Biayai anak asuh derita cerebral palsy, Joko kerja keras jadi sopir
Merdeka.com - Kondisi keuangan yang pas-pasan tidak menjadi penghalang bagi pasangan suami-istri, Joko Mulyanto (48) dan Tatik Musyarofah (48), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan menjadi orangtua asuh. Joko yang bekerja sebagai sopir mampu berbagi kasih dan rizki kepada lebih dari 27 anak yatim dan terlantar di sekitarnya, salah satunya menderita Cerebral Palsy.
Cerebral Palsy (kelumpuhan otak besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral Palsy lebih sering ditemukan pada anak kecil. Terdapat 1-2 bayi dari 1.000 bayi menderita Cerebral Palsy, tetapi 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur.
"Namanya Athar Rizky, 13 bulan. Anak ini sudah jadi langganan Rumah Sakit Brawijaya," kata Joko saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/6).
Bermodal keyakinan atas rezeki yang sudah diatur Allah serta pekerjaan sebagai sopir, Joko dengan suka rela menampung Athar dan anak-anak yatim serta terlantar lainnya.
Untuk biaya berobat dan perawatan Athar saja mencapai puluhan juta rupiah. Angka ini tentu tak terjangkau dengan penghasilannya sebagai sopir.
"Setiap Senin harus di bawa ke RS Brawijaya. Kalau 11 hari perawatan bisa Rp 12-13 juta. Kalau di Brawijaya kalau enggak ada bantuan ya bisa sampai Rp 30 juta. ICU buat anak kecil itu saja Rp 15 juta untuk 3 hari, ini minimal. Belum obat dan biaya dokter," tutur Joko.
Meski sudah berkali-kali masuk rumah sakit, tampaknya kondisi terburuk Athar baru saja dilewati. "Tanggal 16-20 Juni 2015 masuk rumah saki, padahal tanggal 4 Juni baru keluar rumah sakit. Itu kondisi paling drop, kita sudah pasrah saja kalau Allah mau ambil, karena kata dokternya ya tinggal nunggu mukjizat saja. Tapi ini anak selamat," ujar Joko.
Joko memaparkan, Athar dibawa kepadanya oleh orangtua angkatnya. Orangtua kandung Athar sendiri tak terlacak rimbanya. "Orangtua angkatnya itu enggak tahu kalau anaknya punya penyakit ini. Kita rawat dan sudah enggak diambil lagi anak ini," ungkap Joko.
Entah dari mana, lanjut Joko, ada saja jalan keluar untuk masalah finansial yang dihadapi Joko dan keluarga besarnya tersebut.
Joko sendiri bukan tanpa masalah. Dirinya divonis menderita Hepatitis B dan diabetes. Meski demikian, kebesaran hatinya mengalahkan deritanya tersebut.
Anak-anak yang ditampungnya pun tidak semuanya sehat. Selain Athar, Joko juga memiliki anak asuh menderita epilepsi. "Ada yang epilepsi, kambuh bisa sampai 8 kali, umurnya 14 tahun," imbuh Joko.
Apa pun kondisi anak-anak tersebut, Joko bersama Tatik bertekad untuk tidak menelantarkan mereka semua.
"Kami enggak mau nolak. Kami anggap orang yang datang minta tolong ke kami itu kami anggap orang yang memang sudah dikasih jalan sama Allah, kalau kami tolak artinya kami nolak rezeki dari Allah," tutupnya.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerebral palsy adalah penyakit kelainan saraf pada otak. Kenali ciri-cirinya pada bayi Anda.
Baca SelengkapnyaKapolri Listyo Sigit Prabowo beri semangat ke disabilitas berprestasi jago komputer hingga diminta wajib lanjut S2.
Baca SelengkapnyaHati Jeki luluh dan langsung memangggil anak buahnya untuk mengambilkan bingkisan dari mobilnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasien dijadwalkan menjalani kontrol kembali di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada bulan depan.
Baca SelengkapnyaSaridah, orang tua yang anaknya bernama Yonata, memiliki keterbatasan dan bersekolah di SLB PGRI Nanggulan Kulonprogo.
Baca SelengkapnyaPenyandang disabilitas merupakan kelompok rentan yang memiliki kemampuan untuk berdaya, tetapi kurang mendapat kesempatan.
Baca SelengkapnyaCatur Pramono berkesempatan menjadi ketua KPPS dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaIbu hamil, lansia, hingga disabilitas harusnya mendapatkan pelayanan prioritas di fasilitas umum.
Baca SelengkapnyaRuslan mengatakan selama huruf braille di surat suara tidak terhapus, dirinya bisa memilih
Baca Selengkapnya