Keluarga belum akui mayat tersangka Bom Boston
Merdeka.com - Sebuah laporan dari penyelidik menyatakan sampai saat ini belum ada pihak yang mengakui dan mengklaim mayat tersangka peledakan bom saat lomba lari marathon di Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts, Tamerlan Tsarnaev. Biro Penyelidik Federal (FBI) masih terus mengumpulkan bukti-bukti sebelum terjadinya serangan.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Rabu (24/4), Tamerlan tertembak saat terjadi baku tembak dengan polisi di Kota Watertown, Massachusetts, pada Jumat pekan lalu. Polisi mengatakan lelaki 26 tahun itu diitinggalkan oleh adiknya, Dzhokhar Tsarnaev, yang mencoba untuk melarikan diri.
Tamerlan kemudian dinyatakan meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Stasiun televisi ABC News menyatakan, sejauh ini baik istri Tamerlan, Katherine Russell, maupun anggota keluarga lainnya belum ada yang mengklaim dan mengambil jasadnya untuk dilakukan pemakaman.
Katherine menikahi Tamerlan saat usianya masih 21 tahun dan menjadi Islam. Setelah menikah, dia kemudian meninggalkan Universitas Suffolk sebelum dirinya lulus.
Dari hasil pernikahannya itu keduanya dikaruniai seorang perempuan, Zahara (3 tahun). Tamerlan tidak pernah menemukan pekerjaan penuh waktu. Namun, anggota keluarganya mengatakan istri barunya itu sangat mendukung Tamerlan, meski dia harus tinggal di rumah beserta anak perempuannya.
Sementara adik Tamerlan, Dzhokhar Tsarnaev, saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit akibat luka tembak pada bagian lehernya. Ketika diperiksa FBI dia mengatakan bahwa Tamerlan yang memimpin serangan itu.
Kondisi Dzhokhar dikabarkan juga mulai mengalami peningkatan dari serius menjadi stabil. Dia juga mulai pulih dari luka-luka yang dia dapat saat baku tembak dengan polisi pada Sabtu lalu
Koran the Washington Post menulis, Dzhokhar mengakui dirinya juga berperan dalam ledakan bom yang diletakkan di garis finis lomba lari maraton Boston pada 15 April lalu. Dia juga menyatakan bahwa tindakan yang dia dan abangnya lakukan itu bukan dari sebuah kelompok terorisme dari luar negeri.
Akibat ledakan itu, tiga orang dinyatakan meninggal, yakni Martin Richard (8 tahun), Krystle Campbell (29 tahun), dan Lu Lingzi (23 tahun). Selain itu, lebih dari 200 orang lainnya dilaporkan terluka.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keduanya sangat bahagia saat melepas kerinduan lantaran bertahun-tahun tak bertemu.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba tembok tetangga yang lebih tinggi runtuh dan menimpa rumah Suyoto
Baca SelengkapnyaSecara tiba-tiba ia menangis di hadapan ayahnya dan mengungkap sebuah permintaan yang begitu mengejutkan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Beruntung, semua orang yang sedang bermain di curug saat itu selamat.
Baca SelengkapnyaKorban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaApi dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca SelengkapnyaPeristiwa memilukan itu terjadi minggu petang sekitar pukul 18.30 WIB.
Baca SelengkapnyaSaat tersangka A tiba di lokasi, mereka bersorak dan berteriak.
Baca Selengkapnya