Belum maksimal, bis listrik belum layak diproduksi massal
Merdeka.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menganggap Electric Bus buatan Kementerian Riset dan Teknologi belum layak diproduksi massal. Sebab masih jauh dari sempurna.
"Masih lambat, mungkin kecepatan tidak bisa tinggi. Harga juga masih tinggi," kata Anggota Komisi VII, Satya Yuda kepada wartawan di DPR, Jakarta, Rabu (27/6).
Ongkos produksi yang dipatok Rp 1,2 miliar per unitnya, menjadikan DPR pesimis pada Electric Bus. Untuk itu, DPR menyarankan supaya pemerintah bersedia memberikan insentif pajak jika Electric Bus akan diproduksi massal.
"Kalau bisa dinonaktifkan pajaknya. Pokoknya kita pikir secara kompetitif, supaya bisa jalan, harganya harus bersaing dengan pasar" ujarnya.
Tidak hanya itu, belum terbangunnya infrastruktur untuk Electric Bus juga menjadi kendala tersendiri. Seperti tempat pengisian baterai yang menyerupai SPBU.
"Yang paling penting adalah mobil listrik bisa bersaing dengan mobil lain," terang Satya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Luhut optimis kedatangan BYD akan disambut dengan baik oleh masyarakat.
Baca SelengkapnyaJenderal Moeldoko berharap pameran PEVS ini mampu meningkatkan pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBlueBird akan menyiapkan 100 unit taksi listrik, 50 unit armada mobil rental listrik, dan 10 unit armada bus jurusan IKN-Balikpapan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penjualan mobil listrik berbasis baterai di Indonesia terus bertumbuh, sejak insentif PPN dari pemerintah bagi BEV yang dirakit lokal.
Baca SelengkapnyaJokowi menyampaikan, pemerintah terus berupaya mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM mencatat, realisasi subsidi listrik di 2023 mencapai Rp64,02 triliun.
Baca SelengkapnyaSalah satu perusahaan otomotif asal China, BYD akan segera masuk ke pasar Indonesia mulai 2024.
Baca SelengkapnyaRealisasi pembangunan ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 1.035 unit.
Baca SelengkapnyaKendaraan motor listrik untuk menekan buruknya kualitas udara Jakarta.
Baca Selengkapnya