Kelompok Pemberontak Myanmar Klaim Rebut Markas Militer di Perbatasan Thailand
Merdeka.com - Salah satu kelompok pemberontak Myanmar yang paling vokal, Serikat Nasional Karen (KNU), kemarin mengatakan mereka menyerang dan menguasai sebuah pangkalan militer di perbatasan Thailand.
KNU sudah memerangi militer Myanmar di perbatasan selatan selama beberapa pekan terakhir.
Kemarin bentrokan senjata terjadi di Negara Bagian Karen dekat Sungai Salween, di kawasan perbatasan. Warga Thailand di perbatasan melaporkan mereka mendengar suara tembakan dan ledakan berasal dari wilayah Myanmar.
"Tentara kami menguasai kamp militer Birma," kata Kepala Urusan Luar Negeri KNU Padoh Saw Taw Nee kepada kantor berita AFP, seperti dilansir laman France 24, Selasa (28/4). Kontak senjata terjadi sekitar pukul 05.00.
"Kami bisa mendengar dari sisi lain, kami mendengar suara tembakan," kata Hkara, warga etnis Karen yang lama menetap di Mae Sam Laeo, di perbatasan Thailand.
"Kami melihat lima atau enam tentara Birma menyisir sungai dan lalu kami melihat KNU menembaki mereka tapi saat itu terlalu gelap."
Bulan lalu KNU menyerbu sebuah pangkalan militer dan junta membalas dengan beberapa kali serangan udara di malam hari--serangan udara pertama di Negara Bagian Karen dalam 20 tahun terakhir.
Sejumlah pendudukan desa sudah mengungsi meninggalkan rumah mereka menuju kota lain karena takut serangan balasan dari militer Myanmar, kata Hkara.
"Tidak ada yang berani bertahan. Mereka sudah lari duluan pagi ini ketika kontak senjata terjadi," kata dia kepada AFP.
Bentrokan senjata kian sering terjadi pada beberapa pekan terakhir, membuat lebih dari 24.000 warga mengungsi, termasuk 2.000 orang yang menyeberangi perbatasan untuk mencari perlindungan ke Thailand.
Diperkirakan sekitar sepertiga dari wilayah Myanmar, terutama di perbatasan, dikuasai oleh sejumlah kelompok pemberontak yang memiliki pasukan sendiri.
Kelompok KNU sebelumnya cukup keras mengecam kudeta militer dan mengatakan mereka menampung sekitar 2.000 orang penentang kudeta yang melarikan diri dari perkotaan.
Aparat keamanan hingga kini sedikitnya sudah membunuh lebih dari 750 warga sejak kudeta 1 Februari, menurut kelompok pembela hak asasi manusia setempat.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca SelengkapnyaIndia Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Warga juga melakukan berbagai upaya untuk melindungi rumah mereka dari serangan monyet.
Baca SelengkapnyaMotif pelaku menghabisi keponakannya karena tergiur mencuri perhiasan emas yang dikenakan korban.
Baca SelengkapnyaSaat akan melintas di lokasi kejadian dan melihat beberapa orang berada di rel kereta api, masinis segera membunyikan suling lokomotif berulang-ulang agar orang
Baca SelengkapnyaPihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaWarga merasa muak karena jalan berlubang tersebut tak kunjung diperbaiki.
Baca SelengkapnyaKetika itu mereka berkonvoi dengan delapan motor berhasil diberhentikan petugas yang sedang berpatroli.
Baca Selengkapnya