BMKG sebut gas rumah kaca dan debu turun 70 persen saat hari Raya Nyepi
Merdeka.com - Aktivitas warga berhenti total saat perayaan Hari Raya Nyepi di Bali. Momentum ini digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), untuk mengukur parameter cuaca dan kualitas udara saat Hari Raya Nyepi.
Ada dua komponen yang diukur oleh BMKG, yakni Gas Rumah Kaca (GRK) dan partikulat atau debu. Hal ini, bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas manusia secara nyata berkontribusi kepada kenaikan gas rumah kaca dan zat-zat tercemar.
Untuk mengetahui atau menganalisa hal tersebut, ada beberapa alat yang di pasang oleh BMKG. Seperti alat Sensync, Sinyei, MetOne, dan Gray Wolfb yang mengidentifikasi beberapa jenis gas-gas polutan, partikel debu dan GRK.
"Alat itu kami pasang di lima titik di kawasan Bali, di Denpasar, Bedugul Tabanan, Singaraja, Karangasem, dan Jembrana Bali. Kemudian, satu di Banyuwangi," ucap Radyan Putra Pradana sebagai Peneliti Muda di Bidang Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Pusat, Kamis (15/3) sore.
Pradana menambahkan, untuk pemasangat alat di luar Bali yaitu Banyuwangi, tujuannya untuk mengetahui apakah ada kenaikan dari kualitas udara ambien di sekitar wilayah Banyuwangi. Karena, saat Hari Raya Nyepi, biasanya banyak terjadi perpindahan manusia keluar pulau Bali.
"Maksud kami, memasang peralatan di Banyuwangi itu,untuk melihat sejauah mana pengaruh Nyepi diluar Bali. Atau aktivitas di Banyuwangi," imbuhnya.
Pemasangan alat tersebut, sudah dilakukan sejak tanggal (11/3) sampai Hari Raya Nyepi usai pada pada tanggal (18/3) mendatang. Kemudian, baru bisa mengetahui hasil dari seberapa besar turunnya gas-gas polutan, partikel debu dan GRK di Bali.
"Kita nantinya menganalisa, hasil dari sensor alat-alat itu. Sejauh mana turunnya sepanjang nyepi itu berjalan, " ujar Pradana.
Namun, dari hasil data yang didapat dari tahun 2013 sampai 2017 penurunan gas-gas polutan, partikel debu dan GRK di Bali sangat signifikan. Tercatat, di tahun 2015 gas CO2 75 persen dan di tahun 2017 sekitar 87 persen.
"Artinya di beberapa parameter misalkan seperti CO2, SO2 dan NO2 itu menujukan penurunan yang sangat signifikan," ujar Pradana.
Menurut Pradana, setiap Hari Raya Nyepi di Bali tentunya akan mengalami penurunan yang sangat signifikan. Seperti di Denpasar, yang memang terbesar portikulatnya karena mewakili daerah Kota dengan aktivitas jumlah penduduk yang banyak, akan mengalami penurunan tersebut.
"Kalau dari angka statistik untuk Partikulatnya di Kota Denpasar. Jika dibandingkan wilayah lain di Bali. Namun saat nyepi bisa menurun sampai 70 atau 80 persen," tandasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hari ini, sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
Baca SelengkapnyaPGN memperketat pengamanan dan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah insiden keamanan yang dapat mengganggu ataupun merugikan lingkungan.
Baca SelengkapnyaPenyebab angin puting beliung dampak dari ikutan pertumbuhan awan sibi. Di mana awan sibi ini merupakan awan yang menyebabkan terjadinya hujan lebat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaPertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaBMKG minta masyarakat waspada cuaca ekstrem periode 3-10 Januari 2024
Baca SelengkapnyaKepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.
Baca SelengkapnyaUntuk menyambut Ramadan dan Hari Raya, menjaga kebersihan kulkas agar makanan tetap segar menjadi sangat penting. Berikut adalah tips untuk membersihkannya.
Baca SelengkapnyaMerauke memiliki potensi pertanian yang besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya di Indonesia bagian timur.
Baca Selengkapnya