Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Rekam Jejak Perang Ancaman AS versus Iran

Rekam Jejak Perang Ancaman AS versus Iran Debat Hillary Clinton dan Donald Trump. ©REUTERS/Brian Snyder

Merdeka.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump Sabtu lalu mengumumkan sanksi baru terhadap Iran akan berlaku mulai Senin awal pekan ini. Langkah ini menyusul insiden pesawat nirawak AS yang ditembak jatuh rudal Iran di Selat Hormuz pekan lalu. Ketegangan antara Iran dan AS kian memuncak dalam beberapa hari belakangan. Hal itu memicu kekhawatiran banyak pihak akan terjadinya perang terbuka AS versus Iran.

Dari tempat peristirahatannya di Camp David, Trump mengumumkan langkah itu lewat Twitter.

"Iran tidak boleh punya Senjata Nuklir, dan sanksi-sanksi akan segera dihapus apabila negara itu menjadi negara yang produktif dan sejahtera lagi," tulisnya dalam akun @realDonaldTrump, seperti dilansir dari VOA Indonesia pada Senin (24/6).

Sejak awal berkantor di Gedung Putih Trump sudah mengumumkan AS akan keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan dia juga sempat mengancam negara-negara yang masih menjalin hubungan bisnis dengan Iran.

Iran tidak pernah tinggal diam dengan ancaman-ancaman AS dan Negeri Mullah juga membalas dengan sejumlah ancaman. Berikut jejak rekam perang ancaman AS versus Iran yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber:

Trump Ancam Negara yang Masih Berbisnis dengan Iran

Presiden AS Donald Trump kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran. Serta memperingatkan kepada negara lain untuk tidak lagi berbisnis dengan Iran. Jika masih ingin berbisnis dengan AS.

"Siapapun yang berhubungan dengan Iran, dilarang berbisnis dengan AS. Saya meminta perdamaian dunia. Tidak lebih!" tulis Trump di Twitter.

Peringatan Trump tampaknya ditujukan pada Uni Eropa, yang berusaha melindungi perdagangan mereka dengan Iran dari sanksi AS.

Sanksi AS secara sepihak diberlakukan kembali usai keputusan Trump mengundurkan diri dari kesepakatan Nuklir Iran yang dibuat pada masa Barack Obama.

Kesepakatan itu, yang secara resmi berjudul Rencana Aksi Komprehensif Bersama, atau JCPOA, adalah perjanjian penting untuk membatasi program nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional.

Disusun oleh pemerintahan Obama, ditandatangani oleh Iran, beberapa negara Eropa, China dan Rusia pada tahun 2015.

Trump telah lama menjadi pengkritik keras kesepakatan itu, dan menyebutnya sebagai sesuatu yang 'gila' jika dipertahankan, dilansir dari CNN, Rabu (8/8/2018).

Sejak keluar dari kesepakatan tersebut pada Mei, AS mulai mempengaruhi perekonomian, industri otomotif dan perdagangan emas atau logam mulia.

Tahap kedua sanksi AS akan mulai berlaku pada November dan akan menargetkan industri minyak yang merupakan sektor utama pendapatan Iran.

Presiden Iran Hassan Rouhani menggambarkan sanksi itu sebagai 'perang pyschological'. Ia menyatakan Iran bersedia mengadakan pembicaraan dengan AS untuk menyelesaikan masalah ini.

Iran Ancam akan Tutup Selat Hormuz jika AS Jatuhkan Sanksi

Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz yang menjadi lalu lintas kapal tanker minyak sebagai balasan atas keputusan pemerintahan Trump yang ingin mengurangi ekspor minyak Iran di pasar global.

"Jika mereka ingin menghentikan ekspor minyak Iran, kami tidak akan mengizinkan pengiriman minyak untuk melewati Selat Hormuz," kata Wakil Komandan pangkalan militer Sarallah Ismail Kowsari, dikutip dari laman Sputnik, Kamis (5/7).

Perwakilan Teheran di OPEC Hussein Kazempur Ardebili memperingatkan bahwa upaya Washington untuk memblokir ekspor minyak Iran akan menjadi bumerang bagi AS.

Direktur Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS Brian Hook, menegaskan kembali tujuan Pemerintahan Trump untuk mengurangi ekspor minyak Iran ke nol pada November.

Washington juga mengancam akan memberi sanksi kepada perusahaan yang tetap menjalankan bisnis dengan Iran.

Uni Eropa berencana menggunakan taktik 'peraturan pemblokiran' seperti yang digunakan pada tahun 1996 untuk melindungi bisnis mereka dengan Libya dan Kuba dari sanksi AS.

Taktik itu terbukti efektif dan memaksa AS mencabut sanksi yang diberikan.

Donald Trump sebut Presiden Iran Bakal Tamat

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut demonstrasi terjadi Iran sejak kemarin akan membuat kepemimpinan Presiden Hassan Rouhani segera berakhir. Sebab menurutnya, rakyat Iran menginginkan perubahan dan rezim yang menindas tidak akan bisa bertahan selamanya.

Sambil menyertakan dua cuplikan pidatonya di Majelis Umum PBB pada September lalu di mana dia dengan sengaja membidik rezim Iran, musuh utamanya di Timur Tengah, Trump menulis pendapatnya di akun Twitter.

"Rezim yang menindas tidak dapat bertahan selamanya. Akan tiba hari di mana rakyat Iran dihadapkan kepada pilihan. Dunia akan mengawasi," tulisnya, seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Minggu (31/12/2017).

