Malam muda-mudi, budaya bercumbu anak muda Jakarta

Merdeka.com - Gubernur Jakarta kesembilan, Ali Sadikin memang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinan pria yang kerab disapa Bang Ali ini, Jakarta mengalami banyak perubahan.

Namun bukan Bang Ali namanya kalau tak membuat sesuatu yang kontroversial. Saat menjabat sebagai orang nomor satu di DKI, Bang Ali membuat wacana yang tak logis tetapi disenangi kawula muda, yaitu kegiatan malam muda-mudi.

Apa itu malam muda mudi? Wacana itu awalnya bentuk keprihatinan Bang Ali melihat banyak pemuda Jakarta yang dirundung permasalahan, baik urusan negara hingga permasalahan ekonomi. Mereka ikut memikirkan peliknya permasalahan negara, seperti kasus korupsi hingga susahnya mencari pekerjaan di ibu kota.

Berangkat dari rasa iba itulah, Bang Ali akhirnya berinisiatif untuk merangkul pemuda Jakarta dan sejenak melupakan segala bentuk masalahnya, atau kerennya disebut 'sehari tanpa masalah'. Hingga lahirlah yang namanya kegiatan malam muda-mudi.

Di awal tahun 1970-an, Bang Ali sengaja memasukkan agenda malam muda mudi itu dalam rangkaian event Pekan Raya Jakarta. Acara ini diselenggarakan di sepanjang Jalan MH Thamrin.

Berbagai persiapan pun dilakukan, mulai dari penataan ruang terbuka, pemasangan lampu warna dengan beragam bentuk bunga, hingga pengaturan lalu lintas. Ide Bang Ali ternyata disambut hangat oleh ribuan pasangan muda-mudi Jakarta waktu itu.

Pada saat pelaksanaannya, di sepanjang Jalan MH Thamrin penuh dengan aroma romantis. Lampu remang-remang, suasana tenang, membuat para muda mudi hanyut dalam tawa riang dengan pasangannya. Lepaslah penat para pemuda Jakarta dalam pelukan sang kekasih.

Bahkan pada pelaksanaan selanjutnya, para muda mudi mengusulkan kepada Bang Ali untuk mematikan lampu selama tiga menit. Ini sebagai bentuk kepedulian pemuda Jakarta pada pentingnya hemat energi bagi kelangsungan hidup manusia. Berhasil, ide malam muda mudi mendapatkan respon positif dari berbagai pihak.

Namun ibarat dua sisi mata uang, Bang Ali juga mendapatkan protes keras dari beberapa pihak. Mereka yang menolak umumnya beralasan bahwa malam muda-mudi merupakan upaya pemerintah membolehkan dua pasang kekasih memadu asmara di luar nikah. Kritikan terus dialamatkan kepada Bang Ali, mulai dari masyarakat biasa hingga kolega di dalam atau luar pemerintah.

Namun bukan Bang Ali kalau tidak bisa mengatasi persoalan itu. Setelah melakukan pendalaman masalah, Bang Ali kemudian mengundang seluruh pihak yang tidak setuju dengan idenya. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan, dan disuruh mengemukakan alasan penolakannya.

"Kemudian dijawab sama Bang Ali, karena mereka berpelukan? Tidak apa-apalah toh cuma berpelukan, permasalahan negara ini jauh lebih berat, biarkan mereka bersenang-senang. Nanti kalau memang ada yang kelewat batas, laporkan nanti kami tindak," kata Sejarawan JJ Rizal menirukan ucapan Bang Ali kala itu. Kisah itu Rizal sampaikan saat berkunjung ke merdeka.com beberapa waktu lalu.

Seiring berkembangnya waktu, kini pelaksanaan malam muda mudi sudah berpindah lokasi di Ocean Ecopark, Ancol, Jakarta Utara. Tidak lagi dilakukan di JL MH Thamrin. Namun, masih kah ada peminatnya atau malah justru semakin digandrungi?