Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jokowi, tidak dipahami atau lagi dikerjai

Jokowi, tidak dipahami atau lagi dikerjai Joko Widodo. ©2014 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Presiden Jokowi tiba-tiba tampak geram saat ditanya soal Perpres No 39/2015 yang menaikkan tunjangan mobil pejabat negara. "Bukan masalah kecolongan. Harusnya setiap hal yang berkaitan dengan uang negara yang banyak mestinya disampaikan dalam rapat terbatas atau rapat kabinet. Tidak lantas disorong-sorong seperti ini," ujarnya di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (5/4) lalu.

Menurut Jokowi sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menaikkan fasilitas pejabat negara: pertama, karena kondisi ekonomi; kedua, dari sisi keadilan; dan ketiga, sisi (harga) BBM. Jokowi mengaku menandatangani perpres tersebut, tetapi dia tidak tahu isi detilnya. Mestinya menteri menjelaskan isinya sehingga dirinya tidak perlu menandatangani kebijakan yang mencederai rasa keadilan rakyat.

Ini bukan pertama kali Presiden Jokowi mengungkapkan kecewa atau amarah kepada anak buahnya di hadapan publik. Dia kesal karena tidak dilapori harga beras telah turun. Jokowi juga minta agar Menkumham tidak meneruskan rencana memberikan remisi terpidana koruptor. Malah, pada bulan pertama berkuasa, Jokowi sudah menunjukkan jengkelnya kepada pimpinan TNI karena dia harus memberi perintah sampai tiga kali untuk menenggelamkan kapal asing ilegal.

Jika demikian, apa sesungguhnya yang terjadi? Ada beberapa kemungkinan.

Kemungkinan pertama, visi, misi, dan program atau Nawa Cita Jokowi sebenarnya belum dipahami benar oleh anak buahnya, khususnya para menteri. Maklum, sebagian besar menteri tidak terlibat dalam penyusunannya.

Tentu mereka sudah baca teks Nawa Cita, tetapi pemikiran di balik rumusannya belum tertangkap. Akibatnya banyak menteri yang tidak tahu harus berbuat apa. Padahal Kabinet Kerja adalah kabinet yang harus bekerja, ada atau tidak ada perintah dari presiden.

Kemungkinan kedua, para menteri sesungguhnya tidak hanya menjalankan perintah presiden, tapi juga menjalankan agenda orang-orang yang menjadikannya menteri.

Hanya ada beberapa menteri yang ditunjuk sendiri oleh Jokowi, sebagian besar lainnya disorongkan para patron: Megawati (PDIP), Muhaimin (PKB), Surya Paloh (Nasdem) Wiranto (Partai Hanura), Jusuf Kalla (wakil presiden), dan Hendro Priyono (mantan tim kampanye). Jika perintah Jokowi dan para bokir seiring sejalan, tentu positif, tapi jika berbeda maka kemandekan atau kekacauan yang terjadi.

Kemungkinan ketiga, sebagai tim yang baru bekerja selama enam bulan, Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan para menteri sesungguhnya sedang saling mempelajari bagaimana tim inti pemerintahan nasional ini bekerja. Hanya beberapa menteri saja yang pernah kerja bersama Jokowi dan Jusuf Kalla. Bahkan Jokowi dan Jusuf Kalla pun tampak sedang saling menyesuaikan. Dalam situasi seperti ini, bisa dimengerti jika di sana sini terjadi salah pengertian dan salah tindakan.

Kemungkinan keempat, Jokowi sedang belajar jadi presiden, belajar jadi pengendali pemerintahan nasional. Dalam hal ini pengalaman jadi walikota dan gubernur memang tidak cukup. Pada tingkat nasional, tidak hanya volume pekerjaan yang lebih besar, tetapi pemainnya juga lebih banyak.

Para patron politik adalah pemain yang tampak, tetapi jangan dilupakan pemain yang tidak tampak: pengusaha besar dan raja preman. Sambil belajar jadi presiden, Jokowi bisa membuat peta politik dan bisnis, sehingga kelak takkan segan bertindak galak: memecat mereka yang tidak loyal, tidak perform, dan tidak punya integritas.

