Dubes asing di Jakarta ajak diskusi BNPT cara menangkal radikalisme
Merdeka.com - Memenjarakan teroris bukanlah penyelesaian masalah, ungkap Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teroris Saud Usman Nasution. Mantan Kapolda Sumatera Selatan ini menilai terorisme merupakan penyakit yang harus dibasmi setelah mengetahui gejala-gejalanya.
Saud menghadiri diskusi Acara mengenai terorisme dan ISIS di Jakarta, Selasa (8/12). Diskusi ini diprakarsai Duta Besar Amerika Serikat Robert O. Blake, Duta Besar Prancis Corrine Breuze, serta Duta Besar Rusia Mikhail Galuzin.
Saud mengatakan, terorisme diberantas melalui pendekatan. Pendekatan yang dia maksud yaitu mencari motivasi awal mengapa seorang teroris melakukan aksi radikal.
"Memenjarakan teroris tidak menjadi sebuah solusi. Kita harus melakukan pendekatan pada para teroris. Kita harus mencari tahu apa yang menjadi motivasi awal mereka," ungkapnya saat ditemui di acara Koalisi Internasional Melawan ISIS di Jakarta, Selasa (8/12).
Saud mencontohkan motivasi para pelaku bom bali. Setelah Imam Samudra ditangkap, kelompok ini me ngaku dendam pada Amerika Serikat. "Karena tidak bisa ke sana, akhirnya mereka membalas dendam di Bali, yang dianggap banyak warga AS berlibur,"
Menurut Saud, radikalisme itu terjadi karena seorang terlalu menutup diri. Mereka tidak membuka pikirannya untuk hal yang positif, karenanya para teroris yang mendekam di penjara diberi pelatihan agar pemikirannya jauh dari radikalisme.
Hingga saat ini, banyak sekali orang yang berpikiran radikal yang kemudian menyerahkan diri untuk menjadi bagian dari kelompok radikalisme. Bahkan anak kecil yang sudah bisa menggunakan internet bisa memiliki pemikiran radikal apabila tidak didampingi orang tuanya.
"Saat ini semua kebanyakan dari internet. Anak kecil yang sudah bisa menggunakan internet dapat berpikiran radikal. Kita tidak bisa menyangkal karena interney itu luas. Mereka kan bisa saja melihat video-video radikal dan menganggap itu keren. Karenanya orang tua juga berperan penting," lanjut dia.
Sebanyak 119 orang tewas dalam skenario pemboman, dan sebanyak 19 orang tewas dalam bom bunuh diri di Indonesia. Sementara itu, selama ini baru tiga terdakwa menghadapi hukuman mati atas kasus terorisme.
Walaupun begitu, kata Saud, masih banyak mereka yang berpikiran radikal di Indonesia. Karenanya, hukuman tidak akan menyelesaikan masalah hingga ke akarnya.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo mengatakan bahwa sistem pertahanan Indonesia harus bisa mengantisipasi pertarungan global antara Amerika Serikat dengan China.
Baca SelengkapnyaDengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Aksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaPria berinisial DE ditangkap Densus 88 di Bekasi, karena diduga terafiliasi jaringan teroris ISIS. Rumahnya di Baleendah, Kabupaten Bandung pun digeledah.
Baca SelengkapnyaKasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca SelengkapnyaUntuk debat ketiga ini, capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo akan menjadi yang pertama untuk memaparkan visi dan misi yang dimilikinya.
Baca SelengkapnyaPolisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca SelengkapnyaAnies punya perhatian pada bidang pendidikan sejak lama.
Baca Selengkapnya