Media dakwah dalam budaya Palang Pintu
Merdeka.com - "Buah duku dari Palembang, dukuh muda boleh orang kasih, beda suku kita masih bisa timbang-timbang, tapi kalau beda agama enggak ada toleransi," Begitulah pantun nasihat dikemas dalam dakwah sederhana oleh, Zahrudin Ali, 52 tahun, akbab disapa Bang Udin. Warga asli Condet, Jakarta Timur itu merupakan pimpinan Sanggar Betawi Batavia Grup, yang masih eksis dengan pementasan seni budaya Palang Pintu.
Menurut Bang Udin, selain sebagai pertunjukan seni biasa digelar dalam adat pernikahan masyarakat Betawi, palang pintu juga dijadikan sebagai media dakwah. Bukanlah tanpa sebab, jika dalam sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan', digambarkan sosok anak betawi yang rajin beribadah, begitulah juga dengan palang pintu merupakan cerminan orang Betawi sebenarnya. Orang-orang Betawi memang dikenal religius.
"Orang Betawi itu terkenal religius dari dulu, nah ini yang jangan sampai kita hilangkan," ujar Bang Udin saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya, Condet, Jakarta Timur, Selasa, pekan lalu.
Sebagai contoh, Bang Udin menjelaskan jika hal pertama dalam ketentuan nikah ialah harus yang seiman. Sama seperti budaya dalam suku yang lainnya, faktor agama merupakan nilai yang harus diutamakan. Meski saat ini perbedaan dalam perkawinan antar suku tidak bisa di hindari, namun masyarakat Betawi saat ini lebih menerima tali silaturahmi lewat pernikahan tersebut.
Lebih lanjut, dia menjelaskan jika penggunaan seni Budaya Palang Pintu sebagai media dakwah bagi masyarakat Betawi merupakan hal yang turun temurun harus dijaga. Tujuannya tak lain adalah melestarikan makna filosofi dari budaya Palang Pintu itu sendiri. Dalam adegan palang pintu biasanya disertai dengan dakwah dan humor. Dakwah dalam pementasan Palang Pintu ini menjadi salah satu makna yang tak boleh luput dihadirkan. Sebab, penilaian orang dari suku lain terhadap budaya palang pintu ini, menjadi cerminan bagaimana sebenarnya masyarakat Betawi itu memaknai sebuah prosesi dalam budayanya sendiri.
"Ibarat kata, 'Burung hantu terbang di gelap gulita, terbang melayang mencari makan, orang Betawi nyari mantu kagak mandang harta, asal rajin sembahyang terus banyak punya kontrakan'," tutur Bang Udin sambil berpantun.
Selain dakwah, pementasan palang pintu juga diselingi dengan adegan silat antar para jawara dari masing-masing calon mempelai. Silat diinterpretasikan sebagai salah satu aspek penting dalam kebudayaan Betawi itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan stigma bagi masyarakat Betawi yang kadung dinilai banyak bercanda dan bertujuan tidak membuat mereka dipandang remeh oleh orang lain.
"Dari Pulo Gebang sampe Cibitung, bawa sawi pake pikulan, kite malu sama arwah Bang Pitung, ngaku Betawi enggak bisa main pukulan," ujarnya.
(mdk/arb)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Media dakwah berupa lagu pun dipilih Sunan Kalijaga agar mudah diterima oleh masyarakat. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan adanya lagu dolanan.
Baca SelengkapnyaAdanya nilai-nilai berharga yang terkandung dalam pantun adat, generasi muda diajak belajar dan menghargai warisan budaya.
Baca SelengkapnyaRamadan baru saja tiba, sambut bulan suci ini dengan belajar seputar hal-hal pembatal puasa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pantun bukan sekadar pelajaran bahasa dan peninggalan budaya, tapi juga media untuk menciptakan tawa dan suasana ceria di dalam kelas.
Baca SelengkapnyaPantun lucu islami dapat menjadi salah satu sarana untuk mengajarkan tentang agama Islam.
Baca SelengkapnyaSejarah ketupat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh budaya dan agama yang datang bersama para pedagang dan penyebar agama.
Baca SelengkapnyaSunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaPengawasan media sosial menjadi salah satu hal yang didalami oleh Bawaslu.
Baca Selengkapnya