Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Demi Melawan Belanda, Jenderal Soedirman Serukan Persatuan PKI dan Masjumi

Demi Melawan Belanda, Jenderal Soedirman Serukan Persatuan PKI dan Masjumi Panglima Besar Soedirman saat berkunjung ke Jakarta. Arsip Nasional Belanda©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Pasca Insiden Madiun 1948, gontok-gontokan terjadi antara kelompok islamis dan kelompok komunis. Panglima Besar Soedirman serukan kedua golongan bersatu dalam satu komando.

Penulis: Hendi Jo

Hawa permusuhan masih terasa usai PKI (Partai Komunis Indonesia) melakukan aksinya di Madiun pada 18 September 1948. Hingga bulan Mei 1949, gontok-gontokan antara kaum komunis dan kelompok islamis yang dipelopori Masjumi (Majelis Sjura Muslimin Indonesia) terus berlangsung, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menurut sejarawan Harry A. Poeze, banyak para pengikut FDR/PKI yang lolos dari operasi penumpasan tentara pemerintah meneruskan perjuangan mereka dengan bergerilya di hutan-hutan. Selain menghadapi militer Belanda, kekuatan-kekuatan bersenjata itu juga tetap mempertahankan pertikaian mereka dengan militer Indonesia dan unsur-unsur anti komunis lainnya.

"Yang sudah (pasti) terjadi justru saling bentrok. Pasukan-pasukan FDR dan Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) berhadapan dengan kesatuan-kesatuan Hizbullah (Masjumi)," ungkap Poeze dalam Madiun 1948: PKI Bergerak.

Surat Rahasia dari Soedirman

Di Jawa Timur, Ponorogo menjadi salah satu arena pertikaian kedua kelompok tersebut . Di kedua tempat itu, kendati FDR PKI sukses ditumpas, namun aksi saling serang tetap berlangsung.

Sebagai catatan, pada awal terjadi Insiden Madiun 1948, Ponorogo dan Sumoroto memang menjadi basis perlawanan paling kuat dari FDR/PKI. Disebutkan oleh Poeze, ketika terjadi penyerangan yang dilakukan oleh TNI terhadap kedudukan kaum komunis pada 4 Oktober 1948, sekira 2000 penduduk sipil Ponorogo dijadikan tameng hidup dan sekira 500 diantaranya telah tewas.

Wajar saja jika 'latarbelakang berdarah-darah' itu menyebabkan pertikaian terus memanjang di kedua tempat tersebut. Mereka yang berkonflik seolah tak peduli Belanda telah menyerang kedudukan RI di Yogyakarta dan menguasai wilayah-wilayah RI pada 19 Desember 1948.

Soal itu ternyata menjadi masalah bagi rencana Letnan Jenderal Soedirman untuk menghadapi Belanda secara fokus. Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia tersebut merasa 'galau' saat dilapori jika masih ada kelompok-kelompok bangsa sendiri yang masih adu nyawa.

Sebagai petinggi militer Indonesia yang sejak awal “kurang setuju” dengan tindakan keras terhadap Insiden Madiun 1948, dia masih mengharapkan agar kedua pihak yang bertikai di Ponorogo segera berdamai dan selekasnya fokus menghadapi aksi militer Belanda.

Karena alasan itu pula maka pada 9 Mei 1949, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan surat bernota rahasia kepada komandan Batalyon TNI di Ponorogo (Mayor Soeprapto Soekawati), Pemimpin PKI/FDR di Ponorogo/Sumoroto dan Pimpinan Masjumi di Ponorogo.Sumoroto. Isinya: imbauan agar seluruh golongan bersatu dan menghentikan pertempuran.

"Kejadian-kejadian masa lampau harus sama sekali dilupakan supaya kekuatan kita benar-benar dapat bulat dan utuh satu, sehingga rakyat dan bangsa Indonesia seluruhnya merupakan satu benteng yang kokoh dan sanggup menghadapi siapapun juga…" ungkap Soedirman seperti termaktub dalam buku Djenderal Soedirman: Pahlawan Sedjati yang ditulis dan diterbitkan oleh Kementerian Penerangan RI pada 1950.

Soedirman: Kita Ingin Menang

Soedirman juga menegaskan, jika perang total menghadapi Belanda mutlak harus dilakukan di bawah satu komando yang membawahi semua golongan, baik kanan maupun kiri. Dia meyakini jika Belanda bisa menguasai kembali Indonesia maka yang terjadi adalah kesengsaraan yang akan meliputi semua golongan dengan tidak memandandang ideologinya.

"Kalau kita ingin menang dalam perjuangan suci ini, kita harus kuat; untuk dapat kuat, segala perselisihan harus diberantas dan semua golongan dari macam-macam ideologi harus bersatu dalam sikap dan tindakannya," demikian lanjut Soedirman.

Dalam kata-kata terakhirnya di surat tersebut, Soedirman mengharapkan agar semua pihak yang tengah bertikai di Ponorogo dan Sumoroto mendengarkan seruannya. Namun yang terpenting, kata Soedirman, mereka yang tengah bertikai memiliki niat secara ikhlas untuk mengakhiri semua konflik dan fokus menghadapi Belanda saja.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kata Bijak Soekarno tentang Perjuangan, Bakar Semangat Jiwa Muda di Bulan Kemerdekaan
Kata Bijak Soekarno tentang Perjuangan, Bakar Semangat Jiwa Muda di Bulan Kemerdekaan

Merdeka.com merangkum informasi tentang kata-kata bijak Soekarno tentang perjuangan yang perlu Anda ketahui.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya
Sosok Dahlan Djambek, Letnan Kolonel yang Menjadi Mendagri Era Kabinet PRRI
Sosok Dahlan Djambek, Letnan Kolonel yang Menjadi Mendagri Era Kabinet PRRI

Ia lahir dari keluarga ulama besar Minangkabau yang terjun di dunia kemiliteran hingga menjabat sebagai menteri di era PRRI.

Baca Selengkapnya
Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya
Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.

Baca Selengkapnya
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku

Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.

Baca Selengkapnya
Begini Detik-Detik Budi Djiwandono Keponakan Prabowo jadi Mualaf, Disaksikan Langsung Sang Capres
Begini Detik-Detik Budi Djiwandono Keponakan Prabowo jadi Mualaf, Disaksikan Langsung Sang Capres

Politikus Partai Gerindra resmi menjadi mualaf di hadapan sosok capres dan Imam Besar Masjid Istiqlal. Ini informasinya.

Baca Selengkapnya
Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat
Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat

Dalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda.

Baca Selengkapnya