Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Keputusasaan Rakyat Sri Lanka, "Tidak Ada yang Bisa Dimakan di Sini"

Keputusasaan Rakyat Sri Lanka, "Tidak Ada yang Bisa Dimakan di Sini" Demonstran serbu dan terobos rumah presiden Sri Lanka. ©REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Merdeka.com - Perempuan itu berdiri mengantre selama lebih dari 14 jam demi sebuah paspor, agar bisa keluar dari krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka.

Selwi Thangawelu, ibu dua anak, mendapat pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di Kuwait. Pekerjaan suaminya sebagai pemulung tidak cukup lagi untuk membeli makanan dan bahan bakar, yang harga kedua kebutuhan pokok itu melambung tinggi.

"Saya agak takut," ujarnya.

"Tapi tidak bisa lagi tinggal (di sini)," lanjutnya, dikutip dari The New York Times, Selasa (12/7).

Sri Lanka, negara kepulauan berpenduduk hampir 22 juta orang, pernah menjadi negara dengan perekonomian menjanjikan, dengan populasinya yang berpendidikan tinggi, terdiri dari kalangan kelas menengah dan pendapatan menegah di Asia Selatan. Sekarang banyak orang yang bahkan tidak mampu membeli barang kebutuhan dasar.

Rak-rak di toko serba ada banyak yang kosong. Stok makanan yang masih tersisa harganya tidak terjangkau. Pasokan bahan bakar minim dan warga harus menganre berhari-hari untuk mendapatkan beberapa galon. Orang-orang memilih diam di rumah dan jika terpaksa bepergian memilih berjalan kaki walaupun jaraknya sangat jauh.

"Ini pertama kalinya dalam hidup saya sangat sulit," kata Deyarathna Liyanage (80), seorang petani.

Keluarganya cukup beruntung. Di saat banyak orang di negara itu kelaparan, mereka bisa mengandalkan sayuran dari kebun mereka, termasuk pisang dan beras yang ditanam sendiri.

"Tidak ada apapun untuk dimakan. Tidak ada bensin. Kami tidak bisa kemana-mana," imbuhnya.

"Tidak ada apa-apa sama sekali."

Pada Sabtu, ribuan warga menerobos istana presiden saat berunjuk rasa menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur. Demonstran juga membakar rumah pribadi Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.

Pada dasarnya negara ini telah bangkrut. Krisis keuangan diperparah dengan inflasi yang naik di seluruh dunia. Cadangan devisa semakin menipis sehingga Sri Lanka tidak mampu mengimpor bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.

Rakyat biasa yang harus menanggung akibat kesalahan pemerintah dalam mengelola negara.

Liyanage biasanya hidup dari hasil berjualan beras, yang dia tanam menggunakan pupuk kimia dari pemerintah. Namun pemerintah melarang pupuk kimia, berdampak pada hasil panen petani. Setelah larangan dicabut, harga pupuk melambung, dan pemerintah menghentikan subsidi. Sekarang dia menggunakan pupuk organik yang hasil panennya tidak sebanyak saat menggunakan pupuk kimia.

"Sebelumnya untungnya lumayan dari beras," ujarnya.

"Sekarang, rugi kalau kami jual, tapi masih lebih murah menanam daripada membeli."

Masalah kritis

Jalan-jalan di Kolombo sebagian besar lengang, kecuali mobil-mobil yang parkir mengantre pengisian bahan bakar. Setiap beberapa hari, Menteri Energi Sri Lanka mengunggah pembaruan informasi di Twitter terkait perkiraan datangnya pengiriman bensin dan solar, setelah itu warga bergegas datang untuk membeli.

Dalam beberapa pekan terakhir, sekolah-sekolah ditutup untuk menghemat BBM. Apotek kehabisan stok obat-obatan. Perusahaan-perusahaan terpaksa memotong gaji para pegawai.

Seorang kepala HRD di sebuah perusahaan, Gimhanikari Yawasam (41) banyak menerima keluhan dari para karyawan terkait pemotongan gaji. Dia dan pegawai lainnya mulai bekerja dari rumah beberapa pekan yang lalu, sejak transportasi umum tidak beroperasi.

