Damai yang semu
Merdeka.com - Mesir dan Israel. Hubungan antardua negara berbatasan itu kerap mengundang perhatian internasional. Sejak awal, ketegangan selalu mewarnai jalinan diplomatik kedua negara itu. Apalagi sekarang marak terjadi aksi penyerangan di perbatasan kedua negara.
Israel dan Mesir pernah merasakan mesranya jalinan diplomatik sejak perjanjian Camp David diteken oleh Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin pada 1979, diperantarai Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter. Perjanjian damai itu mengakhiri sengketa keduanya sejak 1948.
Namun sayang kelompok yang tidak puas di Mesir akhirnya membunuh Anwar Sadat. Alhasil, penerusnya, Husni Mubarak, mengambil cara represif buat membungkam semua perlawanan yang tidak sepakat dengan perjanjian damai dengan Israel. Ternyata di balik itu, Amerika Serikat memberikan bantuan militer dalam bentuk uang USD 1,3 miliar atau setara Rp 12.4 triliun saban bulan, seperti dilansir dari BBC, 10 September 2011.
Saat Husni Mubarak tumbang dari kursi kekuasaannya Februari tahun lalu, Israel mulai khawatir akan kelangsungan revolusi. Ketenangan selama lebih dari 30 tahun itu mulai terusik. Hubungan kedua negara sempat renggang. Apalagi Ikhwanul Muslimin yang dinyatakan sebagai organisasi terlarang, bangkit kembali dan meraih popularitas luar biasa.
Saat parlemen Mesir banyak diisi anggota Ikhwanul Muslimin, ide-ide menghapus perjanjian damai Camp David hingga penghentian pasokan gas alam sempat dilontarkan.
Israel takut jika Ikhwanul Muslimin berhasil meraih tampuk kekuasaan di Mesir bakal kembali menghidupkan perjuangan membantu warga Palestina. Meski begitu hal itu belum nampak sejak Muhammad Mursi dilantik menjadi presiden baru menggantikan Husni Mubarak Juni lalu.
Negeri Zionis itu memiliki ketergantungan pasokan gas alam dari Mesir buat menjalankan pembangkit listrik. Apalagi akhir-akhir ini Negeri Piramida itu tengah melancarkan operasi militer di perbatasan antara Rafah dan Semenanjung Sinai buat menumpas gerakan pengacau keamanan. Mesir mengerahkan berbagai mesin perang ke daerah itu. Lagi-lagi hal ini memicu ketegangan antara Kairo dan Tel Aviv.
Muhammad Mursi menegaskan pengerahan berbagai kendaraan tempur itu tidak bertujuan buat mengancam kedaulatan Israel. Dia hanya ingin mengembalikan keamanan di perbatasan. Tetapi tentu lantaran perdamaian itu terlihat semu, bukan tidak mungkin jika di masa yang akan datang Mesir menjadi lebih berbahaya buat Israel ketimbang Iran.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di balik kuatnya gempuran dari pasukan Israel, ada hal tak terduga yang terjadi. Sejumlah tentara IDF justru dilaporkan mengalami infeksi.
Baca SelengkapnyaUsulan ini bikin syok anggota Dewan Menteri Luar Negeri Uni Eropa saat mendengarnya langsung dari Menlu Israel.
Baca SelengkapnyaJemaah haji yang masuk embarkasi Kertajati sebanyak 30 kloter.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Imam Besar Al Azhar Mesir Kecewa dengan Sikap Dunia Terhadap Gaza, Ancaman Bagi Konflik Timur vs Barat
Baca SelengkapnyaPemerintah Israel memandang remeh kekuatan lawan. Ribuan prajurit Israel tewas jadi korban perang.
Baca SelengkapnyaIsrael melakukan pengeboman intensif pada Minggu (24/12) malam sampai Senin (25/12) dini hari.
Baca SelengkapnyaPemerintah Mesir menyatakan tengah menyelidiki kasus ini.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, dokumen rahasia militer Mesir yang diperoleh Middle East Eye (MEE) mengungkap kabar mengejutkan.
Baca SelengkapnyaKondisi kemanusiaan yang buruk di Jalur Gaza akibat agresi Israel juga berdampak kepada para tawanan.
Baca Selengkapnya