Benarkah Video Game Jadi Pemicu Penembakan Massal di AS?
Merdeka.com - Dalam dua hari berturut, terjadi dua insiden penembakan massal di Amerika Serikat (AS). Insiden pertama terjadi pada Sabtu (14/5) di supermarket Tops Friendly Market yang ada di lingkungan orang kulit Hitam di Buffalo, negara bagian New York. Aksi yang diduga bermotif kebencian rasial ini menewaskan 10 orang dan pelakunya adalah remaja kulit putih berusia 18 tahun.
Insiden kedua terjadi pada Minggu (15/5) di Gereja Geneva Presbyterian di kota Laguna Woods, sekitar 80 kilometer tenggara Los Angeles, menewaskan satu orang dan melukai lima lainnya, menurut keterangan Departemen Kepolisian Orange County di Twitter. Pelakunya yang seorang pria berusia 60-an tahun telah ditangkap dan sedang diselidiki motifnya.
Penembakan massal cukup sering terjadi di AS. Pada 2019 lalu, setelah dua penembakan massal dalam waktu kurang dari 24 jam menewaskan 30 orang di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio, Donald Trump yang menjadi Presiden AS saat itu menyalahkan video game yang banyak mengandung aksi kekerasan sebagai pemicu.
"Kita harus menghentikan glorifikasi kekerasan dalam masyarakat kita. Ini termasuk video game mengerikan dan menakutkan yang sekarang marak. Sekarang sangat mudah merusak generasi muda dengan mengepung mereka dengan budaya yang merayakan kekerasan," jelasnya, dikutip dari CNN, Senin (16/5).
Apakah video game berpengaruh besar dalam meningkatnya kasus kekerasan? Beberapa organisasi psikologi ternama di AS mengatakan anak-anak seharusnya tidak bermain video game yang mengandung kekerasan karena bisa menyebabkan perilaku agresif. Namun demikian tidak ada temuan dalam penelitian yang menunjukkan ada kaitan langsung antara orang yang bermain video game dan penembakan massal.
Walaupun organisasi-organisasi psikologi ternama AS seperti American Psychological Association and American Academy of Pediatrics melarang anak-anak memainkan video game yang mengandung kekerasan, penelitian psikologi terbaru lainnya tidak menunjukkan adanya korelasi antara bermain video game dan kelakukan yang menunjukkan kekerasan di kehidupan nyata.
Dalam pernyataannya pada 2015, American Psychological Association menyampaikan penelitian tersebut menunjukkan kaitan "antara video game kekerasan dan meningkatnya perilaku agresif dan menurunnya perilaku prososial, empati, dan keterlibatan moral."
Sedangkan dalam pedoman terkait kekerasan media American Academy of Pediatrics yang diterbitkan pada Juli 2016, organisasi ini memperingatkan media kekerasan memberi contoh buruk bagi anak-anak. Dalam ringkasan dari 400 lebih penelitian mengungkapkan keterkaitan "signifikan" antara terpapar kekerasan melalui media dan perilaku agresif, pemikiran agresif, dan amarah.
Namun penelitian lain menyatakan tidak ada kaitan antara video game dan perilaku kekerasan. Penelitian yang dilakukan Profesor Whitney DeCamp dari Universitas Western Michigan menyimpulkan, bermain video game, bagaimanapun tampilan atau grafisnya, tidak bisa memprediksi perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan data dari Survei Sekolah Delaware 2008, yang mencakup respons dari 6.000 lebih siswa kelas delapan.
Penelitian terpisah yang diterbitkan jurnal Royal Society Open Science Inggris pada Februari 2019 menyatakan remaja di Inggris yang bermain video game tidak menunjukkan perilaku yang lebih agresif dibandingkan remaja yang tidak memainkannya.
Penelitian ini menemukan hampir setengah populasi remaja perempuan dan dua pertiga populasi remaja laki-laki Inggris bermain video game yang mengandung kekerasan, tapi tidak ditemukan remaja yang memainkannya menunjukkan perilaku lebih agresif daripada remaja yang tidak bermain video game yang mengandung kekerasan ini.
Pada 2013, Presiden Barack Obama meminta Kongres mendanai penelitian terkait kekerasan video game ini sebagai salah satu rencana untuk mengurangi kekerasan senjata di AS. Obama lalu menerbitkan serangkaian kebijakan eksekutif untuk mengurangi kekerasan senjata pada Januari 2016.
Kelompok advokasi memperingatkan, mengaitkan antara video game dan kekerasan mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya yang memungkinkan begitu banyak aksi penembakan massal terjadi di AS: undang-undang keamanan senjata yang dinilai masih lemah.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bagaimana Cara Mengenali Apakah Kondisi Kesehatan Mental Kita Sedang Tidak Baik
Mengenali apakah kondisi mental kita tidak sedang baik bisa menjadi cara untuk mencegah masalah menjadi lebih parah.
Baca SelengkapnyaRagam Permainan yang Bantu Meningkatkan Kecerdasan Anak, Bisa Dilakukan di Rumah Lho
Meningkatkan kecerdasaan sang buah hati ternyata bisa dilakukan melalui permainan. Apa saja rekomendasinya?
Baca SelengkapnyaDitanya Begini Jawabnya Begitu, Kenali Penyebab Seseorang Melantur saat Berbicara
Melantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Manfaat Luar Biasa Dibalik Pelukan Hangat dengan Orang Terkasih, Salah Satunya Redakan Stres
Pelukan tidak hanya mengurangi rasa sakit dan kecemasan, tetapi juga dapat mengurangi tingkat depresi dan perilaku agresif pada seseorang.
Baca SelengkapnyaMengepal Tangan Isyarat Wanita dalam Bahaya dan Butuh Pertolongan? Ini Kata Psikolog
Mengepal Tangan Isyarat Wanita dalam Bahaya dan Butuh Pertolongan? Ini Kata Psikolog
Baca SelengkapnyaPenyebab Perubahan Lingkungan dan Contohnya, Penting Diketahui
Banyaknya aktivitas manusia yang menyimpang, dapat berdampak buruk bagi kelestarian alam.
Baca SelengkapnyaSering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!
Nggak hanya karena keringat berlebih, ini beberapa masalah kesehatan yang bisa jadi penyebabnya.
Baca SelengkapnyaPenyakit yang Bisa Sebabkan Sesak Napas, Salah Satunya karena Rasa Cemas
Sesak napas bukanlah suatu kondisi yang dapat diabaikan, karena dapat menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pernapasan atau organ tubuh lainnya.
Baca SelengkapnyaPengertian Social Anxiety Disorder, Jenis dan Penyebabnya
Perasaan cemas dan takut ketika menghadapi sesuatu normal terjadi. Namun, harus diperhatikan apabila ketakutan berlanjut.
Baca Selengkapnya