Akibat Pemanasan Global, Pakar UGM Ungkap Penyebab Banjir Rob Pesisir Utara Jawa
Merdeka.com - Banjir rob yang terjadi di Semarang dan sekitarnya pada Senin (23/5) menjadi yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun sudah dibuatkan tanggul, toh banjir rob itu tetap terjadi dan tanggul penahan tak berdaya menahan gelombang pasang yang terjadi beberapa hari belakangan ini.
Bencana banjir rob di Semarang menarik perhatian pakar geomorfologi pesisir dan laut Universitas Gadjah Mada (UGM), Bachtiar W. Mutaqin. Dia mengatakan bahwa peristiwa rob di Semarang sebenarnya sudah memiliki riwayat yang lama.
Lalu kenapa peristiwa itu selalu berulang dan berulang kembali? Ini penjelasan Bachtiar:
Penyebab Banjir Rob Semarang
©2022 liputan6.com
Bachtiar mengatakan, banjir rob di Semarang memang sering terjadi. Tapi kejadian pada tahun ini menjadi berbeda karena bersamaan dengan puncaknya pasang air laut. Pada saat itu, jarak antara bumi dan bulan begitu dekat. Selain itu, ia mengungkapkan penyebab lain banjir rob yaitu penggunaan air tanah berskala besar yang mengakibatkan penurunan muka tanah.
“Pasangnya cukup tinggi, tanggulnya jebol, ya akhirnya kawasan di pesisir Semarang terendam. Sebenarnya fenomena ini sudah dimitigasi oleh pemerintah. Tapi karena muka laut memang cukup tinggi dan ada bangunan yang jebol, akibatnya banyak yang terendam,” jelas Bachtiar, mengutip dari ANTARA pada Selasa (24/5).
Dipicu Pemanasan Global
©2022 liputan6.com
Menurut Bachtiar, kawasan pantai utara Jawa dikenal sebagai kawasan rawan rob. Peristiwa itu terjadi dipicu oleh pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut. Ditambah lagi, material tanah di utara Jawa memang belum solid.
“Ditambah banyaknya permukiman. Tidak hanya permukiman pribadi atau perorangan, tetapi juga skala industri. Sehingga dimungkinkan penggunaan air tanah. Akibatnya banyak permasalahan cukup kompleks, mulai dari kenaikan muka air laut, kemudian material tanahnya yang aluvial umurnya masih muda. Juga terkait dengan penggunaan lahan,” terang Bachtiar.
Perlu Diatur
©YouTube/Liputan6 SCTV
Lebih lanjut, Bachtiar menjelaskan kalau material tanah di utara Jawa terbentuk dari endapan sedimentasi sungai, sehingga material sedimen itu diukur dari skala geologi masih muda. Tak heran masih banyak tanah labil dan belum solid.
Oleh karena itu, penggunaan lahan di sana perlu diatur oleh pemerintah. Demikian pula yang menyangkut industri skala besar beserta penggunaan air tanah yang biasanya kapasitas penggunaannya jauh lebih besar dibanding pemakaian oleh masyarakat biasa.
“Kami berharap ada semacam moratorium atau peraturan yang melarang penggunaan air tanah pada skala industri atau seperti apa bentuknya, ini penting dilakukan,” pungkas Bachtiar, mengutip dari ANTARA pada Selasa (24/5).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diperkirakan ancaman rob akan terjadi dalam rentang waktu tanggal 19-23 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaMbak Ita membawa sejumlah logistik bantuan berupa air bersih, sembako, selimut yang akan dibagikan kepada warga terdampak.
Baca SelengkapnyaSelain itu, kemacetan panjang juga terjadi di Jalan Arteri Yos Sudarso akibat kendaraan yang mengantre.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
"Ya penyebabnya, sepi dan jalan mulus, pengemudi maunya ngebut," kata Branch Manager Jalan Tol Terpeka Taufiq
Baca SelengkapnyaAkibat banjir, masyarakat beraktivitas menggunakan paruh karena akses jalan tidak bisa dilalui.
Baca SelengkapnyaWen Pratama (33), warga Kota Medan, Sumatera Utara ditangkap polisi usai tega membunuh ibu kandungnya sendiri.
Baca SelengkapnyaKepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib
Baca SelengkapnyaPangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo bertemu dengan para petani di Dusun Gunung Bakal, Desa Sumberarum, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/12).
Baca Selengkapnya