Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Letnan Pierre Tendean si ganteng dari Panorama

Letnan Pierre Tendean si ganteng dari Panorama Pierre Tendean. ©2016 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Para mahasiswi itu tak bisa melepaskan pandangan dari podium. Menhankam/Kasab Jenderal AH Nasution sedang memberikan ceramah di sebuah kampus. Tapi bukan. Mata mereka bukan melihat Nasution, melainkan sesosok pria berkulit putih dan bertubuh atletis yang berdiri tegap di belakangnya.

Pria muda itu Letnan Satu Corps Zeni Pierre Andreas Tendean. Jabatannya, ajudan jenderal Nasution.

Pierre Tendean memang dikenal ganteng. Hingga di kalangan mahasiswi ada joke. "Telinga untuk Jenderal Nasution, tapi mata untuk Letnan Tendean."

Saat menempuh pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) dia juga bikin geger cewek-cewek Bandung. Sampai-sampai dijuluki Robert Wagner dari Panorama. Robert Wagner adalah bintang film beken tahun 1950an, sementara Panorama adalah nama daerah di Bandung tempat ATEKAD berlokasi.

"Setiap Pierre memimpin parade taruna, sosoknya selalu menarik perhatian," demikian dicatat Pusat Sejarah TNI.

Rooswidiati, adik Pierre Tendean juga membenarkan kalau kakaknya jadi idola gadis-gadis muda di Bandung saat itu.

"Banyak yang kesengsem. Dia adalah favorit para mahasiswi yang kuliah di sekitar Panorama," kata Roosdiawati dalam kesaksiannya untuk Buku Kunang-Kunang Kebenaran di Langit Malam. Satu lagi kelebihan Pierre, dia mudah bergaul. Anak gaul, kalau istilah zaman sekarang.

Namun sang adik mengingat tak ada gadis yang dipacari kakaknya saat sekolah di ATEKAD. Pierre kelihatan lebih serius menekuni sekolah militernya daripada jalan-jalan dengan para mahasiswi itu.

Pendidikan di ATEKAD menitikberatkan pada bidang konstruksi dan teknik sipil selain bidang kemiliteran. Lama pendidikan untuk menjadi perwira zeni adalah empat tahun.

Jadi tentara memang pilihan hidup Pierre Tendean. Setelah lulus SMA di Semarang, dia enggan mengikuti jejak ayahnya Dr. AL Tendean, seorang dokter berdarah Minahasa. Konon Pierre sengaja mengerjakan tes asal-asalan saat mengikuti ujian Fakultas Kedokteran.

Nah, giliran daftar akademi militer, dia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Sudah bisa diduga, akhirnya Pierre jadi taruna angkatan darat tahun 1958. Walau saat itu yang mendukung hanya Mitzi, kakak sulungnya.

Ibu Pierre adalah Maria Elisabeth Cornet, seorang wanita indo berdarah Prancis. Dari ibunya Pierre memperoleh kulit putih dan tubuh tinggi.

Operasi penumpasan pemberontakan di Sumatera jadi pengalaman tempur pertama. Saat itu Pierre masih Kopral Taruna. Dia diberi kesempatan magang untuk merasakan medan pertempuran sesungguhnya.

Tahun 1962, dia lulus dari ATEKAD dan menyandang pangkat Letnan Dua. Jabatan pertamanya sebagai Komandan Peleton pada Batalyon Zeni Tempur 2/Kodam II di Medan.

Pierre tak lama menjadi komandan peleton. Saat persiapan Dwi Komando Rakyat, konfrontasi melawan Malaysia dan Inggris, dia ditugaskan mengikuti sekolah intelijen di Bogor.

Pierre kemudian ditugaskan di garis depan. Menyusup ke Singapura dan Johor menyamar sebagai turis. Dengan postur seperti bule, imigrasi tak curiga pria ini sebenarnya intelijen yang sedang mengumpulkan data.

Tugas menantang bahaya seperti ini rupanya disenangi Pierre. Namun sang ibu selalu khawatir. Dia meminta anaknya tak lagi bertugas di garis depan. Akhirnya Pierre mau menerima tugas sebagai ajudan Menhankam/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal AH Nasution. Dia bertugas mulai 15 April 1965.

Nasution dan istri memang sudah kenal dekat dengan keluarga Tendean. Ibu Nasution bahkan sudah mengenal Pierre sejak kecil. Selama di Bandung, Pierre juga sempat tinggal di kediaman keluarga Nasution.

Faktanya, tak hanya Jenderal Nasution yang ingin Pierre menjadi ajudannya. Jenderal Hartawan dan Jenderal Dandi Kadarsan juga ingin Pierre Tendean.

"Hanya untuk satu tahun saja, setelah itu saya akan minta dipindah," kata Pierre pada salah satu rekannya.

Pierre agaknya lebih nyaman menjadi perwira tempur lapangan daripada menjadi ajudan pejabat yang harus kental memegang protokoler.

Namun baru enam bulan bertugas, terjadilah tragedi maut G30S. Sekelompok tentara Tjakrabirawa menerobos masuk ke kediaman Jenderal Nasution.

