Merdeka.com - Sifat masyarakat Indonesia selalu gemar akan sesuatu yang impor ikut mempengaruhi cara memandang orang Indonesia terhadap bule. Bule dilihat sebagai seseorang yang penuh pesona, romantis, cool, charming, cantik, seksi dan sederet pujian lainnya. Imaji ini tentu tak lepas dari pengaruh derasnya film Hollywood sampai produk fashion.

Namun pada kenyataannya tidak semanis khayalan orang Indonesia. Elisabeth Oktofani adalah wanita telah merasakan pahit manisnya berhubungan dengan bule, bahkan sejak dia masih menginjak bangku sekolah.

"Banyak bule yang selalu dianggap keren dan tampan di Indonesia tapi sebenarnya enggak banyak dari mereka yang istilahnya rejectan dan tidak bisa mendapatkan pasangan di negara mereka entah karena fisik, intelektual atau finansial bahkan ada juga yang banyak dari mereka hidup dengan social security (jaminan sosial) dari pemerintah mereka karena mereka tidak bekerja" kata perempuan berusia 27 tahun ini.

Selama bertahun-tahun berada di lingkungan bule, penulis buku 'Bule Hunter' sekaligus jurnalis ini pun kerap kali merasakan kekesalan pada bule. Apalagi jika bule tersebut menjadi orang kaya baru di Indonesia.

"Banyak yang belagu, belagu karena terbiasa punya sistem yang bagus tidak dilayani protes marah, gue kan punya duit dan bisa membeli segala sesuatu, belagu gitu padahal secara finansial enggak tajir. Paling jelek mereka jadi guru bahasa yang tidak bersertifikat dengan gaji 10 juta atau jadi model yang banyak ditangkap-tangkapi untuk bertahan hidup," jelas alumnus Atma Jaya ini.

Dia pun menilai masuk ke kehidupan bule pun bukan suatu hal yang menyenangkan seperti terlihat di film-film. Lagi-lagi wanita ini menilai orang Indonesia tertipu oleh khayalan mereka sendiri.

"Masyarakat kita suka mengelu-elukan bule dan barat segala bagus, segala keren padahal enggak kayak gitu. Kehidupan mereka lebih bikin ribet-ribet. Mereka harus disiplin untuk terus menghasilkan uang yang cukup," ucap dia.