Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Utomo Dananjaya

Profil Utomo Dananjaya | Merdeka.com

Utomo Dananjaya atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Tom, adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi ilmu. Sedari kecil ia ingin menjadi guru, dan hal itu diraihnya setelah menamatkan pendidikan guru di IKIP Bandung. Ia menjadi guru SMP di Garut dan Bandung selama 9 tahun dan harus meninggalkan karir mengajarnya saat ia bergabung dengan Pelajar Islam Indonesia. Saat menjadi ketua PII inilah ia berubah dari Islam ekstrimis ke Islam moderat. PII juga bekerjasama dengan American Field Services (AFS) yang mengirimkan kandidat terbaiknya untuk tinggal di Amerika bersama tuan rumah disana selama setahun. Taufiq Ismail, tokoh pendidikan Arief Rahman, mantan menteri Tanri Abeng, dan pebisnis Soegeng Sarjadi adalah sedikit dari banyak anak bangsa yang mengikuti program ini. 

Utomo juga dikenal dengan sebutan "Master of Training" di Lembaga Penelitian, Pendidikan, Studi Sosial dan Ekonomi. Ia melatih berbagai kelompok aktivis dari berbagai organisasi non-pemerintah. 

Utomo selalu terdorong untuk membentuk tokoh-tokoh muda penerus bangsa. Ia juga merupakan seorang pendidik yang blak-blakan dan seorang pemikir yang kritis. Cara berpikirnya sedikit banyak dipengaruhi oleh Ivan Illich dan Paolo Freire. 

Ia mengungkapkan bahwa pendidikan di Indonesia sudah menurun drastis. Saat ini pendidikan sudah dikuasai oleh orang-orang yang terobsesi dengan kekuasan, tidak oleh orang-orang yang benar-benar memiliki pengetahuan, pengalaman, dan komitmen di bidang pendidikan. 

Idealismenya kemudian mendapat tantangan yang belum pernah ia hadapi sebelumnya, di lembaga yang dibentuknya sendiri, Universitas Paramadina. Ia dipaksa menerima kenyataan ketika apa yang dianggapnya sebagai tingkat pendidikan konvensional yang lebih rendah digunakan dalam program pascasarjana di universitas tersebut. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan membentuk Lembaga Reformasi Pendidikan yang masih berada dalam satu universitas. Salah satu misinya adalah untuk mengadvokasi pengembangan profesi guru dan otonomi dengan memberikan kebijakan pendidikan alternatif. Beberapa asosiasi seperti Forum Guru Independen Indonesia dan Forum Pendidikan merupakan salah satu di antara sekian banyak yang didukung olehnya. 

Pria dengan 9 cucu ini tak pernah kehilangan semangat untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Tapi sejalan dengan berjalannya waktu, ia akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu ada batasnya. Ia sudah menyebarkan begitu banyak kader di seluruh pelosok tanah air yang mengemban misinya. Dan ia berharap agar ada di antara kadernya itu yang berhasil dan memberikan nama baik bagi sistem pendidikan di Indonesia.

Riset dan analisa oleh Somya Samita

Profil

  • Nama Lengkap

    Utomo Dananjaya

  • Alias

    Pak Tom

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Kuningan, Jawa Barat

  • Tanggal Lahir

    1936-02-06

  • Zodiak

    Aquarius

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Istri

    Mien Muthmainnah Sudibya

  • Biografi

    Utomo Dananjaya atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Tom, adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi ilmu. Sedari kecil ia ingin menjadi guru, dan hal itu diraihnya setelah menamatkan pendidikan guru di IKIP Bandung. Ia menjadi guru SMP di Garut dan Bandung selama 9 tahun dan harus meninggalkan karir mengajarnya saat ia bergabung dengan Pelajar Islam Indonesia. Saat menjadi ketua PII inilah ia berubah dari Islam ekstrimis ke Islam moderat. PII juga bekerjasama dengan American Field Services (AFS) yang mengirimkan kandidat terbaiknya untuk tinggal di Amerika bersama tuan rumah disana selama setahun. Taufiq Ismail, tokoh pendidikan Arief Rahman, mantan menteri Tanri Abeng, dan pebisnis Soegeng Sarjadi adalah sedikit dari banyak anak bangsa yang mengikuti program ini. 

