Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Piala Dunia Qatar

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Ribuan pekerja migran berkumpul di salah satu stadion di Doha, Qatar, untuk menyaksikan pertandingan pembukaan Piala Dunia pertama di Timur Tengah pada Minggu (20/11).

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Tak hanya memadati tribun, mereka juga duduk di tengah lapangan berumput.

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Di kawasan industri Doha, zona khusus penggemar yang dilengkapi layar raksasa dibangun untuk memfasilitasi suporter yang antusias untuk menonton sepakbola.

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Tak jauh dari situ, terdapat sejumlah kamp pekerja di mana banyak dari ratusan ribu pekerja berpenghasilan rendah Qatar tinggal.

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

"Kami di sini untuk menikmati keringat kami sekarang," kata Ronald Ssenyondo, seorang pria 25 tahun dari Uganda yang mendukung Qatar, sebagaimana dilansir Reuters (21/11).

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Ssenyondo telah berada di Qatar selama dua tahun. Dia bekerja berjam-jam di bawah matahari untuk menyelesaikan stadion-stadion tempat turnamen diadakan. "Saya hanya kewalahan dengan hal-hal yang saya lihat sekarang," katanya.

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Qatar yang dikenal sebagai negara kaya penghasil gas ini dihuni oleh 2,9 juta orang. Sebagian besar adalah warga asing. Mulai dari pekerja konstruksi berpenghasilan rendah hingga eksekutif berpengaruh kuat.

Antusiasme Pekerja Migran di Qatar Nobar Piala Dunia 'Hasil Keringatnya'

Namun, kelompok hak asasi menuduh Qatar telah gagal melindungi pekerja berpenghasilan rendah dari kerja berlebihan, upah yang tidak dibayar, dan kondisi hidup yang buruk, termasuk mereka yang membangun stadion dan hotel untuk menjadi tuan rumah bagi para penggemar Piala Dunia.