Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Alasan warga tolak tambang pasir di Lumajang sampai Kancil dibunuh

Alasan warga tolak tambang pasir di Lumajang sampai Kancil dibunuh Petani dibunuh di Lumajang. ©LBH Jakarta

Merdeka.com - Warga Desa Selok Awar-awar, Abdul Hamid sudah memendam kesal jauh hari pada aktivitas penambangan pasir di Pesisir Watu Pecak, Lumajang, Jawa Timur. Lalu lalang truk besar muatan pasir kerap mengganggu aktivitas warga.

"Jalan kan milik masyarakat umum, kalau sudah bawa pasir itu nguasai jalan. Truk pasir ini malah milih jalan yang bagus. Kalau ada warga lewat disuruh minggir, dia lewat jalan yang bagus," kata Hamid di Desa Selok Awar-awar, Pasiran, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (29/10).

Selain itu, seorang warga pemilik sawah, Nadi (50) mengaku rugi karena sawahnya rusak akibat penambangan pasir di Pesisir Watu Pecak. ‎Saat ini hasil taninya hancur akibat terendam air asin laut. Mengalirnya air asin laut tersebut karena adanya aktivitas penambangan pasir.

"Sawah saya habis lima petak. Sekitar satu hektar," keluh Nadi sembari menunjuk lokasi petak sawahnya yang sudah tergenang air laut.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nadi akhirnya bekerja sebagai kuli tanaman tebu. Dia hanya mendapat 20 ribu sehari dari hasil kerja tersebut. Selain Nadi masih banyak warga lain yang sawahnya ikut rusak. Namun tak banyak warga yang berani mengungkapkan hal tersebut.

Menurut pantauan merdeka.com, saat ini sudah tak terlihat proses penambangan pasir di Pesisir Watu Pecak. Jalan utama desa yang beraspal dengan lebar sekitar dua meter tak dilewati truk pengangkut pasir seperti biasanya.

Terlihat di beberapa jalan ada tumpukan pasir yang dibiarkan menggunung menutup separuh badan jalan. Menurut seorang warga, Turiman (35) pasir tersebut ada karena para warga meminta truk untuk berhenti melakukan aktivitas tambang. Akhirnya muatan truk dibuang di jalanan.

Sedangkan di lokasi penambangan pasir tersebut terlihat banjir sebagian. Selain jalanan yang biasa dilewati truk dan eksavator‎ dialiri air, sawar warga pun rusak. Turiman menjelaskan, biasanya meskipun kondisi sebagian lokasi penambangan tergenang air pasang laut, aktivitas penambangan tetap berlanjut.

"Biasanya meskipun air laut pasang gini, para penambang tetap kerja," ungkapnya.

‎Di lokasi penambangan juga terdapat banner berisi foto Tim 12. Menurut warga tim tersebutlah yang menjadi penjagal para aktivis anti tambang, Tosan dan Salim Kancil. Sebelumnya tim itu kerap melakukan teror terhadap warga. Tim tersebut juga diserahi oleh aparatur desa untuk mengelola aset tambang pasir Pesisir Waktu Pecak.

Awalnya memang warga sepakat dengan janji Tim 12 melalui Kepala Desa Selok Awar-awar untuk membangun Pesisir Watu Pecak sebagai kawasan wisata. Namun warga heran mengapa sejauh ini yang digali justru pasirnya saja. Lantas menurut warga slogan menjadikan kawasan wisata tersebut hanya kedok agar bisa mengeruk pasir di wilayah itu.

"‎Masyarakat menyetujui karena untuk wisata. Kolam renang, pemandian. Karena lebih 7 meter, kan gak masuk akal kolam kedalaman segitu, orang kan takut. Kenyataannya tak sesuai dengan wisata. Ternyata bukan wisata. Malah pasirnya diambil. Kurang lebih sudah 2 tahun," kata saudara Tosan yang menjadi korban kekerasan penjagal, Madris.

(mdk/rnd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bikin Onar di Jalan, Ratusan Pesilat Lamongan Menangis Sesenggukan di Kantor Polisi

Bikin Onar di Jalan, Ratusan Pesilat Lamongan Menangis Sesenggukan di Kantor Polisi

Pesilat asal Lamongan disambut banjir air mata usai digelandang ke kantor polisi akibat terlibat kericuhan.

Baca Selengkapnya
Kakek Ini Jualan Sapu Lidi Tapi Tak Laku, Tubuh Gemetar Minta Dagangannya Ditukar dengan Sebungkus Nasi

Kakek Ini Jualan Sapu Lidi Tapi Tak Laku, Tubuh Gemetar Minta Dagangannya Ditukar dengan Sebungkus Nasi

Saat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.

Baca Selengkapnya
Lapas Gorontalo Banjir, Begini Penampakannya

Lapas Gorontalo Banjir, Begini Penampakannya

Banjir tersebut terjadi akibat hujan deras yang masih mengguyur wilayah Kota Gorontalo sejak pukul 14.00 WITA.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tak Menyangka Doanya Dikabulkan Tuhan, Ibu Pemulung 5 Anak Tinggal di Gubuk Pingir Kali Ini Nangis dan Sujud Syukur saat Dapat Rumah Baru

Tak Menyangka Doanya Dikabulkan Tuhan, Ibu Pemulung 5 Anak Tinggal di Gubuk Pingir Kali Ini Nangis dan Sujud Syukur saat Dapat Rumah Baru

Keluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.

Baca Selengkapnya
Jadi Kesayangan saat Buka, Ini Alasan Kenapa Teh Hangat Seharusnya Dihindari Penderita Asam Lambung

Jadi Kesayangan saat Buka, Ini Alasan Kenapa Teh Hangat Seharusnya Dihindari Penderita Asam Lambung

Teh hangat merupakan minuman kesayangan banyak orang pada saat berbuka puasa, sayangnya minuman ini tidak sehat dikonsumsi pada saat berpuasa.

Baca Selengkapnya
Cegah Kemacetan Mudik, Korlantas Minta Perlintasan Sebidang Tanpa Palang Pintu Diperhatikan

Cegah Kemacetan Mudik, Korlantas Minta Perlintasan Sebidang Tanpa Palang Pintu Diperhatikan

Itu perlu diantisipasi terutama kecelakaan lalu lintas dan kemacetan" ujar Slamet

Baca Selengkapnya
Dagangan Tak Laku Sama Sekali, Pasangan Paruh Baya Ini Menangis Haru saat Ada Pembeli Borong Jualannya

Dagangan Tak Laku Sama Sekali, Pasangan Paruh Baya Ini Menangis Haru saat Ada Pembeli Borong Jualannya

Setiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.

Baca Selengkapnya
Eksekusi Lahan dan Ruko di Jambi Ricuh, Anggota Polri Luka-Luka Dikeroyok

Eksekusi Lahan dan Ruko di Jambi Ricuh, Anggota Polri Luka-Luka Dikeroyok

Kericuhan terjadi saat eksekusi lahan di Jalan Baru, Payo Selincah, Jambi Timur, Kota Jambi, Senin (18/12). Seorang anggota Polri terluka dalam peristiwa itu.

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Ada Teman Bilang Kita Tidak Perlu Pilkada Lagi Kalau Pelaksanaannya Ancam Kepala Desa

Cak Imin: Ada Teman Bilang Kita Tidak Perlu Pilkada Lagi Kalau Pelaksanaannya Ancam Kepala Desa

Muhaimin atau Cak Imin pada siang harinya juga mencuitkan soal slepet.

Baca Selengkapnya