Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Arifin merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
berita jatengDia merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Di Kota Solo, ada sebuah jalan bernama Jalan Arifin. Jalan ini memiliki ruas yang cukup panjang, membentang dari Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan hingga ke utara mengarah ke Jalan Margoyudan.
Jalan Arifin juga punya ruas yang unik. Semakin ke utara jalannya semakin menyempit. Ya, nama Arifin terdengar begitu umum di telinga orang Indonesia. Tak banyak yang tahu nama Arifin yang satu ini merupakan sosok yang rela berkorban jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia. Siapa sosok Arifin di balik nama jalan di Kota Solo ini?
- Sekuat Apa Paspor Jepang?
- Momen Kepulangan Jemaah Haji Asal Jateng dan DIY, 72 Orang Meninggal Dunia
- 100 Jemaah Haji Embarkasi Solo Meninggal di Tanah Suci, Mayoritas Lansia
- KPK Khawatir Syahrul Yasin Limpo Melarikan Diri dan Hilangkan Barang Bukti
- Bus Rombongan Study Tour Pelajar SD Kecelakaan & Masuk Jurang di Lampung, Ini Kronologinya
- VIDEO: Isi Curhatan Bambang Susantono Pernah Tak Digaji 11 Bulan Jabat Kepala IKN, Kini Mundur
Cerita ini dimulai di Kota Solo pada 12 Oktober 1945. Saat itu Jepang baru saja kalah perang dari Amerika dan sekutunya. Kondisi Jepang yang sedang lemah ini dimanfaatkan beberapa organisasi pejuang Indonesia saat itu, Pimpinan Barisan Rakyat, Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Komite Nasional Indonesia, menemui Komandan Kempetai Surakarta, Kapten Sato untuk melakukan perundingan.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia meminta pada Jepang untuk segera menyerahkan kekuasaannya. Dalam perundingan itu, Kempetai setuju untuk menyerah dengan syarat penyerahan dilakukan di Tampir, Boyolali. Saat itu Tampir menjadi lokasi pertahanan Jepang.
Di sisi lain, Pimpinan Barisan Rakyat dan Barisan Keamanan Rakyat ingin agar penyerahan senjata tetap dilakukan di Surakarta. Mereka memiliki sikap yang keras pada pendiriannya.
Sikap Kempeitai yang tetap ingin penyerahan dilakukan di Tampir membuat para pejuang Indonesia marah. Mereka menyerbu markas Kempeitai pada malam hari. Penyerbuan itu membuat pihak Jepang kalang kabut. Pertempuran yang berlangsung semalam itu membuat pihak Jepang menyerah pada pagi harinya. Dalam pertempuran sengit itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur dan beberapa lainnya luka-luka.
Pengorbanan Arifin yang gigih bertempur di depan markas Kempeitai membuahkan hasil. Kelompok pejuang tanah air berhasil melucuti senjata para tentara Jepang.
Tak hanya itu, para tentara Jepang juga digiring masuk ke Penjara Surakarta. Tak lama berselang pasukan Jepang yang kalah dibawa ke Tampir, Boyolali untuk menghindari balas dendam rakyat Solo. Penyerahan pasukan Jepang pada 13 Oktober 1945 itu menandai berakhirnya kekuasaan Jepang di kawasan Solo.