Kisah pelajar SD meniti jembatan darurat ke sekolah
Merdeka.com - Parahnya kondisi anak-anak sekolah dasar Indonesia yang berangkat sekolah melalui jembatan hampir roboh rupanya menjadi perhatian sejumlah media asing.
Tahun lalu surat kabar asal Inggris the Daily Mail menurunkan laporan kisah anak-anak sekolah di Desa Sanghiang Tanjung, Kabupaten Lebak, Banten, yang harus meniti jembatan miring di atas Sungai Ciberang. Mereka berani mempertaruhkan keselamatan nyawa demi mencapai sekolah untuk mengikuti pelajaran.
Jembatan itu tampak miring dan hampir roboh akibat diterjang hujan deras dan banjir. Pilar penahan jembatan di seberang sungai itu roboh sehingga jembatan kayu itu miring ke satu sisi dan anak-anak sekolah itu harus berpegangan di atas jembatan yang bergoyang.
Rupanya kondisi serupa juga dialami anak-anak sekolah di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Surat kabar the Sun juga asal Inggris, kembali mengangkat kisah anak-anak sekolah itu kemarin. Dalam situs media itu terpampang foto-foto anak-anak sekolah yang sedang meniti jembatan miring sambil bergantungan pada tali jembatan di atas sungai.
Mereka tinggal di Desa Sumua Bana dan harus melalui jembatan di atas sungai untuk menuju sekolah di Kota Padang. Siswa berseragam putih-merah itu tampak sedang bergantungan pada pegangan jembatan sambil meniti tali tempat kaki berpijak.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian itu sendiri bermula saat jam kosong pelajaran pada Senin (9/1) lalu.
Baca SelengkapnyaDia dibawa oleh seorang pria berinisial A (18) yang dikenal melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaBeberapa siswa yang mengalami gejala keracunan ini masih ada yang harus dirawat di beberapa fasilitas kesehatan berbeda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Para pemilik burung rela jauh-jauh mengirim hewan peliharaannya demi bisa sekolah di sini
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaSeorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.
Baca SelengkapnyaMereka tampil begitu memukau bak seorang petugas Paskibraka.
Baca SelengkapnyaSetiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaMeski kerap di-bully oleh temannya karena tak mau bolos sekolah, pria ini ungkap alasannya.
Baca Selengkapnya