Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akar Kebencian Mengorek Luka Lama Korban Pemerkosaan di Hari Kemerdekaan India

Akar Kebencian Mengorek Luka Lama Korban Pemerkosaan di Hari Kemerdekaan India Demo anti-pemerkosaan di India. ©Reuters/Ahmad Masood

Merdeka.com - Pada 2002 lalu, Bilkis Bano diperkosa massal 11 pria saat terjadi kerusuhan Muslim-Hindu di negara bagian Gujarat, India. Saat pemerkosaan terjadi, dia tengah hamil anak kedua. Tak hanya itu, dia juga harus menyaksikan 14 anggota keluarganya dibunuh oleh massa dari kelompok Hindu.

Bilkis Bano kembali menjadi perbincangan setelah 11 terpidana kasus pemerkosaan itu dibebaskan saat hari kemerdekaan India pada Senin (15/8). Para narapidana itu dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena memperkosa dan membunuh, namun saat keluar dari penjara, mereka disambut bak pahlawan.

Sebuah video viral menampilkan 11 pemerkosa itu berbaris di luar penjara Godhra saat kerabat mereka menyuapi mereka manisan dan menyentuh kaki mereka sebagai bentuk penghormatan.

Bilkis Bano, yang masih menyimpan luka mendalam dan trauma atas kekejaman yang menimpanya, mengatakan keputusan untuk membebaskan para pemerkosa itu "tidak adil" dan "menggoyahkan" keyakinannya terhadap keadilan.

"Ketika saya mendengar para terpidana yang telah menghancurkan keluarga dan hidup saya bebas, saya kehilangan kata-kata. Saya mati rasa," sesalnya dalam pernyataan tertulisnya, dikutip dari BBC, Kamis (18/8).

"Bagaimana bisa keadilan pada perempuan berujung seperti ini? Saya percaya pada pengadilan tertinggi di tanah air kami. Saya percaya pada sistem, dan saya belajar pelan-pelan hidup dengan trauma saya. Pembebasa para terpidana ini telah merenggut kedamaian saya dan menggoyahkan kepercayaan saya pada keadilan," lanjutnya, sembari meminta pemerintah negara bagian Gujarat untuk membatalkan keputusan itu.

"Berikan kembali hak saya untuk hidup tenang dan tanpa ketakutan."

Keputusan untuk membebaskan para pemerkosa itu diumumkan pemerintah Gujarat pada Senin, bertepatan dengan hari kemerdekaan India ke-75 tahun.

Seorang pejabat senior mengatakan panel pemerintah menyetujui pengajuan remisi para terpidana karena mereka telah menjalani hukumannya leih dari 14 tahun. Para pemerkosa itu juga dibebaskan setelah mempertimbangkan faktor lainnya seperti usia dan kelakukan mereka di dalam penjara.

Keputusan pemerintah Gujarat yang dipimpin partai Hindu nasionalis Bharatiya Janata atau BJP ini menuai kecaman di India. Keputusan ini dikritik partai oposisi, aktivis, dan jurnalis, yang menyebut keputusan itu tidak etis dan diskriminasi terhadap minoritas Muslim India. Serangan terhadap minoritas khususnya Muslim semakin menjadi-jadi sejak BJP berkuasa di tingkat federal pada 2014.

Banyak juga yang menyatakan pembebasan itu bertentangan dengan aturan pemerintah federal dan pemerintah negara bagian Gujarat yang menyatakan bahwa terpidana pemerkosaan dan pembunuhan tidak bisa diberikan remisi. Penjara seumur hidup biasanya dijalankan sampai narapidana meninggal di penjara.

Perjuangan panjang mendapatkan keadilan

Penyerangan terhadap Bilkis Bano dan keluarganya merupakan salah satu kejahatan paling mengerikan selama kerusuhan 20 tahun lalu itu. Kerusuhan terjadi setelah 60 peziarah Hindu tewas dalam kebakaran kereta api di Godhra.

Warga Muslim disalahkan atas kebakaran tersebut. Lalu massa dari kelompok Hindu mengamuk, menyerang lingkungan-lingkungan warga Muslim. Selama tiga hari, lebih dari 1.000 orang tewas, sebagian besar Muslim.

Narendra Modi, yang saat itu menjabat sebagai kepala menteri Gujarat, dikritik karena tidak melakukan upaya yang cukup untuk mencegah kekerasan. Dia selalu menyangkal melakukan kesalahan dan belum pernah meminta maaf atas kerusuhan tersebut.

Pada pagi hari setelah kebakaran kereta, Bilkis Bano yang saat itu berusia 19 tahun dan sedang hamil anak kedua, mengunjungi orang tuanya di desa Randhikpur dekat Godhra bersama putrinya yang berusia tiga tahun.

"Saya sedang di dapur memasak makan siang, ketika bibi saya dan anak-anaknya datang berlari. Mereka bilang rumah mereka dibakar dan kami harus segera pergi," kisahnya pada 2017.

"Kami pergi hanya membawa baju yang menempel di badan, kami bahkan tidak ada waktu untuk memasang sandal."

Bilkis Bano berkumpul bersama 17 Muslim lainnya termasuk putrinya, ibunya, sepupunya yang tengah hamil, adik-adik kandungnya, keponakan, dan dua pria dewasa.

Selama beberapa hari mereka mendatangi desa demi desa, mengungsi di masjid-masjid atau dibantu tetangga mereka yang Hindu.