Di rumah, pekerjaanya kerap terhenti karena listrik mati. Ketika ibunya sakit baru-baru ini, Yawasan tidak bisa menemukan antibiotik,

"Kami telah menghadapi banyak masalah, tapi sekarang ini kritis," ujarnya.

Dalam krisis ini, orang-orang mengantre berhari-hari di kantor imigrasi Kolombo. Puluhan orang berusaha keluar dari negara mereka menggunakan kapal yang ditangkap patroli laut Australia di Samudera Hindia.

Paramasivam Satheesh (36) bekerja sebagai sopir bajaj selama 15 tahun di Kolombo. Antrean BBM yang begitu panjang membuatnya terpaksa berhenti menarik bajaj yang menjadi sumber pendapatannya.

Sedikit BBM yang tersisa dalam tangki bajajnya dimanfaatkan untuk mengantar istrinya, Ganesan Kajanthiny (35) dan putranya, Magadheesh (5) ke Galle Face, taman pinggir pantai. Di sana mereka mengambil makanan gratis dari para pengunjuk rasa yang mendirikan kamp di sana.

Satheesh khawatir unjuk rasa segera mereda.

"Jika mereka berhenti memberikan (makanan gratis), kami nanti terpaksa mengemis di pinggir jalan," kata dia.

Dia berencana, jika kelangkaan BBM berakhir, dia akan mulai menarik bajaj lagi dan mencari biaya untuk membuat paspor. Dia ingin bekerja sebagai tukang las di Eropa atau Timur Tengah, dan menjual bajajnya.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'
Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'

Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.

Baca Selengkapnya
Pesan Penting dan Mendalam Sri Mulyani untuk Pemenang Pilpres 2024
Pesan Penting dan Mendalam Sri Mulyani untuk Pemenang Pilpres 2024

Bendahara Negara ini juga mengajak masyarakat pemegang hak suara untuk bijak memilih sesuai hati nuraninya.

Baca Selengkapnya
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kumpulan Komentar Sri Mulyani soal Program Makan Siang Gratis Diusung Prabowo-Gibran
Kumpulan Komentar Sri Mulyani soal Program Makan Siang Gratis Diusung Prabowo-Gibran

Usai rapat bersama Presiden Joko Widodo, Sri Mulyani menyampaikan pemerintah telah menargetkan defisit APBN 2025 maksimal di angka 2,8 persen.

Baca Selengkapnya
Tiga Negara Ini Cocok untuk Mencari Kekayaan
Tiga Negara Ini Cocok untuk Mencari Kekayaan

Dari penelitian yang dilakukan, melibatkan beragam keluarga dari berbagai negara, salah satunya Indonesia.

Baca Selengkapnya
Cerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur
Cerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur

Fatin (23),warga Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat mengaku masih bersedih dan belum menerima kenyataan bahwa dirinya gagal berangkat kerja ke Dubai di 2024.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Lengkap Sri Mulyani Soal Anggaran Perlindungan Sosial Tembus Ratusan Triliun
Penjelasan Lengkap Sri Mulyani Soal Anggaran Perlindungan Sosial Tembus Ratusan Triliun

Anggaran Perlinsos tidak hanya dikelola oleh Kementerian Sosial.

Baca Selengkapnya
Daftar 9 Negara yang Sudah Terapkan Program Makan Siang Gratis seperti Rencana Prabowo-Gibran
Daftar 9 Negara yang Sudah Terapkan Program Makan Siang Gratis seperti Rencana Prabowo-Gibran

Sejumlah negara ternyata sudah menerapkan kebijakan pemberian makan gratis untuk anak sekolah sejak tahun 1940-an.

Baca Selengkapnya
Kalahkan Thailand dan Indonesia, Negara Ini Jadi Paling Populer di Asia Tenggara
Kalahkan Thailand dan Indonesia, Negara Ini Jadi Paling Populer di Asia Tenggara

Sepanjang tahun 2023 jumlah turis asing yang datang ke negara ini mencapai 29 juta kunjungan.

Baca Selengkapnya