Ironisnya, Pierre saat itu sebenarnya sudah turun piket. Dia berencana pulang ke Semarang untuk merayakan hari ulang tahun ibunya yang jatuh pada tepat tanggal 30 September. Tanggal 30 sore, dia berencana langsung pulang namun dicegah keluarga Nasution.

"Besok pagi saja. Bermalam dulu, tak aman pergi malam-malam," ujar Edi Suparno, penjaga Museum Jenderal Besar AH Nasution, menirukan suasana sore itu.

Pierre bangun karena mendengar suara ribut-ribut. Seorang anak Nasution berlari untuk berlindung ke kamar paviliunnya. Pierre mengenakan jaket dan keluar menyandang senapan. Tak jelas, di mana ajudan pengganti yang seharusnya bertugas menggantikan Pierre pada malam itu.

"Siapa di sana. Letakkan senjata!" bentak para penculik sambil menodongkan senjata.

"Saya Nasution," katanya gagah pada para penculik.

Sementara itu Jenderal Nasution bisa menyelamatkan diri dengan cara melompat tembok ke Kedutaan Besar Irak yang berada di sebelah rumahnya. Pierre segera diikat dan dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur. Di sana sudah berkumpul tentara dan pemuda rakyat pendukung Gerakan 30 September.

Pierre sempat melawan saat mau ditembak. Akhirnya dia didudukkan paksa dan ditembak empat kali dari belakang. Jenazah Pierre dimasukkan paling akhir ke sumur tua itu. Sebelum ditutup tanah, seorang tentara merah memberondongkan senjata ke dalam lubang untuk memastikan semua korban tewas.

Usia Pierre baru 26 tahun saat dibunuh. Dia menjadi korban termuda dan satu-satunya perwira pertama yang jadi korban penculikan gerombolan Letkol Untung.

Anak laki satu-satunya kesayangan sang Ibu tak pernah pulang ke Semarang.

(mdk/ian)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Waspada! Ini 5 Titik Rawan Kecelakaan di Jalur Mudik Garut

Waspada! Ini 5 Titik Rawan Kecelakaan di Jalur Mudik Garut

Untuk titik rawan mulai dari Tahu Sumedang hingga Pananjung.

Baca Selengkapnya
Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik

Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik

Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Tewas Dibunuh Teman Kencannya di Apartemen Bandung, Begini Kronologinya

Wanita Ini Tewas Dibunuh Teman Kencannya di Apartemen Bandung, Begini Kronologinya

Pelaku membekap mulut dan mencekik leher korban hingga meninggal dunia

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sambil Tersenyum Manis, Polwan Cantik Ini Beri Pesan Begitu Mendalam Untuk Para Pengendara Motor & Mobil 'Gunakan Knalpot Standar'

Sambil Tersenyum Manis, Polwan Cantik Ini Beri Pesan Begitu Mendalam Untuk Para Pengendara Motor & Mobil 'Gunakan Knalpot Standar'

Polwan cantik beraksi di jalan raya, beri imbauan pengendara untuk tertib berlalu lintas. Ini sosoknya.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Diminta Gandeng Tangan Anies Saat Sesi Foto, Paloh Menolak: Ah Sudahlah!

VIDEO: Diminta Gandeng Tangan Anies Saat Sesi Foto, Paloh Menolak: Ah Sudahlah!

Usai pertemuan, para wartawan meminta Paloh menggandeng tangan Anies saat sesi foto yang ditolaknya.

Baca Selengkapnya
Komandan Terjun Langsung, Begini Patroli Pasukan TNI AU Amankan Aset Tanah Negara

Komandan Terjun Langsung, Begini Patroli Pasukan TNI AU Amankan Aset Tanah Negara

Berikut potret Komandan terjun langsung saat patroli pasukan TNI AU amankan aset tanah negara.

Baca Selengkapnya
TPN Langsung Gelar Rapat Darurat usai Prabowo Tiga Kali Setuju dengan Ganjar di Debat Capres

TPN Langsung Gelar Rapat Darurat usai Prabowo Tiga Kali Setuju dengan Ganjar di Debat Capres

TPN Ganjar-Mahfud langsung menggelar rapat usai Prabowo tiga kali setuju dengan gagasan Ganjar.

Baca Selengkapnya
Fakta Refal Hady, Aktor Ganteng dengan Keturunan 3 Negara yang Memiliki Impian Jadi Pilot

Fakta Refal Hady, Aktor Ganteng dengan Keturunan 3 Negara yang Memiliki Impian Jadi Pilot

Siapa yang tidak mengenal Refal Hady? Wanita pasti terpesona saat mendengar namanya.

Baca Selengkapnya
Potret Ganteng Transformasi Darma Mangkuluhur yang Dijuluki 'Pangeran Cendana' Kini Jadi Pebisnis Sukses

Potret Ganteng Transformasi Darma Mangkuluhur yang Dijuluki 'Pangeran Cendana' Kini Jadi Pebisnis Sukses

Saat Darma tumbuh dewasa, hubungan antara dia dan ibunya, Tata Cahyani, seperti kakak adik karena Tata tetap awet muda di usia 48 tahun.

Baca Selengkapnya