Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Otonomi khusus di Papua gagal

Otonomi khusus di Papua gagal Ketua Persekutuan Gereja Baptis Papua Socratez Sofyan Yoman setelah acara peluncuran bukunya di kantor Komisi Nasional hak Asasi Manusia, Jakarta Pusat, Selasa (18/12). (merdeka.com/islahudin)

Merdeka.com - Pada awal Juli tahun lalu, sebuah pertemuan berlangsung di Auditorium Universitas Cendrawasih, Jayapura, Papua. Acara diprakarsai Jaringan Damai Papua (JDP) ini dihadiri sejumlah pejabat sipil dan militer, serta tokoh setempat, termasuk Ketua Persekutuan Gereja Baptis Papua Pendeta Socratez Sofyan Yoman.

Saat giliran perwakilan Kodam XVII Cendrawasih dipersilakan ke podium, suasana hening. “Saudara-saudara, kalau saya sebut kata Papua, saudara-saudara peserta menyahut dengan kata damai,” katanya memberi komando.

Yang terjadi malah kebalikan. saat aba-aba diucapkan, “Papua...,” ujarnya. Peserta yang kebanyakan dari elemen masyarakat Papua langsung menjawab serempak, “Merdeka...." Kata Papua terdengar melengking tiga kali. Sebanyak itu pula hadirin menyambut dengan kata merdeka, juga tidak kalah nyaring.

Peristiwa di atas adalah salah satu kejadian ditulis dalam buku baru Socratez Sofyan Yoman, Otonomi Khusus Papua Telah Gagal. Buku itu kemarin diluncurkan di Ruang Pleno Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Natalis Pigay, Komisioner Komisi Hak Asasi Manusia, memuji Socratez sebagai pendeta tidak pernah letih membela kemanusiaan. “Suaranya patut kita dengar. Bagi saya, dia adalah Martin Luther King dari Papua yang selalu membawa harapan,” ujarnya.

Socratez mengatakan apa yang dia tulis selama ini tentang Papua dalah bentuk bakti dirinya sebagai tokoh gereja dalam mendengarkan penderitaan rakyat Papua. “Gereja itu identik dengan rakyat dan umat. Buku ini potret kejahatan negara sejak 1960-an sampai sekarang di Papua,” ucap Socratez sambil mengangkat bukunya.

Menurut dia, otonomi khusus buat Papua selama sebelas tahun terakhir adalah keputusan politik. Dia menuding kebijakan ini juga buat melayani kepentingan Amerika Serikat, Autralia, Ingrris, dan beberapa negara Eropa langsung datang ke Papua untuk meyakinkan rakyat di sana.

Namun, pelaksanaan otonomi khusus justru menambah tingkat kekerasan di Papua. “Tidak perlu jauh-jauh mencari bukti masa lalu, 15 Desember lalu, orang beribadah ditembak,” kata Socratez.

Dia menilai tindakan aparat keamanan Indonesia di Papua seperti satpam penjaga kebun tambang Amerika Serikat, PT Freeport di Mimika. Socratez berharap pemerintah menyadari dan malu karena tidak ada kemajuan dan perubahan di Papua selain menguras sumber daya alam di sana.

“Bila otonomi khusus dianggap hadiah Natal untuk rakyat Papua sebelas tahun lalu, hari ini saya juga akan berikan hadiah Natal kepada pemerintah melalui buku ini,” ujar Socratez disambut tepuk tangan peserta.

(mdk/fas)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ada di Papua, Begini Penampakan Kota Modern Pertama di Indonesia Terapkan Teknologi Canggih di Setiap Rumah

Ada di Papua, Begini Penampakan Kota Modern Pertama di Indonesia Terapkan Teknologi Canggih di Setiap Rumah

Bukan di Jawa, kota modern di Indonesia justru berada di Papua.

Baca Selengkapnya
Ini Daerah di Papua dengan Biaya Distribusi Logistik Pemilu Tertinggi, Butuh Rp10 Miliar Sampai TPS

Ini Daerah di Papua dengan Biaya Distribusi Logistik Pemilu Tertinggi, Butuh Rp10 Miliar Sampai TPS

Tingginya biaya distribusi logistik Pemilu di Papua tidak terlepas dari medan terjal

Baca Selengkapnya
Kronologi Pembakaran Sejumlah Bangunan di Waena Papua Menurut Polisi

Kronologi Pembakaran Sejumlah Bangunan di Waena Papua Menurut Polisi

Kejadian bermula ketika rombongan massa pengantar jenazah melintas di Lampu Merah Waena.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Perjuangan Mengantar Logistik Pemilu ke Pulau Sangkarrang, Cuaca Ekstrem Hingga Ombak 4 Meter

Perjuangan Mengantar Logistik Pemilu ke Pulau Sangkarrang, Cuaca Ekstrem Hingga Ombak 4 Meter

Jumlah logistik yang didistribusikan sebanyak 205 kotak suara dan 51.305 plus dua persen surat suara

Baca Selengkapnya
Penampakan Salju Abadi di Tambang Emas Freeport Papua, Akses Jalannya Bikin Geleng-geleng

Penampakan Salju Abadi di Tambang Emas Freeport Papua, Akses Jalannya Bikin Geleng-geleng

Begini penampakan salju abadi di Tambang Grasberg Freeport yang memanjakan mata.

Baca Selengkapnya
Indonesia Siap Kuasai 61 Persen Saham Freeport

Indonesia Siap Kuasai 61 Persen Saham Freeport

Indonesia mendominasi saham Freeport, pekerja lokal terus bertambah.

Baca Selengkapnya
Jelang Cuti, Karyawan Freeport Diantar Mobil Bus Anti Peluru dan Dikawal Ketat Brimob Bersenjata Lengkap

Jelang Cuti, Karyawan Freeport Diantar Mobil Bus Anti Peluru dan Dikawal Ketat Brimob Bersenjata Lengkap

Berikut ini adalah perjalanan cuti karyawan Freeport yang turun dari Tembagapura menuju Timika dengan menggunakan bus anti peluru.

Baca Selengkapnya
Carut Marut Pelaksanaan Pemilu di Makassar: Logistik Terlambat ke TPS hingga Kotak Suara Tak Tersegel

Carut Marut Pelaksanaan Pemilu di Makassar: Logistik Terlambat ke TPS hingga Kotak Suara Tak Tersegel

Sejumlah permasalahan yang muncul saat hari pemungutan suara di antaranya terlambat tibanya logistik Pemilu 2024 di TPS.

Baca Selengkapnya
Logistik Pemilu di Paniai Dibakar, Diduga Dipicu Info Menyesatkan

Logistik Pemilu di Paniai Dibakar, Diduga Dipicu Info Menyesatkan

Peristiwa logistik Pemilu Pemilu 2024 dibakar terjadi di Kabupaten Paniai, Papua Tengah.

Baca Selengkapnya