Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bong Kee Chok, komandan gerilya bermata harimau

Bong Kee Chok, komandan gerilya bermata harimau Operasi Sandi Yudha. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Akhir 1960an hingga 1970an awal, Bong Kee Chok alias Yusuf Said menjadi target utama pasukan gabungan Indonesia-Malaysia. Ribuan prajurit kedua negara memburunya di kelebatan hutan Kalimantan.

Bong Kee Chok dilatih tentara Indonesia saat konfrontasi dengan Malaysia. Dia mendirikan Pasukan Gerilya Serawak (PGRS) untuk memerangi Inggris bersama tentara Indonesia. Kemudian kebijakan Orde Baru, berbalik memusuhi PGRS, karena dicap komunis. Maka walau pedih, Bong Kee Chok memerangi gurunya sendiri, tentara Indonesia.

Bukan perkara mudah menangkap komandan gerilya ini. Indonesia dan Malaysia mengerahkan satuan elitenya untuk terus melacak jejak Bong Kee Chok.

Salah satunya adalah AM Hendropriyono dan tim pasukan elite baret merah TNI AD. Hendro saat itu masih menjadi perwira pertama. Hendro berhasil menangkap atau menewaskan tokoh-tokoh gerilyawan di Kalimantan, tetapi pria yang digelari si tikus hutan ini tak tertangkap.

Baru pada November 1973, akhirnya Bong Kee Chok mau keluar hutan dan menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Malaysia.

Pada tahun 2005, Hendropriyono yang sudah pensiun dari TNI dan berpangkat jenderal baru bisa melihat wajah Bong Kee Chok. Pertemuan itu digelar di Hotel Four Seasons Singapura berkat jasa kenalan Hendro.

Maka setelah 38 tahun, Hendro akhirnya bisa bertemu bekas musuhnya. Tak ada amarah atau dendam, hanya rasa hormat dan kagum dari dua prajurit tua ini.

"Ini jagoan yang saya tunggu tunggu. Ternyata ia tidak tinggi, cuma sekitar 163 cm. Kulit dan matanya tidak mencerminkan ia seorang China. Sama sekali saya tak menyangka. Berpakaian sederhana dengan potongan rambut ala militer, otot-otot lengan untuk lelaki berusia 70 tahun (saat itu), dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas," kata Hendro melukiskan pertemuan pertama tersebut.

Keduanya berbincang akrab. Ternyata Bong Kee Chok kehilangan jari tengah dan telunjuk tangan kanan saat bergerilya. Penyebabnya ternyata granat tua dari Indonesia yang meledak sebelum dilempar. Sementara luka-luka lama Hendro saat berduel dengan salah satu pimpinan PGRS, Ah San, juga masih ada.

Banyak pikiran yang berkecamuk, seperti kenapa dulu saling bertempur dan saling menyiksa hanya karena perang yang mau memaksakan ideologi, keyakinan atau kehendak suatu pihak kepada pihak yang lain?

Tapi keduanya tak menyesal dengan pilihan yang diambil. Hendro sadar dirinya prajurit Indonesia yang wajib membela negara. Dalam bertempur pilihannya membunuh atau dibunuh.

"Sementara Bong Kee Chok tidak menyesal terhadap perjuangan PGRS di masa lampau karena perjuangannya itu merupakan sebutir batu dari sejumlah batu-batu sandungan bagi kapitalisme kuno yang ortodoks," jelas Hendro.

Keduanya berjabat tangan erat sebelum berpisah. Tertawa. Mengenang pengalaman masa muda mereka sebagai sesama prajurit tempur.

(mdk/ded)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Besok Pagi, Relawan Prabowo-Gibran Bakal Konvoi dari Monas Menuju GBK
Besok Pagi, Relawan Prabowo-Gibran Bakal Konvoi dari Monas Menuju GBK

Titik kumpul kegiatan ‘Indonesia Menjemput Kemenangan Prabowo-Gibran sekali putaran’ berada di Monas

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC
Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC

Penjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran

Baca Selengkapnya
Gerindra Pede Kesaksian Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres Bongkar Fitnah Kecurangan Prabowo-Gibran
Gerindra Pede Kesaksian Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres Bongkar Fitnah Kecurangan Prabowo-Gibran

Gerindra justru optimis kesaksian empat menteri tersebut akan secara langsung membantah tudingan kecurangan dilakukan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar
Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Airlangga menyebut, Golkar terbuka bagi kader terbaik bangsa.

Baca Selengkapnya
Sekjen Gerindra Kaget Dengar Kabar AHY akan Dilantik Jadi Menteri ATR/BPN Besok
Sekjen Gerindra Kaget Dengar Kabar AHY akan Dilantik Jadi Menteri ATR/BPN Besok

Gerindra menyambut baik apa yang sudah diputuskan Presiden Jokowi dalam mengangkat siapapun menjadi menteri.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Yoe Kim Lay, Kapitan Tionghoa Pertama di Tarutung
Mengenal Sosok Yoe Kim Lay, Kapitan Tionghoa Pertama di Tarutung

Kim juga merupakan kapitan Tionghoa pertama di Tarutung. Ia menjabat pada 1916 - 1933.

Baca Selengkapnya
TKN Prabowo-Gibran ke Erick Thohir: Selamat Datang Masinis Pemilih Muda di Gerbong 02
TKN Prabowo-Gibran ke Erick Thohir: Selamat Datang Masinis Pemilih Muda di Gerbong 02

“Sekali lagi, selamat datang Chief Erick Thohir, sosok yang sepatutnya menjadi masinis pemilih muda di gerbong 02,” tutur Arief

Baca Selengkapnya
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.

Baca Selengkapnya
Jateng jadi Kandang Banteng yang Kokoh, Ganjar Bocorkan Kisi-Kisi Menang di Jawa Tengah
Jateng jadi Kandang Banteng yang Kokoh, Ganjar Bocorkan Kisi-Kisi Menang di Jawa Tengah

Ganjar minta kepala daerah ingin berkampanye segera ajukan cuti

Baca Selengkapnya