Mengungkap Rahasia Kumbang Cochineal dalam Produk Kecantikan dan Makanan
Ternyata industri makanan, minuman dan kosmetik tidak bisa dilepaskan dari hewan dengan penggunaan Karmin sebagai pewarna alami.
Mengungkap Rahasia Kumbang Cochineal dalam Produk Kecantikan dan Makanan
Pertama-tama, mari mengenal lebih dekat si bintang utama artikel ini: Kumbang Cochineal. Berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, kumbang kecil ini bahagia hidup dengan memakan berbagai jenis kaktus. Dari betina kumbang ini, kita memperoleh pewarna merah alami yang dikenal sebagai Carmine.
Asal Usul Kumbang Cochineal
Bangsa Aztec adalah pionir yang pertama kali menggunakan Carmine sebagai pewarna merah, dan sekarang, bahan ini menemukan tempatnya dalam berbagai produk, mulai dari kosmetik hingga makanan.
Alasannya sederhana, Carmine memberikan kecerahan warna, daya tahan lama, dan intensitas bayangan pada produk kecantikan. Para ahli kimia kosmetik sering memilih Carmine ketika ingin mencapai rentang warna pink, ungu, dan merah tanpa harus mengandalkan pewarna sintetis. Meskipun kontroversial, beberapa merek tetap setia pada Carmine, sejalan dengan filosofi kecantikan alami mereka.
Mengapa para ahli kosmetik begitu terpesona oleh Carmine?
Ternyata, Carmine bukanlah pilihan ramah vegan. Karena berasal dari kumbang, Carmine bertentangan dengan prinsip gaya hidup vegan. Bagi mereka yang ingin tetap setia pada prinsip tersebut, mencari alternatif menjadi suatu keharusan.
Namun, sulit untuk menemukan pengganti yang sempurna dan vegan untuk mencapai warna merah, pink, dan ungu dalam produk kecantikan.
Pewarna sintetis dan alternatif alami seperti oksida besi dan mika mungkin menjadi pilihan, meskipun tidak sepenuhnya menggantikan keistimewaan Carmine.
Membaca label adalah kunci untuk menghindari kehadiran Carmine dalam produk kecantikan Anda. Kode-kode seperti "Carmine," "Carmine 5297," atau "E120" dapat menjadi petunjuk keberadaan pewarna ini. Merek kecantikan yang transparan tentang kebijakan mereka yang 100% bebas Carmine merupakan pilihan terbaik bagi konsumen yang ingin menghindari bahan ini.
Bagaimana Membaca Label Produk
Walau jarang, Carmine dapat menyebabkan alergi pada beberapa orang. Untuk melindungi konsumen, FDA AS mengatur penggunaan Carmine dalam kosmetik dan mensyaratkan perusahaan untuk mencantumkan dengan jelas keberadaan Carmine pada label produk. Ini menjadi langkah penting untuk membantu konsumen yang alergi mengidentifikasi dan menghindari produk yang mengandung bahan ini.
Alergi dan Regulasi FDA
Pandangan agama, terutama di kalangan umat Islam, menimbulkan pertanyaan serius tentang penggunaan Carmine. Menurut DR KH Marzuqi Mustamar, ketua PWNU Jawar Timur, makanan dan minuman yang mengandung Karmin dihukumi haram. Dalam ceramahnya, beliau menjelaskan bahwa Karmin berasal dari serangga atau kutu yang hidup di kaktus dan digunakan sebagai pewarna alami untuk makanan dan minuman.
Kontroversi di Dunia Agama dan Fatwa MUI
Menurut DR KH Marzuqi Mustamar, beberapa produk makanan dan minuman yang berpotensi mengandung Karmin antara lain:
Daftar Produk Berpotensi Haram
2. Snack biskuit: Camilan manis seperti biskuit, stik, wafer yang berwarna merah, pink, atau warna mencolok lainnya sering mengandung Karmin.
1. Susu UHT atau susu kemasan: Banyak merek susu kemasan mengandung pewarna makanan Karmin.
4. Eskrim: Beberapa jenis eskrim, terutama yang berwarna merah, dapat mengandung Karmin.
3. Yogurt: Sebagian merek yogurt di pasaran juga mengandung pewarna alami Karmin.
DR KH Marzuqi Mustamar menegaskan bahwa semua makanan dan minuman yang mengandung pewarna Karmin dihukumi haram dan najis.
Fatwa MUI dan Kontroversi
Meski kontroversial, MUI membuat pernyataan resmi bahwa Karmin 120 dari serangga Cochineal yang digunakan sebagai pewarna makanan adalah halal. Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof KH Asrorun Niam Sholeh, mengklarifikasi bahwa pewarna makanan dan minuman yang berasal dari Cochineal dianggap halal, selama tidak membahayakan dan bermanfaat. Namun, Kiai Niam mengakui adanya perbedaan pendapat dengan LBM NU Provinsi Jawa Timur terkait hukum penggunaan Karmin.
Dalam hal ini, MUI menggunakan pendekatan tahqiqul manath (penelitian empirik) dengan memeriksa jenis hewan yang digunakan sebagai pewarna.
Sementara itu, LBM NU Provinsi Jawa Timur memandang hukum serangga secara umum. Meskipun terdapat perbedaan, Kiai Niam menegaskan pentingnya menghormati hasil keputusan LBM NU sebagai bagian dari proses istijhad.
Dari kosmetik hingga makanan, kehadiran Kumbang Cochineal dan pewarna Karmin mengungkap sisi tak terduga dalam produk sehari-hari kita. Kontroversi antara pandangan kosmetik, regulasi pangan, dan pandangan agama menciptakan lanskap yang kompleks.