Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Waspada, Dunia Terancam Alami Krisis Pasokan Minyak

Waspada, Dunia Terancam Alami Krisis Pasokan Minyak Ilustrasi Migas. istimewa ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Dunia diingatkan ancaman krisis pasokan minyak. Salah satu penyebabnya karena sebagian besar perusahaan takut berinvestasi di sektor ini. Perusahaan takut menghadapi tekanan energi hijau.

Hal ini dikatakan kepala Saudi Aramco, Amin Nasser seraya menambahkan bahwa pihaknya tidak dapat memperluas kapasitas produksi lebih cepat dari yang dijanjikan.

Amin Nasser, kepala produsen minyak terbesar dunia mengatakan bahwa dia berpegang teguh pada target peningkatan kapasitas menjadi 13 juta barel per hari dari 12 juta barel saat ini pada 2027, meskipun ada seruan untuk melakukannya lebih cepat.

"Dunia berjalan dengan kapasitas cadangan kurang dari 2,0 persen. Sebelum Covid, industri penerbangan mengonsumsi 2,5 juta barel per hari. Jika industri penerbangan menambah kecepatan, Anda akan menghadapi masalah besar," kata Nasser di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos dikutip dari Antara, Selasa (24/7).

"Apa yang terjadi di Rusia-Ukraina menutupi apa yang akan terjadi. Kami mengalami krisis energi karena kurangnya investasi. Dan itu mulai menggigit setelah pandemi," tambahnya.

Nasser mengatakan, pembatasan Covid di China tidak akan bertahan lama, dan oleh karena itu permintaan minyak global akan melanjutkan pertumbuhannya.

Arab Saudi saat ini memproduksi 10,5 juta barel per hari, atau setiap sepersepuluh barel di dunia, dan kemungkinan akan meningkatkan produksi menjadi 11 juta barel per hari akhir tahun ini ketika pakta yang lebih luas antara OPEC dan sekutu seperti Rusia berakhir.

Riyadh telah menghadapi seruan dari Barat untuk meningkatkan produksi lebih cepat dan memperluas kapasitas lebih cepat untuk membantu memerangi krisis energi.

"Jika kami bisa melakukannya (memperluas kapasitas) sebelum 2027 kami akan melakukannya. Ini yang kami katakan kepada pembuat kebijakan. Itu butuh waktu".

Masalah Emisi Karbon

Nasser juga mengatakan, dialog antara industri minyak dan pembuat kebijakan mengenai transisi dari bahan bakar fosil ke energi yang tidak menghasilkan emisi karbon telah bermasalah.

"Saya tidak berpikir ada banyak dialog konstruktif yang terjadi. Di area tertentu kami tidak dibawa forum diskusi. Kami tidak diundang ke COP di Glasgow," katanya merujuk pada konferensi iklim PBB tahun lalu di Glasgow, Skotlandia.

Dia juga mengatakan pesan tahun lalu dari Badan Energi Internasional (EIA) bahwa permintaan minyak dunia akan turun dan tidak ada investasi baru dalam bahan bakar fosil yang diperlukan berdampak besar.

"Kami membutuhkan dialog yang lebih konstruktif. Mereka mengatakan kami tidak membutuhkan Anda pada 2030, jadi mengapa Anda pergi dan membangun proyek yang memakan waktu 6-7 tahun. Pemegang saham Anda tidak akan mengizinkan Anda melakukannya".

Oleh karena itu, proses transisi energi seringkali terbukti kacau dan mengganggu. "Tidak ada rencana yang bagu ketika Anda tidak memiliki rencana B, jangan menjelek-jelekkan rencana A," katanya.

"Tekanan dan retorikanya adalah, jangan berinvestasi, Anda akan memiliki aset yang turun nilainya. Itu membuat CEO sulit untuk melakukan investasi."

Cadangan Gas Tak Digunakan

Apa yang disebut teori stranded asset (aset yang mengalami penurunan nilai) adalah gagasan bahwa cadangan minyak dan gas yang signifikan dibiarkan tidak digunakan karena dibutuhkan lebih lama.

Nasser mengatakan, kesalahan langkah selama transisi energi global hanya akan mendorong penggunaan batu bara yang lebih besar oleh banyak negara Asia.

"Bagi pembuat kebijakan di negara-negara itu, prioritasnya adalah menyediakan makanan untuk rakyatnya. Jika batu bara dapat melakukannya setengah harga, mereka akan melakukannya dengan batu bara".

Dia mengatakan, Aramco, di mana Arab Saudi adalah pemegang saham utama, berbeda karena berinvestasi dalam bahan bakar fosil dan transisi energi.

"Itulah perbedaan kami dari yang lain. Tapi apa yang kami tambahkan tidak cukup untuk memenuhi keamanan energi dunia." 

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Dewan Energi Nasional: PHE Mampu Sejajar dengan Perusahaan Migas Dunia

Dewan Energi Nasional: PHE Mampu Sejajar dengan Perusahaan Migas Dunia

PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Baca Selengkapnya
Wamen BUMN Apresiasi Satgas Nataru Pertamina dalam Menjaga Kelancaran Distribusi Energi

Wamen BUMN Apresiasi Satgas Nataru Pertamina dalam Menjaga Kelancaran Distribusi Energi

Wamen BUMN juga menjelaskan, produksi migas hulu Pertamina saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta barrel per hari.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya
Terapkan Strategi Ini, PHE Temukan 1,4 Miliar Barel Setara Minyak Sepanjang 2023

Terapkan Strategi Ini, PHE Temukan 1,4 Miliar Barel Setara Minyak Sepanjang 2023

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan dalam negeri akan energi minyak dan gas secara volumetrik masih akan terus meningkat setiap tahunnya.

Baca Selengkapnya
Investasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024

Investasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024

Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.

Baca Selengkapnya
Naik 10 Persen, Produksi Minyak Pertamina Hulu Energi Tembus 566.000 Barel per Hari di 2023

Naik 10 Persen, Produksi Minyak Pertamina Hulu Energi Tembus 566.000 Barel per Hari di 2023

Angka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.

Baca Selengkapnya
Menaker Apresiasi Pemerintah Jerman yang Minat dengan Tenaga Perawat Indonesia

Menaker Apresiasi Pemerintah Jerman yang Minat dengan Tenaga Perawat Indonesia

Saat ini Indonesia dalam tahap pengembangan SIPK dalam upaya meningkatkan partisipasi industri untuk memanfaatkannya.

Baca Selengkapnya
Produksi Minyak Sentuh Level Tertinggi Sejak 1987, Kebutuhan Energi Selama Lebaran Dipastikan Aman

Produksi Minyak Sentuh Level Tertinggi Sejak 1987, Kebutuhan Energi Selama Lebaran Dipastikan Aman

Tingkat produksi itu dicapai atas keberhasilan sumur pengembangan ST-217 yang berkontribusi sebesar 269 BOPD.

Baca Selengkapnya