Erdogan dan Putin sama-sama keras, Rusia-Turki diyakini sulit damai
Merdeka.com - Prospek meredanya ketegangan Rusia-Turki setelah insiden penembakan jet masih belum terlihat. Rusia resmi memberi sanksi ekonomi berlapis pada Turki sejak akhir pekan lalu. Padahal kedua negara sebetulnya mitra dagang saling membutuhkan.
Kemarin (30/11), Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu berkukuh pihaknya tidak akan meminta maaf pada Negeri Beruang Merah. Dia mengatakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendukung aksi jet F-16 Rusia menembak jatuh Sukhoi yang berpatroli di perbatasan Suriah. Tindakan itu dinilai hak mempertahankan kedaulatan, karena radar membuktikan jet Rusia melanggar wilayah Turki kendati cuma 17 detik.
"Tidak ada negara bisa meminta kami meminta maaf," kata Davutoglu seperti dilansir Kantor Berita AFP.
Lebih dari itu, karakter pemimpin kedua negara itu sama-sama keras kepala. Pengamat politik internasional dari Pusat Kajian Strategis Sofia, Ivan Krastev, mengatakan karakter Reccep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin mirip satu sama lain. Keduanya pemimpin berideologi sayap kanan, gemar mengumbar retorika nasionalisme, serta punya kecenderungan otoritarian.
Unjuk rasa anti Turki di Moskow ©2015 Merdeka.com
Terbukti, walaupun hanya mengemban posisi presiden - yang di Rusia maupun Turki sebetulnya cuma jabatan simbolis - kedua politikus ini masih mengendalikan pemerintahan sepenuhnya melebihi perdana menterinya masing-masing.
"Keduanya bukan jenis pemimpin bisa mengalah, berkompromi, atau meminta maaf. Bisa dibilang (Erdogan dan Putin) menyerupai saudara kembar," kata Krasten saat diwawancarai the New York Times.
Menurut Krasten, Erdogan maupun Putin juga pemimpin yang sangat peduli pada imaji kejayaan masa lalu. Dalam kasus Turki, Erdogan beberapa kali berjanji mengembalikan kedigdayaan bangsa seperti era Kekhalifahan Ottoman yang bubar awal abad 20. Sedangkan Putin secara terbuka ingin membangkitkan lagi Rusia menjadi bangsa setara masa Kekaisaran Tsar.
Politikus oposisi Rusia, Alexei Navalny, punya pendapat lain mengapa negaranya dan Turki sulit berdamai. Kedua negara dua tahun terakhir mengalami
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan
Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaWajah Eks Wakapolri ini Disebut Mirip Presiden Erdogan, Sosoknya Pernah Mau Tempeleng Jenderal Bintang 2
Sosok eks Wakapolri ini mencuri perhatian netizen. Sebab, wajah sang jenderal dinilai mirip dengan Erdogan.
Baca SelengkapnyaJokowi Bertemu Prabowo dan Zulhas, Puan: Saya Tunggu Diajak Presiden
Presiden Joko Widodo bertemu dengan sejumlah ketua umum partai. Mulai dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto, lalu Ketum PAN Zulkifli Hasan hari ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Bertemu Ketum Partai, Anies Baswedan: Presiden Harus Jaga Etika
Seperti diketahui, Presiden Jokowi makan malam bersama Prabowo Subianto saat akhir pekan jelang Debat Capres
Baca SelengkapnyaPrabowo Dapat Ucapan Selamat dari Presiden Turki Erdogan, Dipanggil Brother
Prabowo Subianto menerima surat ucapan selamat dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan karena unggul dalam perolehan sementara suara di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaUsai Pensiun dari Presiden, Jokowi Dapat Undangan Liburan ke Tanzania
Presiden Jokowi menggelar pertemuan dengan Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan di Istana Kepresidenan Bogor.
Baca SelengkapnyaJokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat
Presiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat
Baca SelengkapnyaPutin Kembali Menang Pemilu Rusia, Jadi Pemimpin Terlama Lampaui Stalin
Putin Kembali Menang Telak dalam Pemilu Rusia, Jadi Pemimpin Terlama Lampaui Stalin
Baca SelengkapnyaJokowi ke Pengusaha: Pilpres 2024 Lebih Adem, Tidak Perlu Khawatir
Presiden Jokowi menilai Pilpres 2024 lebih adem dibanding tahun 2014 dan 2019.
Baca Selengkapnya