Merdeka.com - Komisi B DPRD DKI menyetujui tarif integrasi antar moda transportasi mencakup LRT, MRT, dan Transjakarta sebesar Rp10.000. Namun, persetujuan ini masih belum selesai.

"Jadi, bukan setelah saya bacakan kemudian final. Tapi ini seharusnya membuka ruang untuk menyempurnakan draf ini, termasuk jika ada pertanyaan yang masih perlu dijawab," ujar Ketua Komisi B, Ismail saat hendak membacakan rekomendasi Komisi B, di Gedung DPRD DKI, Selasa (7/6).

Ismail menyampaikan, ada 4 poin yang menjadi fokus Komisi B yang bergerak di bidang perekonomian, dalam paket tarif integrasi sebesar Rp10.000.

Pertama, Komisi B menyetujui pelaksanaan tarif integrasi, yang pada ujungnya nanti akan mendorong masyarakat untuk menggunakan moda transportasi massal berbasis rel.

Kedua, tarif integrasi ini harus terlebih dahulu menjalani masa percobaan selama 3 bulan sejak ditetapkan dan akan dievaluasi setiap 3 bulan selama satu tahun.

"Ini bertujuan untuk mengetahui dampak paket integrasi terhadap masyarakat," kata dia.

Ketiga, pihak MRT, LRT, dan TransJakarta wajib menyampaikan jumlah masyarakat pengguna tarif integrasi setiap 3 bulan sekali selama satu tahun dengan pemisahan warga ber-KTP DKI dan non-DKI.

Keempat, tarif integrasi ini tidak berlaku alias gratis kepada 16 kelompok masyarakat di Jakarta, yaitu; PNS DKI, pensiunan DKI, pegawai kontrak DKI, penerima KJP, karyawan swasta tertentu, penguni rumah susun, KTP Kepulauan Seribu, penerima raskin, anggota TNI, pormis, veteran, penyandang disabilitas, lansia, marbot masjid, PAUD, jumantik, tim penggerak (PKK), dan koster gereja.

"Ini draf rekomendasi," tegasnya.

Selagi rekomendasi ini masih sebatas draf, Ismail menegaskan kembali poin yang tercantum dalam draf tersebut masih berpeluang disesuaikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jakarta.

Diketahui, Pemerintah DKI Jakarta mengusulkan kepada DPRD DKI soal tarif integrasi transportasi umum sebesar maksimal Rp10.000. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan tarif integrasi itu berlaku untuk penggunaan bus TransJakarta, kereta MRT, dan LRT Jakarta.

"Saat tarif integrasi diterapkan, maka penumpang yang menggunakan lebih dari satu moda, apakah hanya MRT dan TransJakarta, kombinasi TransJakarta dan LRT atau ketiga-tiganya, maka maksimum dia bayar hanya Rp10.000" katanya di gedung DPRD DKI, Selasa, (15/3).

Adapun simulasinya, lanjut dia, penumpang langsung dikenakan biaya Rp2.500 ketika menggunakan transportasi umum pertama dan tarif berikutnya disesuaikan jarak tempuh dengan biaya Rp250 per kilometer.

Ia memberikan simulasi sebelum integrasi, penumpang harus membayar tarif Rp17.000 ketika menumpangi MRT Jakarta dan dilanjutkan TransJakarta.

Misalnya, biaya MRT Jakarta dari stasiun awal hingga akhir sebesar Rp14.000 ditambah biaya TransJakarta Rp3.500 sehingga total Rp17.500. Sedangkan apabila dengan integrasi tarif, kata dia, penumpang membayar maksimum Rp10.000.