Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Virus Corona Akan Menang Jika China Menolak Penyelidikan Lanjutan Asal Usul Covid-19

Virus Corona Akan Menang Jika China Menolak Penyelidikan Lanjutan Asal Usul Covid-19 Tim WHO tiba di Institut Virologi Wuhan di Provinsi Hubei, China, pada Februari 2021. ©Reuters

Merdeka.com - Para pakar penyakit menular ternama Amerika Serikat (AS) memperingatkan, penolakan China atas rencana WHO untuk penyelidikan lanjutan asal usul Covid-19 di negara tersebut dapat mengancam ketersediaan data penting dunia yang diperlukan untuk mengidentifikasi pandemi di masa yang akan datang.

Para pakar menyampaikan kepada Politico, penolakan akses ke Wuhan, asal usul episentrum wabah virus corona, memperbesar kecurigaan bahwa pemerintah China berusaha menutupi kemungkinan virus tersebut sengaja dirancang.

“Kita sudah ada dua pandemi virus corona yang keluar dari China dan kemungkinan besar kita akan memiliki pandemi virus corona lain yang keluar dari China, jadi (penyelidikan yang berbasis di China) adalah kesempatan terbaik kita untuk mengetahui bagaimana ini terjadi dari kelelawar dan (menular) ke manusia,” jelas Dekan Fakultas Kedokteran Tropis Nasional di Baylor College of Medicine di Houston, Peter Hotez.

“Kita tidak bisa melakukan ini tanpa pergi ke China. Tidak ada yang bisa Anda lakukan dari jarak 5.000 mil,” lanjutnya, dikutip dari South China Morning Post, Senin (26/7).

Pemerintah China geram atas perhatian internasional terhadap China sebagai negara yang kemungkinan menjadi asal usul Covid-19 dan bersikeras “virus memiliki beragam asal usul dan mucul di berbagai tempat.”

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menguraikan rencana terbaru penyelidikan kedua asal usul virus corona di China. Usulan penyelidikan ini, yang merupakan lanjutan dari penyelidikan Januari 2021, termasuk usulan untuk “audit laboratorium dan lembaga penelitian terkait yang beroperasi di area di mana kasus awal (Covid-19) pada manusia diidentifikasi pada Desember 2019,” mengacu pada Institut Virologi Wuhan yang kontroversial.

Wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), Zeng Yixin, menolak rencana tersebut, menyebutnya "mengabaikan akal sehat dan menentang sains."

Menurut Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular Universitas Minnesota, Michael Osterholm, respons China tidak dapat dibenarkan.

“Menurut saya apa yang diminta (WHO) sangat masuk akal,” kata Osterholm.

Menurutnya, penolakan China ini dapat memicu spekulasi konspirasi tentang bagaimana virus itu muncul di China.

“Itu membuat orang curiga ini adalah virus buatan manusia yang sengaja dilepas,” lanjutnya.

Penolakan China atas penyelidikan baru ini juga memicu kritik di Capitol Hill atau Gedung Parlemen AS. Anggota Kongres, Ami Bera, yang juga ketua Subkomite Asia, Pasifik, Asia Tengah dan Nonproliferasi, mengatakan kepada Politico dalam sebuah pernyataan, langkah China tersebut “tidak dapat diterima”. Bera meminta sebuah “analisis yang komprehensif, transparan, dan independen terkait asal usul Covid-19.”

Gedor China

Menurut Hotez, WHO bertanggung jawab atas penolakan China ini karena badan PBB itu hanya fokus pada laboratorium Wuhan terkait munculnya virus.

“Kami menuntut hal-hal yang tidak akan pernah disetujui oleh pemerintah China, (seperti) menggedor pintu Institut Virologi Wuhan untuk menunjukkan buku catatan yang tidak akan pernah mereka setujui,” kata Hotez.

Pejabat PBB juga menyalahkan nada komunikasi WHO dengan China terkait penyelidikan lanjutan ini. Administrator Program Pembangunan PBB dan ketua Kelompok Pembangunan Berkelanjutan PBB, Achim Steiner mengakui Tedros harus menempuh "jalan yang sangat sulit" berurusan dengan China pada "waktu yang sangat tidak menentu" karena hubungannya bermasalah dengan beberapa negara, termasuk dengan AS dan Uni Eropa.

Namun dia menyampaikan, interpretasi China atas penyelidikan sebagai dikte negara asing yang sewenang-wenang tidak membantu.

“Menjadi kepala badan PBB, ketika saya berbicara dengan China, ketika saya berbicara dengan AS, saya tidak berbicara dengan menendang pintu dan mengatakan kepada mereka 'ini yang harus Anda lakukan,'” kata Steiner kepada Politico.

Seorang diplomat yang berbasis di Jenewa yang ikut dalam rapat mingguan WHO dengan negara-negara anggota memberikan penilaian yang kurang baik terkait pembicaraan sengit Tedros dengan China.

Dia menyebut pengumuman penyelidikan yang disampaikan Tedros sebagai "kejutan tahun ini" dan mengatakan sebagian mencerminkan ambisi karirnya.

“Mungkin Tedros baru saja melakukan kalkulasinya dan menyadari China tidak akan bisa menghalangi dia terpilih kembali (karena menuntut penyelidikan besar terhadap asal-usul virus),” kata diplomat itu, yang meminta namanya tidak disebutkan.

Cegah pandemi di masa depan

Terlepas dari tantangan akibat kebuntuan antara WHO dan China, Chris Beyrer, profesor kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia di Fakultas Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg mengatakan, risiko jangka panjang dari virus corona yang mematikan mengharuskan kebuntuan itu dijembatani.

“Kita sedang berjuang virusnya yang menang,” katanya.

“Tetapi apa yang selalu ingin kita lakukan adalah mencegah pandemi (di masa depan) dan untuk melakukan itu Anda perlu tahu bagaimana hal ini muncul dan menjadi sangat beradaptasi dengan penyebaran manusia ke manusia.”

Osterholm mengatakan peran potensial pemerintahan Biden dalam membantu menengahi resolusi kebuntuan ini terbatas dan mendorong pemerintah AS fokus mendukung WHO untuk mencegah pandemi di masa depan.

Tetapi Hotez mengkritik apa peran pemerintahan Biden dalam penyelidikan lanjutan ini, di mana pada 26 Mei lalu Biden meminta badan-badan intelijen untuk meningkatkan analisis mereka tentang asal-usul Covid-19. Biden juga menargetkan jajarannya memberikan laporan dalam waktu 90 hari. Hotez menyebut permintaan itu "konyol."

"Kami telah mengerahkan semua intelijen untuk ini dan tidak sampai ke dasarnya," katanya.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
China Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya

Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya

Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.

Baca Selengkapnya
Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO
Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO

WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.

Baca Selengkapnya
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun

Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.

Baca Selengkapnya
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya