Amin Muchtar: Saya tak diundang oleh Setneg untuk diskusi Syiah
Merdeka.com - Besok rencananya, Sekretariat Negara bakal melakukan Focus Grup Discussion antara Tokoh Kelompok Syiah dengan Tokoh dari Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS). Diskusi tersebut terancam batal lantaran salah satu pihak diundang, yakni KH Athian Ali M. Da'I batal hadir.
Padahal menurut Tokoh Syiah juga Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Jalaluddin Rakhmat, ide Focus Grup Discussion itu datang setelah ANNAS mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo. Namun surat itu baru diterima Sekretariat Negara dan belum sampai ke Presiden Jokowi.
"Tetapi ternyata setelah dihubungi oleh pihak Setneg, Athian Ali ini tidak bersedia hadir. Padahal mereka yang menggagas FGD dan surat kepada presiden Jokowi ini," ujar Jalaluddin saat berbincang dengan merdeka.com pekan kemarin.
Jalaluddin pun menuding jika Kelompok sering mengkafirkan Syiah ini memang tidak pernah mau berdialog untuk duduk bersama. "Kebiasaannya dari dulu sejak awal-awal mereka mengkafirkan saya, saya ajak diskusi itu mereka selalu enggak mau dan itu sudah berulang kali," ujarnya.
Namun salah seorang disebut Jalaluddin juga Dewan Syuro DPP ANNAS dan Anggota Komisi Akidah Dewan Hisbah PP Persis, Amin Muchtar membantah tudingan itu. Dalam keterangan keberatan pemberitaan atas artikel wawancara khusus dengan Jalaluddin berjudul 'Indonesia terbentuk dengan toleransi', Amin Muchtar mengatakan memang tak diundang oleh pihak Setneg untuk menghadiri acara itu.
"Padahal saya sendiri tidak diundang oleh pihak Sekretariat Negara (Setneg)," ujar Amin melalui keterangan tertulis diterima merdeka.com, Rabu (3/2). Dia pun menyayangkan pernyataan Jalaluddin karena tidak bertanya pada dirinya langsung.
Amin menegaskan selalu siap berdiskusi kapan saja. Dia malah heran dengan sikap Jalaludin yang selalu bicara toleransi tetapi beberapa karyanya mendiskreditkan sahabat Nabi Muhammad SAW.
"Padahal, jika Kang Jalal mau mendahulukan akhlak dan bersikap toleran sebenarnya bisa saja beliau kontak kepada saya untuk mengetahui kronologis yang sesungguhnya siapa pihak-pihak yang akan menghadiri undangan FGD itu dan pihak mana yang sebenarnya membatalkan rencana dialog itu," kata Amin.
Berikut petikan hak jawab Amin Muchtar atas jawaban Jalaluddin Rakmat dalam berita wawancara berjudul 'Indonesia terbentuk dengan toleransi yang dimuat merdeka.com pada Jumat, 28 Januari 2016.
Selain menyebut-nyebut nama Amin Muchtar, Kang Jalal juga tertipu—untuk tidak menyebut ceroboh—oleh "pembisiknya" sehingga menyampaikan informasi keliru dan tidak akurat—untuk tidak menyebut Kang Jalal telah melakukan kebohongan publik—dengan menyatakan: "Untuk dihadapkan bersama dua orang dari pihak ANNAS, yakni Athian Ali M. Da'i dan Amin Muchtar". Padahal saya sendiri tidak diundang oleh pihak Sekretariat Negara (Setneg). Selain itu, juga menyatakan: "Tetapi ternyata setelah dihubungi oleh pihak Setneg, Athian Ali ini tidak bersedia hadir"
Padahal, jika Kang Jalal mau mendahulukan akhlak dan bersikap toleran sebenarnya bisa saja beliau kontak kepada saya untuk mengetahui kronologis yang sesungguhnya siapa pihak-pihak yang akan menghadiri undangan FGD itu dan pihak mana yang sebenarnya membatalkan rencana dialog itu. Dalam hal ini, saya agak kecewa kepada Kang Jalal yang enggan konfirmasi kepada saya.
