Merdeka.com - Bos pabrikan mobil Inggris, Rover, mengungkap fakta bahwa di pertengahan 1990-an mereka sempat diajak rapat bersama utusan Presiden Indonesia ke-2 Soeharto. Puluhan ribu unit mini sedan Rover jenis Metro hendak dipesan untuk proyek mobil nasional.

Tabloid Mirror, Senin (13/4), melaporkan proyek ini diberi nama 'Rancangan Maleo', mobnas pertama Indonesia. Akibat krisis ekonomi, disusul unjuk rasa 1998 melengserkan Soeharto, kerja sama dengan Rover ini batal tanpa kejelasan.

Dokumen pertemuan Rover dan utusan Soeharto ini diungkap pertama kali oleh Birmingham Mail. Jika proyek Maleo berjalan lancar, maka mini sedan itu digarap bersama dengan BUMN PT Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS), yang dulu menaungi PT Pindad, PT INKA, hingga PT Dirgantara Indonesia.

"Rancangan mini sedan Rover 100 empat pintu akan dipesan oleh PT BPIS untuk menjadi transfer teknologi sebagai permulaan mobil nasional," tulis dokuman ini.

Saham terbesar pabrikan Rover yang berlokasi di Kota Longbridge, Inggris itu mulanya dimiliki oleh BMW asal Jerman. Akibat proyek dengan pemerintah Indonesia batal, pada 2002 Rover bangkrut, lantas merumahkan 6.500 karyawan.

"Proyek ini seharusnya dimulai Januari 1994 lalu produksi massal berjalan pertengahan 1997," tulis dokumen tersebut.

Pejabat Inggris tak disebut namanya membenarkan pertemuan antara petinggi Rover dan utusan Soeharto kala itu. "Pemerintah Indonesia yang tidak memiliki pabrik otomotif lokal merasa mini sedan Metro buatan Rover cocok jadi purwarupa mobil nasional," ungkapnya.

Rover didirikan sejak 1878 di Kota Coventry, Inggris. Pabrikan ini dikenal melalui produk jip merek Land Rover maupun Rover Scarab.

Di awal 90-an, Soeharto terobsesi membangun industri teknologi tinggi 100 persen buatan dalam negeri, baik otomotif, kapal hingga pesawat terbang.

Belakangan, seperti diketahui, Tommy Soeharto bersama pabrikan KIA asal Korea Selatan akhirnya yang menjalankan proyek kendaraan nasional diberi nama 'Timor' pada 1997. Proyek yang kontroversial dan disebut beraroma korupsi itu ditutup pada 1999.