Sedikit-sedikit tarik urat

Merdeka.com - Mesir tak henti berguncang. Sejak pemilihan umum presiden mengangkat Muhammad Mursi menjadi pemimpin Negeri Sungai Nil itu hingga kini konflik politik dalam negeri makin meluas. Bentrokan bukan hanya dipicu persoalan peraturan dan rencana beleid namun juga perkara sepele seperti pertandingan sepak bola.

Sejak pencalonan Mursi, Mesir memang sudah tidak tenang. Rakyat sangat takut jika presiden Ikhwanul Muslimin itu menerapkan syariat Islam ketat lantaran kelompok itu dinilai garis keras dalam menerapkan aturan agama. Di sisi lain, warga dilematis sebab kandidat pemimpin lainnya tangan kanan rezim Husni Mubarak, Ahmad Safiq.

Meski diwarnai berbagai polemik, pemilu Mesir berjalan lancar dan mempercayakan Mursi untuk memimpin Negeri Piramida itu, seperti dilansir BBC (Juni, 2012). Namun dia tidak bisa melenggang mulus menjalankan roda pemerintahan. Puluhan oposisi menghadang termasuk penerima Nobel Perdamaian sekaligus tokoh politik Mesir Muhammad ElBaradei dan jutaan mata rakyat. Mursi bahkan dibuatkan situs untuk mengukur kinerja 100 harinya.

Musuh Mursi meluas ke kalangan militer dalam waktu empat bulan saja. Dia dengan sepihak mencopot kepala intelijen dan anggota Garda Republik sebab gagal menjaga wilayah perbatasan antara Kota Al-Arish dan Rafah dari penyerangan kelompok bersenjata. Peristiwa ini membuat 16 penjaga perbatasan tewas dan enam terluka termasuk polisi dan warga sipil.

Pemecatan para petinggi militer ini mengecewakan banyak pihak. Meski demikian saat 90 hari Mursi menduduki tampuk kepemimpinan rakyat Mesir menyatakan puas atas kinerjanya, terutama di sektor bahan bakar, namun untuk situasi keamanan warga masih belum melihat perubahan.

Kekecewaan warga Mesir akhirnya bertambah saat Mursi mengeluarkan dekrit yang menyebutkan kekuasaan presiden meliputi legislatif dan yudikatif bakal membawanya menuju digdaya tanpa batas. Para hakim agung ramai-ramai membelot dan menuding Mursi melecehkan profesi mereka. Dia dianggap pesohor terkenal dengan tangan besi macam Firaun dan pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini.

Bentrokan terjadi di sana-sini. Penolakan terhadap kepemimpinan Mursi bergema, namun ada pula mereka yang masih percaya pada lelaki 61 tahun itu. Pendukung pro dan kontra terlibat baku hantam. Mesir terbelah dalam dua kubu meski dekrit telah dibatalkan oposisi terus mencari celah untuk membuat Mursi turun.

Belum kelar masalah politik, Mesir berdarah lagi lewat pertikaian kasus pertandingan bola yang sudah setahun lewat. Hanya gara-gara suporter kerusuhan terjadi hingga menewaskan lebih dari 30 orang. Mudahnya warga naik pitam dan kurang mampunya kepolisian menangani masalah dalam negeri memaksa Mursi merancang beleid guna memberi mandat pada militer agar mempunyai hak seperti polisi.

Lagi-lagi hal ini membuat rakyat Mesir berang. "Pertarungan kepentingan kelompok politik belakangan ini bisa membuat negara bubar," ujar al-Sisi yang juga sebagai Menteri Pertahanan, seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (29/1). Pernyataan itu termuat di laman juru bicara kemiliteran di situs Facebook.