Hendak tangkap perempuan bercadar, polisi Prancis dipukuli

Merdeka.com - Larangan mengenakan cadar di Prancis memicu kekerasan di Ibu Kota Paris setelah polisi mencoba menangkap seorang perempuan muslim mengenakan burka.

Rabu malam lalu sekitar 60 orang menyerang polisi di Kota Argenteuil, sebelah barat laut Paris, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Jumat (14/6).

Menurut aturan yang diberlakukan pada 2011 perempuan dinyatakan bersalah jika mengenakan cadar di depan publik dan dia bisa dikenakan denda sebesar Rp 2 juta.

Namun ketika sejumlah petugas polisi mendekati perempuan itu, orang-orang yang tengah berlalu lalang menyerang para polisi hingga memaksa petugas keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan itu.

"Polisi diserang. Mereka mencaci dan memukuli para polisi," kata seorang sumber kepada koran Le Parisien.

Alhasil lelaki berusia 23 dan 37 tahun, termasuk sepupu dari perempuan bercadar, ditangkap dan ditahan karena tuduhan melakukan kekerasan. Sekitar 40 polisi harus dikerahkan untuk mengatasi kerusuhan itu.

Seorang sumber mengatakan hari ini dua orang lelaki menyerang seorang perempuan 21 tahun. Kedua pria itu menyibak lepas jilbab perempuan itu dan menarik rambutnya.

Polisi mengatakan kedua pria itu meneriakkan kata-kata rasis yang menghina perempuan itu. Mereka bilang jilbab tidak diperbolehkan di Prancis. Serangan itu terekam kamera pengintai CCTV.

Bulan lalu polisi juga membenarkan serangan terhadap gadis 17 tahun bernama Rabia lantaran dia mengenakan jilbab.

Dua orang lelaki memukulinya sekitar pukul 9 malam sambil meneriakkan 'Arab Kotor' dan 'Muslim Kotor'.

"Seorang pelaku menghina saya lalu merobek jilbab saya. Dia juga mendorong saya hingga jatuh ke tanah dan memukuli badan saya," kata Rubia.

Maret lalu di Kota Nantes seorang pria Prancis yang menjambak jilbab seorang perempuan dihukum lima bulan penjara.