Bengkong sakti dari Ciledug

Merdeka.com - Namanya sudah tersohor seantero Ciledug, Kota Tangerang. Dia tinggal tak jauh dari Masjid Agung, Ciledug, Kota Tangerang. Menyusuri jalan setapak dari perempatan Masjid Agung, kediaman berada di antara jejeran rumah lumayan masuk kategori pemukiman padat penduduk.

Dialah Haji Samlani, 83 tahun, seorang bengkong atau disebut tukang sunat kampung. Jika sekarang kebanyakan orang memakai dokter, dulu di kampung-kampung orang sunat pasti menggunakan jasa bengkong. "Dulu sehari bisa 30 pasien nyunatin orang," ujar Haji Samlani saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya, Kamis pekan kemarin.

Bengkong dulunya memang banyak digunakan jasanya untuk sunat anak-anak kampung. Apalagi di Betawi, Bengkong menjadi andalan buat ritual hajat buang kulit najis milik kelamin para lelaki. Habis disunat, biasanya ada pesta hajatan undang tetangga dan hiburan berupa ondel-ondel.

Di Betawi sendiri dulu setiap anak habis disunat, diarak keliling kampung dengan menggunakan tandu. Namanya pengantin sunat. Namun seiring perkembangan zaman, jasa bengkong tak lagi dipakai orang. Apalagi keberadaan bengkong sebagai tukang sunat kampung dari dulu memang jarang.

Seperti Samlani saat ini. Dia sudah beberapa tahun ini menanggalkan profesinya sebagai bengkong. Bukan tanpa sebab, usianya hampir seabad, membuat lelaki akrab memakai peci ini meninggalkan profesi sebagai bengkong. Namun dia masih menyimpan alat-alat buat sunat itu dengan baik.

"Saya masih menyimpan. Ini alatnya," kata Samlani sambil memperlihatkan alat buat menyunat. Alat itu berupa pisau cukur dan penjepit kulit kelamin terbuat dari bahan dasar perak.

Awal Samlani menjalani profesi sebagai tukang sunat kampung bermula dari mendiang ayahnya. Dulu, sewaktu masih muda, Samlani kerap menemani ayahnya buat menyunat pasien. Dari sana, Samlani tertarik untuk mewarisi profesi mendiang ayahnya.

Jika dokter ketika menyunat kulit kelamin dengan prosesi medis, ada perbedaan dilakukan bengkong ketika hendak melakukan sunat. Ada doa-doa bakal dibacakan bengkong sebagai penghilang rasa sakit dan ampuh untuk mencegah banyaknya keluar darah. Maklum, dari dulu sampai saat ini yang namanya sunat bikin takut anak lelaki.

Apalagi ada beberapa mitos, jika sebelum disunat dilarang buat berlari. Karena ketika nanti disunat, darah yang keluar bakal banyak. "Saya cuma belajar dari ayah saya. Karena dulu sering menemani beliau praktik di mana-mana," kata Samlani.

Selain cara menyunat dilakukan berbeda. Alat digunakan pun juga sama. Jika dokter menggunakan gunting buat menyunat kulit kemaluan, bengkong memakai pisau cukur. Namun ada juga bengkong yang menggunakan pisau buatan. Pisau itu biasanya terbuat dari kulit bambu.

Samlani sendiri mengakui jika ritual biasa dilakukan sebelum menyunat adalah dia bakal memandikan bocah bakal di sunat. Setelah itu anak akan dipakaikan baju koko dan sarung. Barulah setelah itu Samlani bakal menyunat anak tersebut.

Karena praktik sunat dilakukan bengkong terbilang tradisional, pemberian suntik kebal pun dilakukan dengan cara berbeda. Samlani biasanya memberikan cairan semprot dicampur dengan alkohol. Cairan itu disemprotkan bakal disemprotkan ke kelamin si anak.

Setelah dirasa kulit kelamin mati rasa, barulah Samlani segera memotong kulit tersebut. "Sekarang saya sudah pensiun," tutur Samlani.