Melarat jika tak menjilat
Merdeka.com - Seorang laki-laki tua keluar dari sebuah rumah berukuran sedang di Jalan Raden Saleh, Depok. Kepala dan janggutnya sudah berwarna putih. Langkahnya lamban dan sedikit mengerutkan dahi melihat tamu yang tak dikenal menyambangi kediamannya.
"Saya Gerson Poyk," katanya sembari membetulkan kancing bajunya ketika merdeka.com menyalaminya usai menanyakan seorang bocah perempuan yang tak lain adalah cucunya sendiri. Gerson Poyk adalah salah satu sastrawan Indonesia yang cukup terkenal. Sejak ia berkarya tahun 1950, 100 judul buku berupa antologi puisi, cerpen dan novel sudah dihasilkannya.
Gerson Poyk menjadi potret suram sastrawan Indonesia yang hidup dari karya tulisnya. Dengan idealisme tinggi untuk terus menghasilkan karya sastra bermutu, Gerson seperti tak peduli dengan tubuh ringkih dan sakit asam urat yang menyerang lututnya. Gerson terus menulis meski upahnya tak cukup untuk masa tuanya.
"Ini dompet orang miskin," kata penerima Anugerah Southeast Asia Write Award 1982 ini berseloroh ketika mengambil uang untuk membeli teh botol. Gerson tak kaya, bahkan tetap bersahaja hingga usianya yang ke-85.
Menurut pria asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur itu, menjadi sastrawan di Indonesia susah secara ekonomi. Selain karena kurangnya perhatian pemerintah, karya-karya sastra yang dihasilkan di Indonesia kurang dihargai. Ini berbeda sekali jika dibandingkan di luar negeri. Miris.
Berikut petikan wawancara Marselinus Gual dari merdeka.com dengan Gerson Poyk di kediamannya, Kamis (28/4):
Kebanyakan sastrawan kita hidupnya sangat bersahaja, bahkan boleh dikatakan miskin secara ekonomi. Pendapat anda?
Sastrawan itu miskin ya (tertawa). Ya, karena mungkin mereka tidak mau bergabung dengan lembaga ekstraktif itu tadi. Dia tidak penjilat. Ada sastrawan yang penjilat, menulis tentang orang kaya lalu jadi buku, dapat uang banyak dan bisa beli mobil dan sebagainya. Dia penjilat ke atas tegang ke bawah.
Mungkin bisa diperjelas lagi?
Ada sastrawan kita yang masih dengan idealismenya tapi ada juga yang menjilat. Orientasinya ekonomi bukan sebuah humanisme universal.
Kecenderungan itu di Indonesia semakin kuat atau bagaimana?
Ya masih ada beberapa teman saya, tetapi tidak semua. Kalau bergandengan dengan orang kaya ya artinya mereka dapat uang banyak.
Nasib secara umum sastrawan Indonesia itu seperti apa?
Hidupnya susah, ada yang mati muda, umur pendek karena hidup susah. Tapi saya, walaupun saya menganggur dari tahun 70-an, tapi saya melihat lubang-lubang kecil di koran, saya manfaatkan untuk tulis cerpen, lalu wesel datang. Saya masih bisa menguliahkan anak-anak. Jadi harus ada pandangan jitu.
Di majalah anak-anak saya tulis sampai 10 cerpen lalu uang datang dan malah saya bisa bantu teman-teman. Saya pencari lubang-lubang tikus untuk dapat makanan.
Benarkan sastrawan kurang mendapat perhatian pemerintah?
Sudah ada sejak Soeharto, ada Inpres untuk proyek sastra. Saya pernah dapat untuk novel saya. Tapi sejak saat itu sangat kurang, bahkan di era Jokowi.
Artinya pemerintah belum menjamin sepenuhnya kehidupan sastrawan di Indonesia?
Belum. Belum tercerahkan. Padahal sebuah karya sastra yang lahir dari sebuah negara adalah harta yang bisa dipakai secara universal. Seperti di Jerman misalnya, karya-karya sastra itu dipakai untuk kehidupan mereka. Di India ada karya-karya besar dan sebagainya.
Apakah faktor yang membuat penulis muda takut untuk menjadi sastrawan?
Mengkhawatirkan kalau hal itu terjadi ya. Tapi kita menolak hal itu terjadi di Indonesia.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perisai Hidup Dua Pejabat Negara Kumpul Bareng, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Berikut potret perisai hidup dua pejabat negara kumpul bareng yang sosoknya bukan orang sembarangan.
Baca SelengkapnyaPotret Sederet Artis saat Nyoblos Pemilu 2024, Ada Cut Tari Hingga Wulan Guritno yang Kecantikannya Jadi Sorotan
Pemilu 2024 menjadi momen penting bagi seluruh warga negara Indonesia, tak terkecuali para artis terkenal.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya
Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berbalas Senyum Prabowo dengan Mantan Istri Titiek Soeharto, Sang Anak Tertawa Kegirangan
Berikut potret Prabowo Subianto berbalas senym dengan sang mantan istri Titiek Soeharto.
Baca SelengkapnyaSosok Ratu Sinuhun, Tokoh Perempuan dari Palembang Pencetus Lahirnya Undang-Undang Kesetaraan
Perempuan inspiratif asal Palembang ini menciptakan Kitas Simbur Cahaya yang berisi undang-undang tertulis berlandaskan kearifan lokal pertama di Nusantara.
Baca SelengkapnyaGagasan Pokok adalah Inti dari Sebuah Bacaan, Kenali Ciri-cirinya
Gagasan pokok mencerminkan ide utama yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca.
Baca SelengkapnyaDatangi Prajurit di Perbatasan, Kasad Beri Pesan Mendalam 'Fokus, Ingat Ada Anak Istri Menunggu'
Isinya seputar profesionalisme, fokus, hingga keluarga.
Baca SelengkapnyaGerindra: Sinyal Kuat NasDem dan PPP akan Gabung
Pertemuan Surya Paloh dan Prabowo merupakan salah satu tanda kemungkinan itu.
Baca SelengkapnyaPotret AHY dan Kang Emil Temani Jokowi Nikmati Pagi Sambil Sarapan di IKN
Jokowi langsung menyapa para menteri yang telah duduk berkeliling setengah lingkaran
Baca Selengkapnya