Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Keramat perawan dan perjaka

Keramat perawan dan perjaka Tradisi Ngarot. ©2015 Merdeka.com/pram

Merdeka.com - Boleh percaya boleh tidak, namun kepercayaan warga Desa Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, ini memang demikian. Jika sawah di cangkul dan bibit ditanam oleh peserta ngarot yang masih perawan dan perjaka bakal memiliki hasil berbeda. Tanaman penghasil beras itu bakal tumbuh subur. Berbeda jika dilakukan oleh petani pada umumnya.

"Kalau ditanam sama yang masih perjaka dan perawan itu padinya lebih subur. Buah padinya lebih merunduk," kata Kepala Desa Lelea, Raidi saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu pekan kemarin di Indramayu, Jawa Barat.

Raidi pun menawarkan untuk melihat hasil padi ditanam oleh perjaka dan perawan di kampungnya hasil upacara ngarot tahun lalu. "Kelihatan bedanya," kata Raidi.

Sawah garapan milik Desa Lelea itu terletak tak jauh dari Balai Desa. Luas sawah warisan leluhur Desa Lelea itu sekitar 3 hektare. Hasil panen dari sawah itu juga tidak dikenakan pajak.

Tradisi upacara ngarot bagi warga Desa Lelea memang dilakukan turun temurun hingga saat ini. Upacara ngarot dilakukan menjelang musim tanam di akhir tahun. Dimana pada bulan-bulan tersebut juga merupakan musim penghujan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Kepercayaan masyarakat ini masih terus di budayakan hingga kini. Bahkan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan menjadikan upacara ngarot menjadi warisan cagar budaya. Rencananya pemerintah bakal membuat miniatur Kampung Lelea di dekat sawah pemberian Ki Buyut Kapol di Desa Lelea, itu.

Menurut Raidi, tradisi ngarot asli terakhir di lakukan sekitar 1980-an. Meskipun sampai kini masih dilaksanakan, namun pesertanya lambat laun terus berkurang. Selama tiga tahun dia menjabat sebagai Kepala Desa Lelea, antusiasme warga kampung untuk mengikuti tradisi ngarot kembali menggelora. Tercatat pada 2014 kemarin, 217 pemuda dan pemudi di kampungnya mengikuti tradisi ngarot.

Namun sayang, dari jumlah itu hanya 30 orang yang mau menjalankan profesi sebagai petani. "Hanya 30 orang," kata Raidi.

Fendi warga asli Desa Lelea juga mengatakan hal yang sama jika makin berkembangnya kemajuan tradisi ngarot tidak diikuti jumlah perjaka dan perawan kampung yang ikut. Dia menduga perkembangan zaman itu membuat para pemuda dan pemudi di desanya malu terjun ke sawah. "Kalau sekarang memang beda, kalau sekarang kan mainnya di mal," ujarnya.

Sejatinya tradisi ngarot merupakan pembelajaran bagi masyarakat Desa Lelea dalam hal mengelola pertanian. Pesan leluhur itu tertanam bagi kalangan orangtua di Desa Lelea.

Selain itu, banyak orang tua di desa berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Indramayu itu menyarankan jika ingin mendapatkan jodoh yang masih "asli", agar memilih peserta ngarot. "Karena kepercayaannya memang seperti itu," kata Fendi.

Kepala Desa Lelea, Raidi, berharap jika tradisi ini terus di pertahankan, paling tidak moral para remaja di kampungnya masih berpegang teguh pada nilai-nilai leluhur. "Saya ingin warga saya menjadi lebih baik," katanya.

(mdk/mtf)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Desa Petani Unik di Jepang, Alamnya Cantik & Ladang Tertata Rapi

Melihat Desa Petani Unik di Jepang, Alamnya Cantik & Ladang Tertata Rapi

Banyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.

Baca Selengkapnya
Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan

Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan

Jalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.

Baca Selengkapnya
Tiga Warga Tersengat Ikan Pari saat Asyik Berenang di Pantai Widuri, Satu Orang Pingsan

Tiga Warga Tersengat Ikan Pari saat Asyik Berenang di Pantai Widuri, Satu Orang Pingsan

Dari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pohon Cemara di Temanggung Ini Usianya Mencapai 500 Tahun, Jadi Cikal Bakal Terbentuknya Sebuah Desa

Pohon Cemara di Temanggung Ini Usianya Mencapai 500 Tahun, Jadi Cikal Bakal Terbentuknya Sebuah Desa

Pohon itu dikeramatkan oleh warga setempat. Bahkan warga sengaja membangun pagar besi mengelilingi pohon keramat itu

Baca Selengkapnya
RUU Desa Disetujui, Kades Indonesia Bersatu Ucapkan Terima Kasih ke Jokowi dan DPR

RUU Desa Disetujui, Kades Indonesia Bersatu Ucapkan Terima Kasih ke Jokowi dan DPR

Salah satu pasal yang akan dibahas adalah masa bakti kepala desa menjadi 8 tahun untuk satu periode.

Baca Selengkapnya
Mengenal Krobongan, Ruang Sakral bagi Dewi Pertanian di Rumah Tradisi Jawa

Mengenal Krobongan, Ruang Sakral bagi Dewi Pertanian di Rumah Tradisi Jawa

Tradisi krobongan dilakukan sebagai bentuk terima kasih kepada Dewi Sri serta mengharapkan kelancaran dalam melakukan rangkaian pertanian.

Baca Selengkapnya
Jalan di Kampung Ini Bersih dan Mulus Banget Karena Sering Dipel, Viewnya Menakjubkan Bikin Melongo

Jalan di Kampung Ini Bersih dan Mulus Banget Karena Sering Dipel, Viewnya Menakjubkan Bikin Melongo

Warga Kampung Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawua, Kabupaten Subang Jawa Barat, bahu membahu membersihkan jalan raya dengan cara mengepel.

Baca Selengkapnya
Mengintip Keunikan Kampung Legok Awi di Tasikmalaya, Warna Rumah Disebut Mencirikan Penghuninya

Mengintip Keunikan Kampung Legok Awi di Tasikmalaya, Warna Rumah Disebut Mencirikan Penghuninya

Masing-masing warna rumah mencirikan penduduk di sana. Berikut fakta uniknya.

Baca Selengkapnya
Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit

Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit

Mayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.

Baca Selengkapnya