Hanung Bramantyo Ungkap Sosok Mendiang Ashraf Sinclair di Film Terbaru, Ini Faktanya

Merdeka.com - Hanung Bramantyo kembali merilis film karya terbarunya berjudul Satria Dewa: Gatotkaca. Film itu bisa disaksikan di seluruh bioskop Tanah Air mulai 9 Juni 2022.

Film yang kisahnya diangkat dari cerita Mahabarata tersebut turut menampilkan aktor-aktris papan atas Indonesia. Di antaranya adalah Rizky Nazar, Yasmin Napper, Yayan Ruhian dan yang lainnya.

Ada satu fakta menarik mengenai pemeran di film Satria Dewa: Gatotkaca tersebut. Ternyata Hanung pernah meminta mendiang Ashraf Sinclair untuk casting menjadi salah satu karakter.

Ashraf Salah satunya

Instagram - Ashraf Sinclair

Seperti informasi yang dilansir dari Liputan6.com, Hanung menceritakan process casting karakter film yang diproduseri oleh Celerina Judisari tersebut. Ia mencoba mengajak beberapa aktor yang identik dengan peran protagonis untuk memerankan karakter tokoh antagonis di film tersebut.

Salah satu aktor yang diminta Hanung untuk ikut casting adalah Ashraf. Menurut Hanung, suami Bunga Citra Lestari itu memenuhi kualifikasi untuk berperan di film Satria Dewa: Gatotkaca.

“Jadi Ashraf Sinclair itu salah satunya. Fedi dan Ashraf itu kan selalu jadi karakter protagonis di film,” ungkap Hanung.

Janji Casting

Hanung mengatakan, ia menghubungi Ashraf pada 17 Februari 2020 malam dan mengajaknya bertemu pada keesokan harinya.

“Pada saat kami janjian ketemu buat casting, malamnya teleponan untuk casting," kata Hanung.

"Besoknya janjian ketemu sama saya, tapi subuh dia meninggal dunia,” tambahnya.

Tulis Nama di Credit Title

Instagram - Hanung Bramantyo

Demi menghormati komitmen Ashraf dan dukungannya, Hanung menuliskan nama Ashraf di credit title yang menggulung di akhir film.

“Ya harusnya dia sebagai Profesor Arya yang sekarang diperankan Edward Akbar,” tutur Hanung.

Belajar Banyak

Di film Satria Dewa: Gatotkaca ini, Hanung mencoba menyajikan cerita klasik dengan cara modern. Secara cerita, ia harus akurat dan detail mengikuti naskah aslinya, ditambah ia juga harus membuat visual yang sesuai dengan zaman sekarang.

“Karena saya belajar banyak dari Sang Pencerah, Soekarno, dan Bumi Manusia yang terakhir. Saya belajar dari Pak Naveen bagaimana ia ‘memaksa’ saya untuk meremajakan konten yang berat tanpa mengubah isinya,” ucapnya.

“Harus sesuai dengan novelnya tapi bagaimana dari gambarnya, set, kostum, dan pacing-nya harus merefleksikan anak muda. Hasil pembelajaran itu saya terapkan di Gatotkaca ini,” pungkasnya.