BMKG: Potensi Tsunami Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau Menurun
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan potensi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau menurun. Penurunan ini dipicu melemahnya aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Karena erupsi ini melemah, maka tentunya potensi tsunami akibat erupsi juga turun atau sangat kecil," ungkapnya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (28/4).
Dwikorita menjelaskan berdasarkan hasil peninjauan langsung, Gunung Anak Krakatau hanya mengeluarkan lelehan lava. Tidak ada explosion atau ledakan sama sekali.
Jalur Mudik Merak-Bakaheuni Aman
Menurut Dwikorita jalur mudik Merak-Bakaheuni aman dari ancaman tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Kesimpulan ini setelah melihat jarak Merak-Bakaheuni yang jauh dari Gunung Anak Krakatau. Bahkan, keberadaaan Merak-Bakaheuni terhalang oleh beberapa pulau.
"Nah karena lokasinya yang jauh tadi, terhalang beberapa pulau, maka kami menyimpulkan penyeberangan relatif aman dari bahaya tsunami. Apalagi erupsinya melemah," ucapnya.
Meski demikian, Dwikorita mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada. Mengingat erupsi Gunung Anak Krakatau fluktuatif, kadang-kadang menguat atau melemah.
Dia memastikan BMKG bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Kami akan segera mengupdate perkembangannya apabila ada gejala yang membahayakan," katanya.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau Sudah Mereda
Kepala PVMBG Kementerian ESDM, Hendra Gunawan melaporkan aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah mereda. Kondisi ini merujuk pada kondisi tremor Gunung Anak Krakatau yang telah turun menjadi 2 milimeter.
"Sekarang hanya dalam rata-rata 2 milimeter. Di mana overscale itu kurang lebih sekitar 55 milimeter," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (28/4).
Selain itu, Hendra menyebut gas sulfur dioksida (SO2) Gunung Anak Krakatau juga menurun. Pada 24 April 2022, SO2 yang dihasilkan Gunung Anak Krakatau tercatat sebanyak 9.000.
Sementara enam jam kemudian naik menjadi 13.000. Namun, dalam dua hari yang lalu, SO2 Gunung Anak Krakatau turun menjadi 5.000.
"Jadi memang sudah menurun," ucapnya.
Meski aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah mereda, Hendra meminta masyarakat tetap waspada. Sebab, berdasarkan hasil peninjauan langsung, Gunung Anak Krakatau masih mengeluarkan asap mencapai 25 meter.
"Nah dilaporkan juga dari posko pengamatan Gunung Anak Krakatau ini ada sinar api setinggi 25 meter. Jadi ini kalau malam hari, kadang-kadang mesti kita amati adanya sinar api. Artinya, di tempat keluarnya asap itu masih panas," jelasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia menjelaskan dalam keilmuan geologi erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca Selengkapnya"Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami," kata BMKG.
Baca SelengkapnyaGunung Ruang Naik Status jadi Awas, Kekuatan Erupsi Makin Besar
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) menetapkan Status Tanggap Darurat selama 14 hari terhitung mulai 16-29 April 2024.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
Baca SelengkapnyaGempa yang berlokasi di 7.61 LS,105.90 BT, 85 km Barat Daya di Bayah dengan kedalaman 10 km itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Baca SelengkapnyaKepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.
Baca SelengkapnyaPusat gempa tersebut berada di laut sebelah Barat Pulau Karatung atau berjarak 110 kilometer barat laut Karutung, Sulawesi Utara, di kedalaman 141 kilometer.
Baca SelengkapnyaBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya