Tito.
Para pelaku Lone Wolf biasanya tidak masuk dalam jaringan manapun. Mereka mempelajari paham radikal lewat dunia maya dengan cara internet chatting, ikut kelompok telegram radikal.
Dari situlah, kata Jenderal bintang satu ini, para pelaku lone wolf terpengaruh, terinspirasi dan belajar dengan sendirinya untuk mengatur strategi dan melakukan penyerangan sendiri.
"Nah biasanya serangan mereka tidak terlalu besar. Enggak seperti bom bali yang dibuat terstruktur, bomnya besar, sasarannya juga impact-nya besar," kata Tito.
"Karena bergeraknya perorangan maka kemampuan mereka pun perorangan, kurang biaya kemudian pengetahuannya kurang, kapabilitas istilahnya, kurang, maka itu menggunakan pisau," sambungnya.
Di beberapa negara lainnya bahkan teror dilakukan dengan menabrakkan kendaraan seperti yang terjadi di Inggris. Untuk itu pencegahan yang harus memperkuat deteksi dini di internet.
"Harus dilakukan patroli internet dengan memperkuat, mengkonsolidasikan kekuatan cyber nasional, polisi, BIN, TNI dan badan cyber," kata dia.
Pihaknya pun meminta Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk menutup website-website radikal dan memenetrasi obrolan di internet.
"Semua saluran komunikasi mereka dipenetrasi atau di breakdown, yang bisa diclose,diclose yang bisa masuk kita masuk bagian dari mereka sehingga tau rencana mereka," pungkas Tito.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyidik telah berkoordinasi dengan Densus 88 Antiteror. Hasilnya, pelaku dipastikan bukan bagian dari jaringan terorisme.
Baca SelengkapnyaMelalui akun media sosialnya, Kapolri menyebut NU menjadi salah satu pilar bangsa dalam mengisi kemerdekaan
Baca SelengkapnyaRasa fanatik itu harus dicegah dengan edukasi, agar mencegah terjadinya konflik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Aksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaAVISI: Perlu Bersama-sama Temukan Solusi Melawan Pembajakan Konten Ilegal
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaJalan lintas Sumatera terpantau macet parah sepanjang 12 kilometer pada Jumat (5/4) sore.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaBAKTI Kementerian Kominfo menerima usulan sekitar 80.000 titik penyediaan akses internet dari KPU.
Baca Selengkapnya