Mungkin saja masih ada kemungkinan lain. Tapi empat kemungkinan itulah yang bisa kita baca dari penampilan atau tepatnya kesemrawutan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang baru berusia enam bulan ini. Empat kemungkinan itu tidak ada yang paling menonjol, dan bisa saja terjadi hampir bersamaan waktu.

Hanya saja, kemungkinan keempat, boleh dibilang lebih merupakan harapan daripada kenyataan. Namun kenyataan yang diharapkan itu bukan tanpa preseden.

Pertama, pada saat semua pimpinan partai berkumpul di Solo tempo hari, dan mendesaknya agar melantik Budi Gunawan, besoknya Jokowi justru membatalkan pelantikan yang bersangkutan. Kedua, pada saat Megawati dan Jusuf Kalla menunjukkan ketidaksukaannya terhadap pelantikan Luhut Panjaitan menjadi pejabat di Istana, Jokowi justru melantiknya menjadi kepala staf kepresidenan.

Dan ketiga, pada saat menjadi walikota dan gubernur, Jokowi kerap sekali memecat orang-orang yang kinerja dan lakunya buruk. Dalam hal ini Gubernur Ahok pun mengakui, Jokowi lebih tegas dan tega memecat orang daripada dirinya.

Pertanyaannya, apakah Jokowi masih butuh waktu untuk menjalankan visi misinya sendiri dan bertindak tegas terhadap para pejabat yang tidak perform dan tidak loyal? Jika waktu enam bulan belum dianggap cukup, maka benar sangkaan para lawan politiknya: dia bukan pemimpin nasional, tapi hanya lokalan. Untuk memastikan hal itu cukup dengan melihat perkembangan Polri dengan satu pertanyaan: apakah Jokowi bisa “menertibkan” Mabes Polri setelah Komjen Badrotin Haiti resmi menjadi Kapolri nanti?

Jika perintahnya agar polisi tidak melakukan kriminalisasi tetap diabaikan, itu berarti Jokowi memang kelasnya masih lokalan.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Tetapkan Hari Pemungutan Suara Pemilu 2024 pada 14 Februari Jadi Libur Nasional
Jokowi Tetapkan Hari Pemungutan Suara Pemilu 2024 pada 14 Februari Jadi Libur Nasional

Tujuannya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Indonesia Bisa Maju Dalam 3 Periode Kepemimpinan Nasional ke Depan
Jokowi Sebut Indonesia Bisa Maju Dalam 3 Periode Kepemimpinan Nasional ke Depan

Jokowi mengingatkan, bahwa Indonesia memiliki kesempatan emas untuk melompat menjadi negara maju.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi Siapkan Tim Transisi Pemerintahan Prabowo-Gibran
Jokowi Siapkan Tim Transisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jokowi juga meminta presiden dan wapres terpilih menyiapkan perencanaan kerja seperti apa yang sudah mereka sampaikan pada saat kampanye.

Baca Selengkapnya
Jokowi: 2024 Saya Beri Nama Tahun yang Harus Penuh dengan Optimisme
Jokowi: 2024 Saya Beri Nama Tahun yang Harus Penuh dengan Optimisme

Jokowi mengimbau untuk tetap berhati-hati terhadap ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Jokowi Akui Butuh Nyali Besar Jadikan Indonesia Negara Maju: Kadang Saya Malah Dibully
Jokowi Akui Butuh Nyali Besar Jadikan Indonesia Negara Maju: Kadang Saya Malah Dibully

Jokowi mengungkapkan tidak mudah mewujudkan generasi Indonesia emas pada 2045 mendatang.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa
Jokowi Bakal Dapat Peran Penting di Pemerintahan Prabowo, Golkar: Pemikiran Beliau Dibutuhkan Bangsa

Wajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ngaku Sering Diajak Kaesang Keliling Daerah
Jokowi Ngaku Sering Diajak Kaesang Keliling Daerah

Kemudian, Jokowi bicara mengenai ketentuan Undang-undang Pemilu yang lagi ramai baru baru ini.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Masyarakat Fasih Minimal Satu Bahasa Daerah, Ini Alasannya
Jokowi Minta Masyarakat Fasih Minimal Satu Bahasa Daerah, Ini Alasannya

Indonesia negara besar dengan total 17.000 pulau dengan keberagaman budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Baca Selengkapnya