Merdeka.com - Pekerja Seks Komersial (PSK) semakin menjamur. Bahkan tak tanggung-tanggung, beberapa darinya menjadikan profesi ini sebagai pekerjaan utama atas dan yang tak habis pikir mendapat izin suami.

Lalu mengapa bisa suami izinkan istri jadi PSK? Apa sebabnya?

Sosiolog Musni umar mengungkapkan, adanya izin dari suami untuk istri yang bekerja sebagai PSK bukan lain karena faktor utama ekonomi. Kebutuhan sehari-hari kadang membuat orang melakukan hal di luar kendalinya.

"Menurut saya faktor utama itu karena ekonomi. Kalau bukan persoalan ekonomi, suami mana yang mau istrinya dijual seperti itu? Karena bagaimana pun istri itu bagian dari suami itu, artinya pasangan hidup, yang harus dijaga secara lahir dan batin," kata Musni saat dihubungi merdeka.com, Selasa (8/12) malam.

Musni yakin sekali desakan keuangan sangat mempengaruhi tindakan yang diambil oleh seseorang. "Itu pasti terpaksa dilakukan. Saya yakin betul kalau tak ada desakan ekonomi, suami tak mau melakukan hal itu. Begitu sebaliknya, istri tak akan mau melakukan hal itu kalau bukan ekonomi. Karena pada kodratnya, wanita harus menjaga kehormatan. Untuk pelayanan 'pria hidung belang', keduanya ini pasti berat sekali," ungkapnya.

Selain keuangan, Musni menjelaskan beberapa faktor pun ikut andil dalam hal ini. Seperti gangguan kejiwaan yang dialami suami serta gengsi besar diantara keduanya.

"Kalau suami itu menikahi seorang perempuan cantik dengan memang dasarnya tujuan untuk nantinya dijual, berarti dia sakit. Jiwanya keganggu. Bagaimana juga, suami pasti jiwanya tertekan banget ketika mengizinkan sang istri bekerja seperti itu. Jangankan itu, lihat istri dekat pria lain saja kadang kesal. Intinya kalau normal, dalam keadaan sulit tetap saja dia melindungi istri dari segalanya. Jadi hal ada yang perlu ditanyakan, bisa saja dia ubnormal," ungkapnya.

Lanjutnya, selain kebutuhan ekonomi yang mendesak atau suami yang ubnormal, perizinan ini bisa saja karena gaya hidup keduanya yang terbilang mewah. Hal ini menurut Musni biasanya terjadi di kota besar seperti Jakarta.

"Biasanya ada gengsi dengan orang lain, atau gengsi terhadap keluarga besar. Sang suami tak mau dilihat oleh orang lain sebagai pria tak punya atau pas-pasan, sehingga dia melakukan cara itu. Dengan begitu, dia dan istri bisa membeli barang apapun. Sehingga keluarga maupun orang sekitar melihat bahwa mereka mempunyai kehidupan sukses," ucapnya.

"Namun biasanya ini terjadi di Ibu Kota yang penuh dengan gengsi. Karena kalau di pedalaman, jangankan menjual sang istri, istri dekat dengan pria lain saja bisa-bisa terjadi perkelahian bahkan pembunuhan. Karena sejatinya tak ada satupun suami yang rela istrinya 'digauli' pria lain selain dirinya," tutupnya.

Sebelumnya, seorang mucikari Mami Rika dengan bermodal handphone mencarikan perempuan, setiap pesanan datang. Baginya, sayang sekali jika uang komisi yang menggiurkan, lewat begitu saja.

"Sesuai keinginan pemesannya, perempuan-perempuan itu akan dikirimkan ke kamar yang sudah disepakati," kata Kapolsek Blimbing, AKP Budi Setyono di Mapolsek Blimbing Jalan Raden Intan Arjosari, Kota Malang, Senin (7/12).

Rika memiliki 7 orang perempuan yang bisa diajak berkencan, tentu selama harganya cocok. Rata-rata mereka berusia antara 30 tahun sampai 35 tahun. Cukup ditelepon, maka wanita pesanan akan datang sesuai perintahnya.

Untuk sekali kencan, 'teman tidur' itu dibanderol Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. "Setiap transaksi, pelaku mendapatkan Rp 100 ribu. Sisanya digunakan untuk biaya kamar hotel dan PSK-nya," katanya.

Rika juga terkadang menerima tamu jika memang ada yang berminat kepadanya. Semua itu dilakukan juga atas seizin suaminya.

"Semua seizin suami, karena suami tidak punya penghasilan tetap," katanya.