Covid-19 Kian Merebak di Antara Para Pendaki Gunung Everest
Merdeka.com - Wabah Covid-19 di Nepal kini sudah menyebar ke daerah Pegunungan Himalaya setelah sejumlah pendaki Gunung Everest dites positif. Nepal menjadi negara yang paling cepat penyebaran virus corona dibanding negara lain di dunia. Para pendaki yang dites positif kini sudah dievakuasi dari base camp dan sejumlah puncak gunung lainnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah pendaki diterbangkan turun dari Base Camp Gunung Everest setelah memperlihatkan gejala Covid-19 dan kemudian dites positif setelah tiba di Kathmandu. Kemarin media Nepal melaporkan ada 14 pendaki termasuk empat pendaki asing dan pemandu Sherpa, yang diangkut dari Gunung Dhaulagiri, puncak Everest yang lain, menuju Kathmandi untuk dirawat karena sudah tertular.
Laman the New York Times melaporkan, Kamis (6/5), kasus positif ini kian mmembuat para pendaki khawatir tentang keselamatan mereka dan para pemandu karena dokter mengatakan kondisi para pendaki sudah rentan terhadap penyakit, rendahnya kadar oksigen, dan imunitas yang melemah. Ratusan pendaki dan Sherpa kini mengisolasi diri di tenda dalam kondisi cuaca buruk di tengah upaya mendaki ke puncak 29.000 kaki.
Sementara itu pemerintah Nepal yang sangat mendalkan industri pendakian yang tahun lalu ditutup, masih terus menyangkal telah terjadi wabah Covid-19 di base camp Everest dan mereka tidak merilis informasi tentang berapa jumlah pendaki yang sudah dievakuasi. Pemerintah Nepal sudah mengeluarkan 408 izin untuk pendakian gunung tertinggi di muka bumi itu. Angka itu adalah yang terbanyak dari sejak pencatatan pertama kali pendakian Gunung Everest pada 1953. Nepal meraup jutaan dolar dari royalti pendakian Gunung Everest.
"Saya hanya mendengar ada beberapa kasus pneumonia," kata Mira Acharya, pejabat Departemen Pariwisata Nepal. "Tidak ada kasus corona."
Kasus penularan meledak di Nepal dari yang tadinya hanya kurang dari 100 kasus per hari pada awal Maret menjadi lebih dari 7.500 pada Kamis, angka tertinggi di negara itu sejak pandemi terjadi. Lonjakan kasus juga terjadi di negara tentangga Nepal, India.
"Jika ekspedisi (pendakian) tidak diatur tahun ini maka itu akan menjadi pukulan berat bagi sektor pendakian," kata Geljie Sherpa, seorang pemandu pendakian. Dia mengaku sudah berencana akan melakukan pendakian namun mengubah pikirannya setelah mendengar kasus virus corona.
Erlend Ness, pendaki Norwegia, mengatakan dia sakit di base camp Everest bulan lalu dan dievakuasi dengan helikopter dan ambulans ke sebuah rumah sakit di Kathmandu.
"Saya dites positif di rumah sakit di hari yang sama saya tiba di Kathmandu setelah turun gunung," kata Ness melalui sambungan telepon dari Oslo setelah dokter mengatakan dia tidak bisa kembali ke Nepal tahun ini.
Pekan lalu Pawel Michalski, pendaki dari Polandia, menulis di Facebook, lebih dari 30 pendaki yang kesulitan bernapas sudah diangkut helikopter ke Kathmandu dan kemudian mereka diketahui positif Covid-19.
Kementerian Kesehatan Nepal pekan lalu mengingatkan rumah sakit sudah penuh namun otoritas mengatakan mereka tidak akan membatalkan ekspedisi.
Rudra Singh Tamang, direktur jenderal departemen pariwisata, mengatakan sekelompok sherpa elit pekan ini sudah selesai memasang tali untuk membantu para pendaki mencapai puncak Everest.
"Ekspedisi tidak akan dibatalkan," kata Tamang yang sudah positif corona dan kini menjalani isolasi mandiri. "Everest adalah kawasan yang terpencil, jadi tidak ada risiko virus corona."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagian besar limbah kotoran ini tidak terurai sepenuhnya dan dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Baca SelengkapnyaPensiunan anggota Kopassus ini mengenang perjuangannya menaklukan puncak tertinggi dunia demi mengibarkan bendera merah putih.
Baca SelengkapnyaPadahal, di hari ini ada larangan pendakian ke Gunung Agung karena ada upacara keagamaan "Ida Batara Turun Kabeh".
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Respons Nasa soal komet besar dikhawatirkan menghantam Bumi.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaGunung Everest sering diklaim sebagai gunung paling tinggi di dunia. Apakah benar adanya?
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Selengkapnya