"Seluruh dunia pun tahu bahwa rakyat Iran menginginkan perubahan. Selain kekuatan militer AS yang mumpuni, orang-orang Iran juga paling takut kepada pemimpin mereka," lanjutnya.

Cuitan Trump diunggah menyusul demo besar-besaran yang terjadi di beberapa kota di Iran. Demonstrasi yang berujung kepada bentrokan dengan aparat keamanan itu dipicu oleh ketidakpuasan rakyat Iran atas kenaikan harga dan dugaan korupsi, serta kekhawatiran akan keterlibatan Iran dalam konflik di Suriah dan Irak hingga kini masih terjadi.

Bahkan berdasarkan laporan terbaru, polisi anti huru hara menembak mati dua demonstran.

Meski belum terverifikasi kebenarannya, namun video yang menampilkan suasana unjuk rasa disertai dua pemuda yang tergeletak tak berdaya di tanah dan dipenuhi darah di Kota Dorud, bagian barat Iran itu sudah menyebar di dunia maya.

Kini, otoritas Iran memutus penyebaran informasi melalui internet dengan cara mengurangi akses internet ke telepon genggam.

Iran Ancam AS akan Menyesal Sepanjang Sejarah

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa Amerika Serikat akan merasakan penyesalan tak terhingga karena telah keluar dari kesepakatan nuklir dengan negaranya dan kekuatan dunia lain.

Pernyataan itu dibuat menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat yang mengancam akan membatalkan perjanjian nuklir. Trump juga menuntut sekutunya di Eropa untuk memperbaiki 'kekurangan' dalam kesepakatan itu atau dia akan memberlakukan kembali sanksi terhadap negara tersebut.

"Jika AS membatalkan perjanjian nuklir, maka dia akan merasakan penyesalan yang tidak pernah dirasakan sepanjang sejarah," kata Rouhani dalam sebuah pidato di televisi lokal, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (6/5/2018).

"Trump harus tahu bahwa rakyat kami bersatu. Rezim Zionis (Israel) harus tahu rakyat kita bersatu," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, kesepakatan nuklir antara Iran dan Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS dibuat pada 2015 lalu di bawah kepemimpinan mantan presiden AS Barack Obama.

Di bawah pakta kesepakatan itu, kekuatan dunia akan mencabut segala sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas komitmen negara tersebut yang tidak akan lagi mengejar ambisi senjata nuklirnya.

Namun Iran menyatakan tidak mendapat hasil apapun meski telah memenuhi kesepakatan itu.

AS sendiri di bawah kepemimpinan Trump menuding Iran tidak mematuhi kesepakatan yang telah dibuat dan tetap melancarkan program nuklirnya. Iran membantah dengan mengatakan bahwa program senjata tersebut dilakukan untuk tujuan sipil.

Sementara itu, penasihat kebijakan luar negeri untuk pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan jika AS mengundurkan diri dari kesepakatan itu, maka negaranya juga akan menghentikan perjanjian yang sudah dibuat di masa lalu tersebut.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Timur Tengah

Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Timur Tengah

Kementerian Luar Negeri juga meminta para WNI segera menghubungi maskapai masing-masing untuk mendapatkan informasi terkini terkait penerbangan mereka.

Baca Selengkapnya
Begini Sikap Jokowi Usai Iran Serang Israel Pakai Rudal Balistik

Begini Sikap Jokowi Usai Iran Serang Israel Pakai Rudal Balistik

Respons Presiden Jokowi usai Iran melakukan serangan ke Israel pada Sabtu (13/4) malam.

Baca Selengkapnya
Iran Vs Israel Picu Perang Dunia Ketiga, Bagaimana Sikap Harus Diambil Indonesia?

Iran Vs Israel Picu Perang Dunia Ketiga, Bagaimana Sikap Harus Diambil Indonesia?

Serangan Iran bentuk balasan terhadap Israel yang menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah hingga menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Islam.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Iran Akui Serangan ke Israel Balasan Atas Penyerangan Konsultan di Suriah

Iran Akui Serangan ke Israel Balasan Atas Penyerangan Konsultan di Suriah

Iran Akui Serangan ke Israel Balasan Atas Penyerangan Konsultan di Suriah

Baca Selengkapnya
Ada Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Jamin Harga BBM Tak Naik

Ada Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Jamin Harga BBM Tak Naik

Pemerintah menjamin harga BBM di Indonesia tidak akan naik pasca konflik Iran-Israel yang memicu kenaikan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya
Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya

Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya

Perekonomian Indonesia diprediksi merosot jika konflik Iran versus Israel berkepanjangan.

Baca Selengkapnya
Konflik Iran Vs Israel Ternyata Bukan Penyebab Anjloknya Kurs Rupiah hingga Rp16.000

Konflik Iran Vs Israel Ternyata Bukan Penyebab Anjloknya Kurs Rupiah hingga Rp16.000

Tanpa ada konflik Iran vs Israel, rupiah sudah mengalami depresiasi 3,22 persen.

Baca Selengkapnya
Membandingkan Kekuatan Militer Iran Vs Israel

Membandingkan Kekuatan Militer Iran Vs Israel

Negara Israel memiliki 612 pesawat terbang dan 241 jet tempur. Selain itu juga memiliki 146 helikopter dan 48 Helikopter tempur atau penyerang.

Baca Selengkapnya
Joe Biden Sebut AS Tidak Akan Bantu Israel Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Joe Biden Sebut AS Tidak Akan Bantu Israel Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Joe Biden Sebut AS Tidak Akan Bantu Israel Balas Serangan Iran

Baca Selengkapnya