Pada 3 Maret pagi, saat mereka siap berangkat menuju desa terdekat yang diyakini lebih aman, sekelompok pria menghentikan mereka.

"Mereka menyerang kami dengan golok dan tongkat. Salah satu dari mereka merenggut anak saya dari pangkuan saya dan melemparnya ke tanah, membenturkan kepalanya ke batu."

Para penyerang itu adalah tetangganya di desa, para pria yang dia lihat hampir setiap hari. Mereka merobek bajunya dan beberapa dari mereka memperkosanya, walaupun Bano telah memohon-mohon untuk dikasihani.

Sepupu perempuannya, yang baru melahirkan dua hari sebelumnya saat mereka melarikan diri, diperkosa dan dibunuh, bayinya yang berusia dua hari juga dibunuh.

Bilkis Bano selamat karena dia pingsan dan para penjahat itu mengira dia tewas lalu mereka kabur. Dua bocah laki-laki berusia tujuh dan empat tahun, juga selamat dari pembunuhan tersebut.

Perjuangan Bilkis untuk mendapatkan keadilan sangat panjang dan melelahkan. Rahasia umum bahwa polisi dan pejabat di Gujarat berusaha mengintimidasinya, bukti-buktinya dihancurkan, dan para korban tewas dikubur tanpa otopsi. Para dokter yang memeriksanya mengatakan dia tidak diperkosa dan dia mendapat ancaman pembunuhan.

Penangkapan pertama terjadi pada 2004 setelah Mahkamah Agung India menyerahkan kasus ini ke penyelidik federal. Mahkamah Agung juga setuju pengadilan di Gujarat tidak bisa memberikan keadilan dan mengalihkan penanganan kasus ini ke Mumbai.

Perjuangannya meraih keadilan juga berdampak pada keluarganya. Mereka terpaksa pindah rumah belasan kali.

"Kami tidak bisa pulang ke rumah karena kami takut. Polisi dan pemerintah negara bagian selalu mendukung para pelaku. Ketika kami di Gujarat, kami menutup wajah kami, kami tidak pernah memberikan alamat kami," kata suami Bilkis Bano, Yakub Rasul kepada BBC saat ditemui di 2017.

Selama persidangan, muncul seruan agar para pelaku dihukum mati, termasuk seruan dari Bilkis.

Setelah pengadilan tinggi di Mumbai menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup, Bilkis saat itu mengatakan dia tidak ingin balas dendam dan hanya ingin para pelaku mengerti apa yang telah mereka perbuat.

"Saya berharap mereka suatu hari akan menyadari kekejaman dari kejahatan mereka, bagaimana mereka membunuh anak-anak kecil dan memperkosa perempuan."

Dan dia berharap para pelaku menghabiskan seluruh hidup mereka di dalam penjara.

Pada Selasa (16/8), Yakub Rasul mengatakan kepada harian Indian Express bahwa istrinya sangat sedih dan murung setelah para pemerkosa itu dibebaskan.

"Pertarungan yang kami perjuangkan selama bertahun-tahun selesai hanya dalam sesaat," sesalnya.

"Kami bahkan belum bisa mencerna berita ini dan kami tahu para terpidana telah sampai di rumah mereka."

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kebakaran Ruko di Mampang Prapatan Tewaskan 7 Orang yang Terjebak di Lantai 2, Ada Anak dan Balita

Kebakaran Ruko di Mampang Prapatan Tewaskan 7 Orang yang Terjebak di Lantai 2, Ada Anak dan Balita

Api dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.

Baca Selengkapnya
Keji! Santri di Parepare Dianiaya Guru, Bagian Punggungnya Disetrika

Keji! Santri di Parepare Dianiaya Guru, Bagian Punggungnya Disetrika

Korban yang berusia 13 tahun sedang menjalani perawatan. Kasus terungkap setelah orang tua korban membuat laporan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Fakta Keji Tersangka Pembunuhan Mahasiswi Depok: Perkosa 3 Wanita, 1 Hamil 1 Dibunuh

VIDEO: Fakta Keji Tersangka Pembunuhan Mahasiswi Depok: Perkosa 3 Wanita, 1 Hamil 1 Dibunuh

Pelaku meminta korban untuk menjemputnya di rumah, kemudian melakukan aksi pemerkosaan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa

Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa

Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.

Baca Selengkapnya
Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Semua masyarakat pribumi larut dalam kegembiraan dalam merayakan kemenangan.

Baca Selengkapnya
Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%

Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%

"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan

Baca Selengkapnya
Kepergok Mengintip ke Kamar Mandi, Seorang Pria Bunuh Calon Adik Ipar

Kepergok Mengintip ke Kamar Mandi, Seorang Pria Bunuh Calon Adik Ipar

Pelaku dan korban sempat cekcok dan melangsungkan penganiayaan hingga meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Nahas, 3 Emak-Emak di Garut Tertabrak saat Menyeberang Sepulang Pengajian

Nahas, 3 Emak-Emak di Garut Tertabrak saat Menyeberang Sepulang Pengajian

Tiga orang emak-emak di Garut Jawa Barat tertabrak mobil saat menyeberang usai menghadiri kegiatan pengajian

Baca Selengkapnya
Ditemui Keluarga Pelaku, Orangtua Remaja Perempuan Korban Penganiayaan di Ciputat Tolak Damai

Ditemui Keluarga Pelaku, Orangtua Remaja Perempuan Korban Penganiayaan di Ciputat Tolak Damai

Nida bersama suaminya kemudian membuat laporan Polisi.

Baca Selengkapnya