    Utomo juga dikenal dengan sebutan "Master of Training" di Lembaga Penelitian, Pendidikan, Studi Sosial dan Ekonomi. Ia melatih berbagai kelompok aktivis dari berbagai organisasi non-pemerintah. 

    Utomo selalu terdorong untuk membentuk tokoh-tokoh muda penerus bangsa. Ia juga merupakan seorang pendidik yang blak-blakan dan seorang pemikir yang kritis. Cara berpikirnya sedikit banyak dipengaruhi oleh Ivan Illich dan Paolo Freire. 

    Ia mengungkapkan bahwa pendidikan di Indonesia sudah menurun drastis. Saat ini pendidikan sudah dikuasai oleh orang-orang yang terobsesi dengan kekuasan, tidak oleh orang-orang yang benar-benar memiliki pengetahuan, pengalaman, dan komitmen di bidang pendidikan. 

    Idealismenya kemudian mendapat tantangan yang belum pernah ia hadapi sebelumnya, di lembaga yang dibentuknya sendiri, Universitas Paramadina. Ia dipaksa menerima kenyataan ketika apa yang dianggapnya sebagai tingkat pendidikan konvensional yang lebih rendah digunakan dalam program pascasarjana di universitas tersebut. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan membentuk Lembaga Reformasi Pendidikan yang masih berada dalam satu universitas. Salah satu misinya adalah untuk mengadvokasi pengembangan profesi guru dan otonomi dengan memberikan kebijakan pendidikan alternatif. Beberapa asosiasi seperti Forum Guru Independen Indonesia dan Forum Pendidikan merupakan salah satu di antara sekian banyak yang didukung olehnya. 

    Pria dengan 9 cucu ini tak pernah kehilangan semangat untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Tapi sejalan dengan berjalannya waktu, ia akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu ada batasnya. Ia sudah menyebarkan begitu banyak kader di seluruh pelosok tanah air yang mengemban misinya. Dan ia berharap agar ada di antara kadernya itu yang berhasil dan memberikan nama baik bagi sistem pendidikan di Indonesia.

    Riset dan analisa oleh Somya Samita

  • Pendidikan

    • Sekolah Rakyat, Mandirancan, 1951
    • Sekolah Menengah Pertama, Kuningan, 1953
    • Sekolah Guru A, BAndung, 1957
    • Pendidikan Guru SLP, Bandung, 1961
    • IKIP Bandung, 1965

  • Karir

    • Ketua Perhimpunan LP3ES, 2005-sekarang
    • Ketua Yayasan Pekerti, 1997
    • Ketua Pengawas P3M, 1998-sekarang
    • Direktur Institute for Education Reform Universitas Paramadia, 2003-sekarang
    • Wakil Rektor Universitas Paramadina mulya, 1998-2002
    • Ketua Tim Pendiri Universitas Paramadina Mulya, 1995-1998
    • Direktur Pelaksana Yayasan PAramadina Mulya, 1995-1998
    • Konsultan Senior PT PAn ASIA research and Communication, 1983-2003
    • Pembantu Rektor I Universitas ISlam As-Syafi'iyah (UIA), 1987-1993
    • Pembantu Rektor II Universitas Islam As-Syafi'iyah (UIA), 1983-1987
    • Direktur Sekolah Tinggi Wiraswasta (STW), 1980-1993
    • Direktur Pembinaan Pekerti, 1980-1982
    • Koordinator Program Industri Kecil LP3ES, 1974-1976
    • Manajer Publikasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 1971-1974
    • Staf Direksi PT Samudra Jaya, 1979-1981
    • Pj. Ketua Umum PB Pelajar Islam Indonesia (PII), 1967-1969
    • Guru SMP Negeri Bandung, 1964-1966
    • Guru SMP Negeri Garut, 1957-1964

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya