Sudah ada yang tewas, kenapa bullying di SMA 3 masih subur?
Merdeka.com - Beredar luas di sosial media (sosmed) video bullying yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Jakarta, terhadap juniornya. Dalam video yang berdurasi 37 detik, sejumlah siswa dipaksa duduk dan dimaki-maki oleh para seniornya.
Dalam video itu juga terlihat, salah satu senior menyiramkan air dari botol minuman ke atas kepala para junior tersebut. Lantas, perekam juga ikut menaburi abu rokok yang diisapnya.
Tak puas, para senior tersebut lantas memerintahkan salah satu juniornya untuk mengenakan bra di luar seragamnya dan diminta untuk mengisap rokok. Rupanya, asap rokok tersebut membuat mata salah satu korban bullying perih.
Pengamat Pendidikan Jimmy Paath, sangat prihatin atas kasus tersebut. Sebab sampai saat ini, kasus bullying seakan tak pernah hilang dari dunia pendidikan.
"Kasus bully tidak bisa ditolerir, di sekolah harusnya dapat menegaskan (aturan) dan ada beberapa sekolah mengatakan zero kekerasan, itu mesti dilaksanakan. Harus ada penghapusan budaya senioritas. Jadi nggak ada atas dan bawahan, tidak ada lebih tinggi, dia lebih dulu masuk sekolah tidak harus senioritas, hapus juga ospek," kata Jimmy saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Rabu (4/5).
Para guru, kata Jimmy, harus memperketat dan cermati tingkah laku dari setiap anak didiknya, sehingga diharapkan budaya bullying di dunia pendidikan tidak akan terjadi lagi. Selain itu, lanjutnya, Dinas Pendidikan juga harus melakukan terobosan agar kasus serupa tidak terulang kembali.
Jimmy menyayangkan atas bully yang kembali terjadi di SMA Negeri 3 tersebut. Padahal belum lama ini, seorang siswa bernama Arfiand Caesary Al-Irhammi atau Aca sampai meninggal dunia akibat kekerasan yang dilakukan seniornya. Bilamana terulang kembali, kata dia, harus dipertanyakan pengawasan dari sekolah tersebut.
"Sudah berulang dua kali itu menjadi pertanyaan masyarakat, dulu bu Retno (mantan kepsek SMA 3). Saya pikir sekolah itu harusnya malu sampai terulang lagi (bully), dalam hal ini di sekolah bukan hanya murid, tapi guru bekerja keras harus berembuk terus, diskusi terus, mencari jalan jangan terulang lagi," jelas dia.
"Pemerintah daerah, kepala dinas, harus ketat kepada sekolah-sekolah, mengamati dengan cermat dan melakukan tindakan pelatihan atau diskusi pada guru-guru dan murid-murid," ujarnya.
Menurut Jimmy, Komnas HAM pun ikut serta dalam memerangi bully. Karena bully adalah perbuatan yang melanggar HAM. Selain itu, kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya juga dikategorikan sebagai tindakan pembullyan.
"Kekerasan yang dilakukan oleh guru juga sebenarnya sudah bully. Tidak sedikit juga guru melakukan kekerasan dalam tanda kutip simbiolis itu harus diingat oleh sekolah. Pemalakan juga bagian dari bully. Sekolah harus selalu memikirkan terus. Seharusnya ada pendekatan murid dengan murid-murid lain juga dengan guru," katanya.
"Sekolah seharusnya relatif cukup mengetahui siapa yang suka bully, guru-guru harusnya mencium siapa pelaku bully tersebut. Mesti ada lebih kerja keras untuk mendeteksi pembuly ini, di setiap kelas ada atau satu sekolah ada, misal anak itu didekati dan ajak berpikir itu dikatakan pelanggaran HAM dan itu saya kira harus dilakukan sekolah itu," tambahnya.
Seperti diketahui, kasus bullying kembali terjadi. Kali ini di SMA Negeri 3, Setia Budi Jakarta.
Sejumlah siswi kelas X SMA Negeri 3 Jakarta menjadi korban bullying seniornya siswi kelas XII. Peristiwa ini direkam dan tersebar di sosial media. Diketahui, peristiwa ironis tersebut terjadi pada Kamis 28 April.
Kasus serupa juga pernah terjadi di sekolah yang sama. Bahkan seorang siswa bernama Arfiand Caesary Al-Irhammi atau Aca sampai meninggal dunia karena di bully oleh seniornya.
Kasus ini bahkan hingga masuk ke meja hijau. Pelakunya adalah alumni yang aktif di kegiatan ekstrakulikuler pecinta alam, Finishtra Desriansyah dan Muhammad Irfan Prabudi. Keduanya terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman satu tahun penjara oleh hakim.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bullying di Binus, KPAI: Penanganan Pelaku Kekerasan di Sekolah Belum Memberi Efek Jera
Korban saat ini dirawat di rumah sakit karena mengalami memar hingga luka bakar di tubuhnya.
Baca SelengkapnyaKasus Bullying di SMA Binus School Serpong, Kemen PPA: Sanksi akan Diberikan
Belum ada pihak ditetapkan sebagai anak berurusan dengan hukum dalam kasus ini.
Baca Selengkapnya"Perundungan dengan Dalih Apa pun Tak Boleh Dibiarkan!"
Dirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ini 8 Alasan Mengapa Anak dan Remaja Melakukan Tindakan Bullying
Perilaku bullying yang dilakukan oleh anak dan remaja bisa muncul karena sejumlah hal.
Baca SelengkapnyaKasus Bullying di SMA Binus School Serpong Seret Anak Vincent: 4 Orang Tersangka
Adapun keempat siswa yang menjadi tersangka yakniE (18), R (18), J (18) dan G (19). Semuanya berstatus pelajar.
Baca SelengkapnyaBinus School Serpong Keluarkan Semua Siswa Pelaku Bullying!
Binus selaku pihak sekolah akan memprioritaskan perhatian dan upaya untuk mendukung pemulihan korban bulllying secara fisik, psikis maupun emosional.
Baca SelengkapnyaTentukan Status, Polisi Gelar Perkara Kasus Bully SMA Binus BSD Diduga Libatkan Anak Vincent
Akibat perundungan itu, korban menderita sejumlah luka memar dan bakar pada bagian tubuhnya akibat terkena benda panas.
Baca SelengkapnyaViral Remaja Putri di Jambi Diculik dan Dibully Senior, Pura-Pura Diajak Makan Malah Dikeroyok
Viral video bullying anak perempuan yang diduga masih pelajar sekolah menengah pertama (SMP).
Baca SelengkapnyaKondisi Terbaru Pelajar Korban Bullying di SMA Binus BSD yang Diduga Libatkan Anak Vincent Rompies
Polisi memberikan kabar mengenai kondisi pelajar korban bullying di SMA Binus Serpong yang diduga libatkan anak Vincent Rompies
Baca Selengkapnya