Pemerintahan Joe Biden Hentikan Sementara Penjualan Senjata ke Arab Saudi dan UEA
Merdeka.com - Pemerintahan Presiden Joe Biden menghentikan sementara penjualan senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) karena sedang melakukan kajian yang lebih luas atas kesepakatan bernilai miliaran dolar yang dibuat pemerintahan Trump. Demikian diungkapkan sumber yang mengetahui masalah ini kepada CNN pada Rabu.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengonfirmasi penundaan penjualan tersebut sedang dalam kajian.
"Untuk memastikan bahwa apa yang sedang dipertimbangkan adalah sesuatu yang memajukan tujuan strategis kami, dan memajukan kebijakan luar negeri kami," jelas Blinken, dikutip dari CNN, Kamis (28/1).
Blinken tidak merujuk pada penjualan atau negara tertentu dalam pernyataannya, yang disampaikan dalam konferensi pers Departemen Luar Negeri pertamanya sebagai Menlu AS.
Langkah penundaan ini menandakan perubahan pendekatan pemerintahan Biden setelah pemerintahan Trump menyetujui penjualan besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir masa jabatannya.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri sebelumnya menggambarkan penghentian sementara ini sebagai tindakan rutin pemerintah rutin dalam setiap masa transisi, dan menunjukkan komitmen pemerintah terhadap transparansi dan tata kelola yang baik, serta memastikan penjualan senjata AS memenuhi tujuan strategis AS.
Pejabat ini juga tidak menyoroti negara tertentu dalam pernyataan mereka.
The Wall Street Journal pertama kali melaporkan tentang penghentian sementara penjualan senjata tersebut.
Anggota Kongres dari Demokrat mendukung langkah tersebut.
"Senjata yang kita jual ke Arab Saudi dan UEA telah digunakan untuk membunuh anak-anak sekolah, ditransfer ke milisi ekstremis, dan mengobarkan pertempuran senjata berbahaya di Timur Tengah," kata Senator Chris Murphy di Twitter.
"Ini langkah yang tepat. Sekarang saatnya mengatur ulang hubungan kita dengan sekutu Teluk."
Pada Selasa, anggota parlemen Demokrat mengirim surat ke Blinken, meminta untuk mencermati dan mengkaji ulang hubungan AS-Arab Saudi, dan salah satu permintaan mereka juga membekukan pengiriman senjata ke negara kerajaan tersebut.
Akhir tahun lalu, pemerintahan Trump mendorong sejumlah penjualan senjata bernilai tinggi ke Riyadh dan Abu Dhabi terkait dengan Perjanjian Abraham, kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Pada 2019, Trump juga mengeluarkan deklarasi darurat untuk mempercepat penjualan senjata ke Arab Saudi dan UEA, menghindari penjegalan di Kongres.
Anggota parlemen menentang penjualan tersebut karena keterlibatan Arab Saudi dan UEA dalam konflik berdarah di Yaman yang telah menewaskan ribuan warga sipil, serta pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi oleh pejabat Saudi.
Investigasi CNN pada Februari 2019 menemukan, Arab Saudi dan UEA memberikan peralatan buatan AS kepada pejuang yang terkait dengan Al Qaidah, milisi garis keras Salafi, dan faksi-faksi pertempuran lainnya di Yaman, meskipun ada kesepakatan dengan Washington.
Selama sidang konfirmasinya di Senat, Blinken tidak berkomitmen untuk menghentikan pengiriman semua senjata ofensif ke Arab Saudi atau UEA, tetapi mengatakan pemerintahan Biden akan berhenti mendukung kampanye militer Saudi di Yaman.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putin Sebut Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024, Alasannya Tak Terduga
Baca SelengkapnyaUcapan Joe Biden itu disampaikan melalui sepucuk surat diantarkan Dubes Amerika Serikat untuk ASEAN Yohannes Abraham.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Survei: 86% Pemilih Sebut Joe Biden Terlalu Tua untuk Kembali Maju Capres
Baca SelengkapnyaInsiden ini terjadi saat Biden dan Ibu Negara Jill Biden baru saja meninggalkan markas kampanyenya.
Baca SelengkapnyaJutaan warga Gaza terancam kelaparan karena Israel melarang truk bantuan masuk ke wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaBulan Desember mungkin bisa menjadi hari menyakitkan bagi Joe Bide, Presiden Amerika Serikat saat ini.
Baca SelengkapnyaAgresi Israel di Jalur Gaza sejak Oktober telah menewaskan hampir 22.000 warga Palestina. AS merupakan salah satu pendukung utama Israel.
Baca Selengkapnya