Selain kecewa juga saya telah dirugikan oleh Kang Jalal. Pasalnya, Kang Jalal telah berbohong—untuk tidak menyebut Kang Jalal telah melakukan kecurangan—atas nama pihak Setneg dan guru kami, KH Atian Ali, tapi mengapa "tidak berbohong" atas nama saya. Padahal, sejak awal Kang Jalal menyebut dua orang dari pihak ANNAS: "Athian Ali M. Da'i dan Amin Muchtar", tapi endingnya Kang Jalal hanya menyebutkan: "Atian Ali ini tidak bersedia hadir". Kalau dengan Amin Muchtar, gimana kabarnya Kang? Jadi, Kang Jalal agaknya lupa untuk menuntaskan cerita seputar Amin Muchtar-nya.
Kekecewaan saya semakin memuncak, karena saya, yang pernah mengenyam bangku perpustakaan Muthahari, tidak pernah diajak diskusi secara langsung oleh Kang Jalal. Jadi, mana mungkin saya tidak mau hadir ketika saya diajak diskusi oleh beliau, bukankah saya tidak pernah diajak? Mungkin saya bukan level Kang Jalal atau dimungkinkan pula Kang Jalal sedang menceritakan makhluk lain bernama Amin Muchtar.
Sebelum saya mengakhiri ucapan terima kasih ini, saya harus buru-buru menyatakan—agar tidak terkena sumpah serapahnya para pengikut yang "mendewakan" atau mendogmakan pikiran-pikiran Kang Jalal—bahwa mengkritik dan mengoreksi Kang Jalal, bukan berarti benci. Sebaliknya apriori tak harus bertukar jadi vendeta. Seperti kata Aristoteles kala berbeda pendapat dengan gurunya, "amicus Plato sed Magis amica veritas", cintaku pada kebenaran melebihi cintaku pada guru.
Meski rinduku masih membara, namun ucapan terima kasih saya kepada Kang Jalal dengan terpaksa mesti saya akhiri sampai di sini. Sementara bantahan secara resmi dari pihak ANNAS atas kebohongan—sekali lagi, untuk tidak menyebut telah melakukan kecurangan—Kang Jalal, biarlah disampaikan oleh para guru kami di DPP ANNAS, baik KH Atian Ali, sebagai Ketua Pengurus, dan atau Kang Atif Latiful Hayat, sebagai Ketua Dewan Pakar.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Firli dianggap melanggar tiga pasal sekaligus karena bertemu Syahrul Yasin Limpo.
Baca SelengkapnyaSamiruddin menyebut berdasarkan pengamatan bulan tersebut, Ramadan 1445 H berjumlah 29 hari
Baca SelengkapnyaDalam orasinya, Din menyoroti sejumlah gugatan yang diajukan AMIN dianggap tidak beralasan oleh hakim MK.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cak Imin berharap agar Tim Hukum Nasional (THN) AMIN bisa sukses dalam sidang sengketa tersebut.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengatakan, temannya beralih dukungan ke pihak lain lantaran telah diiming-imingi sesuatu.
Baca SelengkapnyaPenetapan hari Lebaran ini berdasarkan sidang isbat penentuan awal Syawal 1445 Hijriah yang dipimpin langsung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengungkapkan, pihaknya akan mengumpulkan seluruh tokoh-tokoh yang akan maju di Pilkada sekaligus melakukan beberapa prosea seleksi.
Baca SelengkapnyaSayyidul Istighfar dianggap sebagai pemimpin istighfar karena kekhususan dan keutamaannya.
Baca SelengkapnyaKiai muda ini sangat digemari jemaahnya karena ceramah yang ia sampaikan.
Baca Selengkapnya